Kamis, 22 Juni 2017

::: KEBENARAN AGAMA TIDAK DIUKUR OLEH KONDISI PEMELUKNYA Tapi KITAB SUCINYA :::

Sudah lebih dari dua dasawarsa ini, upaya penyerangan untuk melemahkan Islam sebagai agama yang mengutamakan perdamaian dilakukan secara sporadis.

Semua lini kehidupan dan semua media dikerahkan untuk melemahkan Islam dan pemeluknya.

Di Indonesia julukan teroris, pemeluk yang miskin, muslim yang korup, tayangan media yang melemahkan akidah, dan yang paling sporadis selama piplres 2014 adalah serangan kepada partai berbasis Islam dan elite-elite partai yang notabene muslim. PKS adalah partai yang paling sporadis dihantam segala penjuru.

Mereka yang membenci Islam dengan sangat sengaja tidak menggunakan data dan statistik dalam melakukan penyerangan. Mengangkat kasus per kasus yang tidak mempresentasikan populasi muslim. Ujung-ujungnya menggiring opini publik bahwa Islam adalah agama yang salah karena tidak mampu membawa pemeluknya pada kepada kedamaian, kesejahteraan, dan keadilan. Padahal kebenaran sebuah agama tidak bisa diukur dari kondisi pemeluknya.

Saya sering mengilustrasikan, jika ada seorang dosen mengajarkan matematika dan mereferensikan buku matematika yang sama kepada mahasiswa serta mengajarkannya dengan metode yang sama pada 100 mahasiswa yang diampunya, maka ketika hasil ujian memberikan kenyataan ada 10 mahasiswa mendapatkan nilai A, 10 mahasiswa mendapatkan nilai B, 50 mahasiswa mendapatkan nilai C, dan sisanya 30 mahasiswa mendapatkan nilai E, apakah hanya dengan mengambil data 30 mahasiswa yang mendapat nilai E kemudian kita simpulkan bahwa Buku Matematika nya yang salah?

Buku Matematika nya tentu saja tidak salah. Cara mengajar dosennya mungkin saja bisa tepat atau tidak tepat. Bagi mahasiswa yang mendapat nilai baik bisa jadi mengangganya tepat. Bagi yang mendapat nilai rendah bisa jadi dipandang tidak tepat. Namun satu hal yang pasti adalah bahwa upaya belajar mahasiswa yang mendapat nilai baik pasti akan berbeda dengan mahasiswa yang mendapatkan nilai jelek.

Maka jika ingin mengetahui agama mana yang benar, pelajarilah kitab sucinya
. Carilah kitab suci yang tidak ada keraguan di dalamya. Dan carilah guru yang bagus untuk mengajarkan kitab suci tersebut.

Jikalau pemeluk dijadikan sebagai parameter dalam mengambil kesimpulan tentang keberhasilan sebuah agama, gunakanlah statistik. Bukan sekedar kasus per kasus. Sepanjang sejarah peradaban manusia, ketika kapan dan ada di mana terbentuk sebuah masyarakat yang damai, adil, sejahtera dan mampu menjalankan ibadah walau berbeda agama?

Sekarang marilah kita tengok beberapa statistik yang bisa menjadi parameter ukur keberhasilan sekelompok masyarakat atau negara.

10 Negara dengan Tingkat Kejahatan Tertinggi
01. United States of America: 12,408,899
02. Germany: 2,112,843
03. France: 1,172,547
04. Russian Federation: 1,041,340
05. Italy 900,870
06. Canada 628,920
07. Chile 611,322
08. Poland 521,942
09. Spain 377,965
10. Netherlands 372,305

Sumber :
United Nations Office on Drugs & Crime - http://ift.tt/1b1MKgl

10 Negara dengan Tingkat Kekayaan Tertinggi
01. Qatar 1,45,894.18
02. Luxembourg 90,332.89
03. Singapore 78,761.92
04. Brunei Darussalam 73,823.13
05. Kuwait 70,785.46
06. Norway 64,363.14
07. United Arab Emirates 63,180.83
08. Switzerland 53,976.60
09. United States 53,000.97
10. Hong Kong SAR 52,984.06

Sumber :
World Economic Outlook Database, October 2014 -  http://ift.tt/1czHLUN

10 Negara dengan Kepemilikan Senjata Nuklir Tertinggi
01. Russia 8000
02. United States 7300
03. France 300
04. China 250
05. United Kingdom 225
06. Pakistan 100-120
07. India 90-110
08. Israel 80
09. North Korea 6-8.
10. Total 16,350

Sumber :
World nuclear forces, January 2014 - http://ift.tt/2tRnUB5

Jika kita amati, ternyata negara-negara sekulerlah yang memiliki tingkat kejahatan papan atas dan kepemilikan senjata nuklir  yang berpotensi merusak dan menghancurkan peradaban masyarakat dunia. Bukan negara dengan penduduk mayoritas muslim. Sebaliknya kalau kekayaan dipandang sebagai kehebatan sebuah negara, ternyata negara yang mayoritas muslim yang paling kaya sedunia.

Tentu saja masih banyak parameter lain yang menjadi alat ukur keberhasilan sebuah negara. Silakan diobservasi sendiri. Namun saran saya, belajarlah dari keberhasilan seorang Rasulullah ketika membangun masyarakat dunia dan keberhasilan para khalifah ketika membangun masyarakat di berbagai belahan dunia seperti Irak, Turki, dan Spanyol.

Semoga kita semua lebih berhati-hati dalam menyimpulkan sesuatu, apalagi berkaitan dengan kebenaran sebuah agama. Terlebih umat Islam yang meyakini hanya sejak Adam diciptakan hingga sekarang, hanya Islam satu-satunya agama di dunia dan hanya Islam yang benar.

“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu.” (QS Al-Maaidah: 3)

Wallahu a'lam?

Sumber : Kavtania


Tidak ada komentar:

Posting Komentar