Minggu, 25 Februari 2018

::: Waspadai 10 Modus Kristenisasi yang Menggerogoti Umat Islam Indonesia :::

Oleh: Ust. Muhammad Faisal, S.Pd, M.MPd
Aktivis Anti Pemurtadan dan Aliran Sesat
Pengamat PAUDNI-Pendidikan Anak Usia Dini Non Formal dan Informal

Jumlah gereja liar di kabupaten dan kota Bekasi mencapai 224 lokasi. Di Perumahan Taman Galaxi RT 05 RW 17 terdapat 7 gereja permanen, namun hanya satu yang mengurus IMB (Izin Mendirikan Bangunan).

Perkembangan jumlah gereja di Indonesia memang luar biasa. Berdasarkan laporan Kementrian Agama RI bahwa sejak 1974 hingga 2004, jumlah gereja di Indonesia naik hingga 231 %.


Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2008 mengungkapkan, Kristen memiliki 47.106 gereja di seluruh Indonesia. Persebaran gereja Kristen pada sepuluh daerah terbesar adalah Sumatra Utara (11.158 gereja), Papua (4.648 gereja), Sulawesi Utara (4.247 gereja), NTT (3.974 gereja) dan Jawa Tengah (2.519 gereja), sementara DKI Jakarta sebanyak 555 gereja. Lima lainnya yaitu Kalimantan Barat (2.351 gereja), Sulawesi Selatan (2.302 gereja), Jawa Timur (1.947 gereja), Sulawesi Tengah (1.833 gereja) dan Kalimantan Tengah (1.487 gereja).

Indonesia negara berpenduduk muslim terbesar di dunia. Berdasarkan hasil sensus tahun 2010, jumlah penduduk Indonesia 237.641.326 jiwa.

Dari jumlah tersebut, sebanyak 207,2 juta jiwa(87,18 %) adalah penganut agama Islam, diikuti 16,5 juta jiwa (6,96 %) penganut Kristen, 6,9 juta jiwa (2,91 %) penganut Katolik, 4 juta (1,69 %) penganut Hindu, 1,7 juta (0,72 %) penganut Budha, 0,11 juta (0,05 %) penganut Konghucu, dan 0,13 % penganut agama lainnya.

Meskipun umat Islam berjumlah mayoritas di Indonesia, namun justru menjadi sasaran Kristenisasi. Dengan berbagai macam cara, umat Kristen berusaha memurtadkan umat Islam sejak masa kolonialisme Barat hingga masa sekarang.


Pada masa kolonial, Pemerintah Hindia Belanda yang Kristen bersikap hati-hati terhadap Kristenisasi. Namun setelah Indonesia merdeka, pemerintah RI yang kebanyakan pejabatnya menyatakan diri sebagai muslim malah cenderung membiarkan Kristenisasi, terlebih pascareformasi.

Modus-Modus Kristenisasi

D.W. Ellis menyatakan bahwa kewajiban mengabarkan Injil adalah tanggung jawab setiap orang Kristen yang telah menerima Kristus menjadi Tuhan dan Juruselamatnya. Menurutnya, setiap orang percaya wajib mengabarkan Injil sesuai kemampuan dan karunia-karunia yang dianugerahkan Roh Kudus kepadanya.

Berdasarkan hal ini, orang Kristen yang tidak melakukan Kristenisasi berarti berkhianat kepada Tuhan mereka. Oleh karena itu, Kristenisasi akan senantiasa muncul selama masih ada orang Kristen dan menjadi problem bagi bangsa yang akan dikristenkan, termasuk umat Islam.
Berikut ini sebagian dari modus-modus Kristenisasi yang terjadi pascareformasi.

1. Membangun Gereja Ilegal
Keberadaan gereja bagi orang Kristen tidak hanya berfungsi sebagai tempat ritual Kristen. Gereja tidak hanya dipandang sebagai sebuah bangunan. J. Darminta, S.J. mengatakan bahwa pada dasarnya Gereja dibentuk untuk melaksanakan misi dari Yesus Kristus, yaitu untuk evangelisasi.

Keberadaan Gereja untuk evangelisasi ini ialah seperti yang dipesankan oleh Yesus Kristus pada akhir Injil Matius, “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” (Mat 28: 18-20).



Menurutnya, yang hakiki dan unsur utama evangelisasi ialah pewartaan Yesus Kristus sebagai Penyelamat dan membentuk komunitas para murid Yesus. Lebih lanjut, J. Darminta menegaskan bahwa evangelisasi sungguh merupakan tantangan utama Gereja yang mendesak di Indonesia. Evangelisasi juga menjadi tantangan bagi mereka yang menjadi bagian hidup dan kesucian Gereja, yaitu Tarekat religius-tarekat religius.

Berdasarkan penjelasan J. Darminta, pembangunan dan pembentukan gereja juga mempunyai tujuan untuk menyebarkan agama Kristen. Pembangunan dan pembentukan gereja akan menjadi masalah jika dilakukan di tengah-tengah masyarakat yang mayoritas beragama Islam. Oleh karena itulah, pada 1969 dikeluarkan SKB (Surat Keputusan Bersama) Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri No. 01/BER/MDN-MAG/1969 yang di antaranya menyatakan bahwa setiap pendirian rumah ibadat perlu mendapatkan izin dari Kepala Daerah atau pejabat Pemerintah di bawahnya.

Peraturan ini diperbarui pada 2006 dengan dikeluarkannya Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri No. 9 et 8/2006. Oleh pihak Kristen, peraturan ini dianggap merugikan mereka. Dalam banyak kasus, mereka juga tidak mengindahkan peraturan ini.

Banyak gereja didirikan atau baru akan didirikan pada era reformasi dengan tidak mengindahkan peraturan tadi, bahkan dilakukan dengan cara manipulasi. Misalnya saja, pihak Katolik berencana mendirikan gereja di Kampung Kramat, Kelurahan Setu, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur dengan cara menyuap warga. Aksi ini nyaris memicu konflik antarwarga pada Idul Fitri 1426 H (Nopember 2005).

Pihak Katolik mengundang warga untuk menandatangani surat pernyataan tidak keberatan atas pendirian gereja Katolik di RW 04 Kampung Kramat dan mengumpulkan fotocopy KTP dan KK. Sebagai imbalannya, warga yang sebagian besar berpendidikan rendah dan tidak mengetahui apa isi surat tersebut diberi dana kompensasi sebesar satu juta rupiah oleh orang yang mengaku bernama Tarmizi. Khusus untuk ketua RT, seperti pengakuan Amir ketua RT 01, ditawari uang 20 juta rupiah. Padahal 99% warga Kampung Kramat beragama Islam.

Pertengahan tahun 2005 menjadi catatan hitam keberadaan gereja-gereja liar. Di Jawa Barat, puluhan rumah yang disalahfungsikan menjadi gereja liar ditertibkan warga setempat. Umumnya, gereja liar tersebut berada di perkampungan yang mayoritas Muslim. Misalnya, pada 14 April 2005, masyarakat Bandung yang tergabung dalam Aliansi Gerakan Anti Pemurtadan (AGAP) mengunjungi Gereja Kristen Pasundan (GKP) di Jl. Kebon Jati untuk menuntut penghentian kegiatan penyebaran agama Kristen di pemukiman Muslim dan penertiban gereja-gereja liar.

Pada 8 Mei 2005, masyarakat Lembang Bandung menuntut pejabat pimpinan HKBP (Huria Kristen Batak Protestan) “Persiapan Lembang” di Jl. Jayagiri 26 Lembang untuk mengembalikan fungsi garasi yang dijadikan sarana kebaktian.

Pada 21 Mei 2005, masyarakat bersama AGAP menutup dan meratakan gereja ilegal di Cisewu, Garut, atas izin dari Gereja Kristen Pasundan Bandung sesuai kesepakatan yang dibuat pada 21 April 2005. Gereja liar ini selama itu dijadikan tempat pemurtadan Muslim Garut.

Bekasi menjadi ladang subur bagi gereja liar. Banyak gereja ilegal tersebar di berbagai perumahan, rumah kontrakan, ruko, mall, dan hotel. Menurut Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Bekasi, Ustadz Bardruzzaman Busyairi, jumlah gereja liar di kabupaten dan kota Bekasi mencapai 224 lokasi. Di Perumahan Taman Galaxi RT 05 RW 17 terdapat 7 gereja permanen, namun hanya satu yang mengurus IMB (Izin Mendirikan Bangunan).

Perkembangan jumlah gereja di Indonesia memang luar biasa. Berdasarkan laporan Kementrian Agama RI bahwa sejak 1974 hingga 2004, jumlah gereja di Indonesia naik hingga 231 %. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2008 mengungkapkan, Kristen memiliki 47.106 gereja di seluruh Indonesia. Persebaran gereja Kristen pada sepuluh daerah terbesar adalah Sumatra Utara (11.158 gereja), Papua (4.648 gereja), Sulawesi Utara (4.247 gereja), NTT (3.974 gereja) dan Jawa Tengah (2.519 gereja), sementara DKI Jakarta sebanyak 555 gereja. Lima lainnya yaitu Kalimantan Barat (2.351 gereja), Sulawesi Selatan (2.302 gereja), Jawa Timur (1.947 gereja), Sulawesi Tengah (1.833 gereja) dan Kalimantan Tengah (1.487 gereja).

Masih dari data BPS, jumlah gereja Katolik di seluruh Indonesia tak sebanyak gereja Kristen, yakni 12.242. Persebaran di sepuluh daerah terbesar terdapat di Kalimantan Barat (2.245 gereja), Sumatra Utara (2.194 gereja), NTT (1.842 gereja), Papua (978 gereja), dan Jawa Tengah (569). Lima lainnya, yakni Sulawesi Selatan (439 gereja), Jawa Timur (415 gereja), Kalimantan Timur (412 gereja), Lampung (361 gereja), Kalimantan Tengah (346 gereja), sementara di DKI sebanyak 188 gereja.
Merujuk pada data BPS itu, jika jumlah gereja Kristen dan Katolik digabung, maka jumlah gereja di seluruh Indonesia sampai tahun 2008 mencapai 59.348. Jumlah ini belum termasuk gereja liar yang bertaburan di rumah-rumah penduduk dan rumah took (ruko) di hampir semua wilayah Indonesia. Gereja-gereja liar ini muncul tanpa izin resmi dari pemerintah daerah setempat.

Sementara itu, umat Islam yang “katanya” mayoritas (sekitar 80 %) dari seluruh jumlah penduduk Indonesia, dari sumber data yang sama hanya memiliki 243.091 masjid di seluruh Indonesia. Artinya, jumlah gereja yang terdaftar di seluruh Indonesia mencapai sekitar 25 % dibanding masjid. Jumlah ini dipastikan membengkak jika ditambahkan dengan gereja liar di seluruh Indonesia. Pertanyaannya, dari hasil sensus BPS 2010 ini, apakah jumlah gereja juga akan terkerek naik lagi?

Sepuluh propinsi yang memiliki jumlah masjid terbanyak di seluruh Indonesia adalah Jawa Barat (53.019 masjid), Jawa Tengah (41.340 masjid), Jawa Timur (39.130 masjid), Sulawesi Selatan (11.043 masjid) dan Lampung (10.505 masjid). Lim lainnya antara lain Banten (8.313 masjid), Sumatera Selatan (7.570 masjid), DIY (6.625 masjid), Riau (5.718 masjid), dan NTB (5.203 masjid), sementara DKI Jakarta memiliki 3.037 masjid.

2. Kristenisasi Melalui pendidikan
Kristenisasi melalui pendidikan dilakukan dengan berbagai cara, misalnya memberi bantuan biaya sekolah dan beasiswa, berkedok kampanye antinarkoba di kalangan pelajar, dan mewajibkan siswa Muslim untuk mengikuti pendidikan agama Kristen. Para pelajar dan mahasiswa pun menjadi sasaran para misionaris.



Pada pertengahan Maret 2001, kelompok misionaris yang menamakan diri Lembaga Pelayanan Mahasiswa Indonesia (LPMI) membagi-bagikan paket gratis kepada para pelajar di Surakarta berisi sebuah kaset mengenai kisah Yesus menurut Injil Lukas dengan ditutup kampanye antinarkoba bertajuk “Say No Drugs!” dan kiat belajar efektif. Dalam paket itu juga terdapat obat-obatan dan permen produksi sebuah perusahaan obat dan permen terkemuka. Banyak siswa-siswi SMA Negeri 1, 2, dan 3 Surakarta yang menerima paket tersebut.

Di kampung Kamasan di kawasan Anyer Propinsi Banten, gerakan Kristenisasi mendompleng Kementrian Pemberdayaan Perempuan dengan berkedok bantuan dan misi pendidikan. Pada Maret 2004, instansi ini melakukan Bakti Sosial berupa pembagian buku dan alat tulis. Bahan-bahan bacaan agama Kristen yang meliputi Injil dalam versi komik, buku mewarnai bergambar gereja, dan alat-alat lainnya yang bersimbol salib memenuhi paket bantuan. Padahal paket bantuan ini disebar ke beberapa sekolah dasar, bahkan ke madrasah-madrasah yang tersebar di pelosok-pelosok kecamatan Anyer.

3. Kristenisasi Melalui Bantuan dan Kegiatan Sosial
Bencana dan kesusahan yang menimpa umat Islam menjadi kesempatan emas bagi pihak Kristen untuk melakukan Kristenisasi. Mereka menawarkan bantuan, namun berbuntut dengan pemurtadan. Banyak kasus Kristenisasi melalui bantuan dan kegiatan sosial terjadi berulang kali. Misalnya, ketika terjadi bencana dan gempa bumi di Aceh pada Desember 2004, banyak misionaris Kristen datang sebagai relawan membawa bantuan sosial sekaligus melakukan pemurtadan. Scott Binner, misalnya, seorang pastur berkewarganegaraan Amerika.



Dia menceritakan keberhasilan para misionaris di Aceh pascatsunami. Menurutnya, ada sekitar 300 anak asli Aceh yang pada Februari 2005 telah berada di sebuah sekolah Katolik di Medan, Sumatera Utara. Di sekolah yang tidak disebutkan namanya itu, Binnet mengatakan, 300 anak asli Aceh akan dirawat, diobati dan nanti disekolahkan.

Kasus Kristenisasi melalui bantuan dan kegiatan sosial juga terjadi ketika gempa bumi menimpa Yogyakarta pada Juni 2006, lalu Padang pada Oktober 2009. Demikian juga ketika Gunung Merapi meletus pada Nopember 2010. Banyak pengungsi menjadi korban pemurtadan, terutama mereka yang mengungsi ke gereja-gereja.

Beberapa kasus lain terjadi di Bekasi dan Jakarta. Pertama, acara Bekasi Berbagi Bahagia (BBB) yang diselenggarakan Yayasan Mahanaim tahun 2008. Izin acara hanya perlombaan tumpeng dan pernikahan massal. Akan tetapi, Yayasan Mahanaim yang ternyata adalah Yayasan Kristen telah menyiapkan kolam berisi air. Setelah acara berlangsung, seluruh peserta tiba-tiba diminta masuk ke dalam kolam, kemudian diberi roti dan minuman. Ritual ini sebenarnya adalah pembabtisan. Tapi karena acara ini menggunakan logo Pemkot Bekasi, tanpa memunculkan logo gereja atau Kristen, peserta dan masyarakat pun tak menyadarinya, apalagi berbagai hadiah telah disiapkan.

Kedua, masih di Bekasi, dengan memanfaatkan momen hari pendidikan nasional, sebuah yayasan Kristen menggelar acara karnaval Bekasi Anti Narkoba. Selain mencatut Pemkot Bekasi, acara ini juga menempel pada Badan Narkotika Kota (BNK) Bekasi. Tapi faktanya, acara ini merupakan upaya Kristenisasi dengan membuat formasi Salib di halaman masjid Al-Barkah Bekasi dan menggunakan simbol-simbol Kristen. Kegiatan jelas melanggar kode etik penyiaran agama yang sudah diatur pemerintah.

Ketiga, pada momentum kebangkitan nasional sebuah acara nasional digelar oleh LSM Kristen di Monas dengan tajuk “Bangkitlah Indonesiaku”. Tak kurang dari 300 ribu orang dari berbagai kota di sekitar Jakarta terlibat pada acara ini. Bahkan hadir juga utusan dari misi Kristen asing yang tidak bisa berbahasa Indonesia. Selain itu, beberapa pengurus majelis taklim diangkut menggunakan bus. Semua acara dikemas dalam bentuk peringatan kebangkitan nasional dan pasar murah.

Beberapa tahun belakangan, Bekasi memang menjadi ladang subur Kristenisasi yang dilakukan dengan berbagai kegiatan, termasuk kegiatan sosial. Ev. Iin Tjipto, salah seorang aktivis Yayasan Mahanaim, menulis, “Begitu pun dengan Bekasi, kota dimana Tuhan menempatkan saya dan teman-teman di Mahanaim. Sejak kami tinggal di Bekasi, secara intens/terus menerus Tuhan membawa dan mengajari kami masuk dalam peperangan rohani untuk mengubah kota Bekasi seperti yang Tuhan mau. Dan kami melihat dampaknya sangat nyata, membawa perubahan dalam suasana kehidupan kota kami.”

4. Kristenisasi Melalui Politik
Pihak Kristen berusaha menguasai politik Indonesia untuk melemahkan pengaruh Islam dan mewujudkan negeri ini sebagai “kerajaan Allah”. Hal ini mereka lakukan sejak Indonesia merdeka hingga pascareformasi. Pada awal reformasi, mereka menggalang opini untuk meruntuhkan kredibilitas pemerintahan Habibie. Bersama kelompok Marxisme-Leninisme, kelompok Katolik Jesuit aktif melakukan demo dan tindakan brutal.


Kemudian pada 2003, kalangan Kristen menurunkan ribuan massa menolak disahkannya Rancangan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (RUU Sisdiknas) menjadi UU di DPR. Undang-Undang ini mewajibkan sekolah agar mengajarkan agama sesuai agama anak didiknya. Mereka pun menunggangi Fraksi PDIP memboikot Rapat Paripurna DPR dengan agenda pencegahan RUU menjadi UU.

Di daerah yang dikuasai oleh mayoritas Kristen, seperti di Manokwari Papua, pihak Kristen melakukan tindakan diskriminatif terhadap umat Islam. Bantuan pemerintah untuk pembangunan tempat ibadah hamper 70% dialokasikan untuk pembangunan gereja, sedangkan untuk masjid dan peribadatan umat lainnya paling besar 30%.

Pada 2007, Pemerintah dan DPRD Kabupaten Manokwari sempat memfasilitasi rancangan peraturan daerah (Raperda) pembinaan mental dan spiritual berbasis Injil. Ide Raperda ini berasal dari sekelompok orang Kristen yang tergabung dalam Gereja Kristen Indonesia. Mereka ingin Manokwari menjadi kota Injil. Raperda ini jelas ditolak oleh umat Islam.

5. Kristenisasi Melalui Hiburan
Kristenisasi melalui hiburan dilakukan dengan berbagai cara. Misalnya, mengamen dengan lagu-lagu gereja di bis kota , menyusupkan video klip berisi propaganda tentang Yesus pada VCD bajakan lagu-lagu Islami Haddad Alwi dan paket wisata seperti yang terjadi di Garut pada awal Januari 2009.

Sebanyak 34 orang dari Kecamatan Kadungora dan 1 orang dari Kecamatan Leles dibaptis dalam acara wisata ke Pangandaran. Setibanya di Pangandaran, mereka dibawa ke sebuah gereja dalam keadaan lapar dan diminta menandatangani surat pernyataan kesiapan pembaptisan. Setelah surat itu ditandangani, mereka dimandikan kemudian dibaptis.

6. Melecehkan Islam dan Memanipulasi Ayat Al-Quran dan Al-Hadits
Tujuan modus ini adalah untuk merusak citra Islam dan meragukan umat terhadap kebenaran ajarannya. Sejak reformasi digulirkan, banyak orang Kristen berani melecehkan Islam dengan terang-terangan. Pada pertengahan 1999, beberapa brosur dan buletin Dakwah Ukhuwah terbitan Nehemia Centre tersebar di kalangan masyarakat Muslim.

Di antara judul brosur tersebut: Siapakah Yang Bernama Allah Itu, Membina Kerukunan Hidup Umat Beragama, dan Rahasia Jalan ke Surga. Ada juga yang berbentuk buku kecil, seperti Upacara Ibadah Haji, Ayat-Ayat Al-Qur’an Yang Menyelamatkan, Isa Alaihisalam dalam Pandangan Islam, dan Riwayat Singkat Pusaka Peninggalan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam.

Buku-buku tersebut dikarang oleh orang yang sama, yaitu Drs Poernomo Winangun alias H Amos, tanpa penerbit. Buletin, brosur maupun buku-buku kecil tersebut banyak mengutip ayat Al-Qur’an dan Al-Hadits, namun isinya menyerang Islam. Buku Riwayat Singkat Pusaka Peninggalan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, misalnya, menyebut Siti Khadijah sebagai pemeluk Kristen yang sangat patuh dan paham bahasa Arab. Dia menerjemahkan Kitab Injil dari Bahasa Ibrani ke Bahasa Arab (hlm 11). Lalu yang dimaksud dengan Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam berpegang kepada Alkitab ialah Taurat dan Injil, yaitu Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, karena Al-Qur’an pada waktu Muhammad SAW wafat belum terwujud. Sementara itu, yang dimaksud dengan Sunnah Rasul-Nya adalah perintah dan perbuatan Nabi yang tercantum dalam Alkitab, yaitu perintah dan perbuatan Nabi Isa as putera Maryam (hlm 44).

Kemudian pada Ramadhan 1424 (Nopember 2003), umat Islam resah dengan tersebarnya buku Islamic Invasion dan Who is This Allah yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia serta komik yang melecehkan Islam. Komik ini di antaranya menceritakan bahwa kaum Muslimin menyembah Dewa Bulan dan menyuruh untuk membunuh orang lain yang mengatakan demikian. Di beberapa tempat, buku dan komik tersebut dibagi secara gratis oleh para aktivis Kristen kepada para mualaf, bahkan ke murid dan guru Muslim. Aktivis Kristen itu meminta agar guru tersebut membaca buku itu secara tuntas dan menghayati isinya.

Di Malang, pada 17-19 Desember 2006, sekelompok orang Kristen dengan berpakaian Muslim mengadakan training doa. Dalam acara ini, seorang trainer memegang mushaf Al-Qur’an sambil berceramah dengan kata-kata hujatan. Dia lalu mengangkat Al-Qur’an itu tinggi-tinggi sambil berkata, “Di dalam buku ini (maksudnya Al-Qur’an) terdapat ajaran yang menyesatkan berjuta-juta orang. Kemudian, orang itu meletakkan Al-Qur’an di lantai, sedangkan jemaat lain mengitarinya sambil mengeluarkan kata-kata kutukan. Acara yang diadakan oleh Lembaga Pengembangan Mahasiswa (LPMI) wilayah Jawa Timur, Bali dan Nusa Tenggara itu selanjutnya disebarkan lewat VCD dan mengundang protes umat Islam.

7. Mengklaim Beberapa Tokoh Islam Telah Masuk Kristen
Untuk meragukan umat terhadap Islam, pihak Kristen memfitnah beberapa tokoh Islam telah masuk Kristen. Seorang pendeta yang mengaku bernama Mohammad Filemon pada 2003 rajin memberikan ceramah kesaksian yang cukup spektakuler. Dia mengaku telah membaptis KH Zaenuddin MZ. Ceramah kesaksian itu direkam dalam VCD dan dijual di gereja. Setahun berikutnya, giliran pelawak Muslim asal Sunda, Kang Ibing, yang difitnah telah dibaptis masuk Kristen. Dalam acara Diklat Antisipasi Pemurtadan di Masjid Al-Fajr Buah Batu Bandung pada 26 Desember 2004, Kang Ibing menolak tuduhan itu.

8. Merekayasa Aliran Sesat
Pihak Kristen turut berperan dalam memunculkan aliran sesat untuk memalingkan umat dari ajaran Islam yang benar. Pada Juni 2005, Robert Paul Walean, rohaniawan Kristen Advent, meramaikan media dengan ide agama Islam hanif. Agama baru yang mencatut nama Islam ini jelas bukan Islam, tapi doktrin Kristen Advent yang diberi label Islam dengan mencomot ayat-ayat Al-Qur’an secara serampangan sehingga mengandung banyak kesalahan. Upaya Robert Paul Walean tidak berhenti sampai di sini. Dia kemudian mendukung Ahmad Moshaddeq agar tampil menjadi rasul dengan ajaran Al-Qiyadah Al-Islamiyah.

Pada 17 Mei 2007, diadakan pengajian antara Robert Paul Walean dengan Ahmad Moshaddeq. Dalam pertemuan yang disaksikan para pengikut Al-Qiyadah yang mengaku sebagai Hawariyyin ini, Robert menyampaikan ceramah berjudul “Firman Allah dalam Dimensi Sejarah”. Dalam ceramahnya, Robert menegaskan dan membenarkan kerasulan Moshaddeq sesuai tanda-tanda yang ada dalam Alkitab (Bibel). Polda Jawa Timur akhirnya menangkap Moshaddeq dan anggota Al-Qiyadah Al-Islamiyah. Dalam proses penangkapan tersebut, aparat kepolisian menemukan Bibel dan buku pegangan yang mengutip ayat Bibel.

9. Memacari, Memperkosa, Menghamili, lalu Memurtadkan (Modus Sandi Air Mata 3 M)
Korban Kristenisasi dengan modus seperti ini adalah para remaja Muslimah. Pada akhir 1998, umat Islam Indonesia digemparkan dengan kasus penculikan dan pemurtadan seorang siswi Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Gunung Pangilun Padang Sumatera Barat yang bernama Khairiyah Eniswah (Wawah). Berawal dari perkenalannya dengan seorang gadis Protestan berjilbab yang pandai berbahasa Arab dan Inggris, Wawah kemudian menjadi target Kristenisasi jaringan Gereja Kristen Protestan Indonesia Barat (GPIB). Dia diculik, lalu dibaptis, diperkosa, dan dilarikan ke Malang Jawa Timur untuk menghilangkan jejaknya dari upaya pencarian keluarganya. Kasus serupa juga terjadi di tempat lain.


Majalah Sabili edisi Mei 2000 menampilkan berita mengenai Kristenisasi dengan modus ini. Di Jakarta Timur, seorang Muslimah asal Sukabumi menjadi korban pemurtadan hingga diperdaya menikah di gereja. Masih di Jakarta Timur juga, seorang Muslimah anak Ketua Masjid telah melangsungkan pernikahan di gereja.

Di Tambun Bekasi, seorang Muslimah anak mubaligh minum racun serangga hingga mati setelah dihamili dan diajak menikah di gereja, serta aktivis Muslimah anak dari LDK-Lembaga Dakwah Kampus yang sehari-harinya memakai jilbab panjang di Kampus PUSPITEK Tangerang, Banten inisial S mengajari seorang pria yang ingin mempelajari Islam nyatanya sekarang malah Perempuan yang inisial S tersebut pindah agama dan ke kampus tidak pake pakaian muslimah lagi malah pake pakaian you can see, inillallillahi wa innalillahi rojiun, hati-hatilah banyak pria kafir yang seolah-olah ingin mempelajari Islam dengan seorang muslimah padahal dia itu adalah srigala berbulu domba yang siap menerkam mangsanya, dan lelaki tersebut masih berkeliar di kampus tersebut dan mencari mangsa baru, jadi apabila ada seorang pria kafir ingin masuk Islam lebih baik diserahkan saja ke seorang Ustadz/Da’i jangan gegabah mengajari agama kepadanya, wallohu’ alam.

10. Menggunakan Bantuan Jin
Usaha pemurtadan dan Kristenisasi lewat sihir, jin dan hipnotis terjadi di beberapa daerah. Pada akhir 2003, sembilan santri putri Pesantren Khairu Ummah mengalami kesurupan. Dalam proses penyembuhan atau ruqyah, jin-jin yang merasuki tubuh anak-anak santri tersebut meminta tolong kepada Bunda Maria dan Yesus serta terus menerus menyebut Haleluya.

Selain itu, jin-jin yang merasuki para santri belia itu menyebut nama seseorang sebagai pengirim mereka. Namanya adalah Donarius, salah seorang warga sekitar yang beragama Kristen. Kasus lain yang tidak kalah menghebohkan juga terjadi di kampus Politani Universitas Andalas, di Payakumbuh. Sebanyak 23 mahasiswi berjilbab kesurupan dan menyebut-nyebut nama Bunda Maria, Yesus dan kata-kata Salib. Hampir pada waktu bersamaan, peristiwa serupa juga menimpa Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Payakumbuh. Pada 23 September 2003, sebanyak 11 siswi kesurupan dan menunjukkan perilaku yang tidak berbeda dengan kasus-kasus sebelumnya.

Penutup
Kristenisasi yang marak terjadi pascareformasi sebenarnya merupakan kesinambungan dari Kristenisasi yang telah dimulai sejak para penjajah Barat masuk ke negeri ini. Hal ini bukan saja ancaman bagi umat Islam, namun juga merupakan tantangan untuk senantiasa meningkatkan dakwah dan mempererat ukhuwah Islamiyah. Sebuah nasihat bijak disampaikan oleh pendahulu kita, HM Rasjidi, mengenai pentingnya ukhuwah Islamiyah.

Ukhuwah Islamiyah pada waktu ini sangat penting, karena umat Islam sedang dirongrong oleh kekuatan Internasional yang sangat besar, yaitu misi Katolik dan zending Kristen. Ini adalah soal hidup atau mati. Tetapi kalau Ukhuwah Islamiyah di Indonesia pada waktu sekarang ini disamaratakan dengan Ukhuwah Wathaniyah, maka akan berarti bahwa tidak ada bahaya Kristenisasi, marilah kita berbondong-bondong masuk agama Masehi, toh semua agama sama saja, bahkan mungkin agama Kristen si A lebih baik daripada agama Islam si B.


Persoalannya adalah melihat keadaan dan kedudukan. Ukhuwah Wathaniyah adalah baik, tetapi dalam keadaan ribuan kalau tidak jutaan umat Islam menjadi mangsa Kristenisasi, kita harus tunggu dulu, kita harus menginsafkan saudara-saudara kita yang ber“ukhuwah wathaniyah” agar sadar bahwa mengkristenkan umat Islam akan mengganggu ukhuwah wathaniyah.

Kalau tiap-tiap soal, tiap-tiap kata kita bahas sendiri, tanpa melihat hubungannya dengan keadaan dan realitas yang kita hayati, maka ke mana kita akan memimpin umat kita, Umat Islam?

Umat Islam harus mengambil hikmah dan pelajaran dari kasus-kasus Kristenisasi yang telah terjadi. Dari kasus-kasus tersebut, mungkin saja ada yang terjadi karena kesalahan dan kelalaian umat Islam sendiri. Misalnya saja, umat Islam mudah berpecah belah, gampang diprovokasi, kurang peduli terhadap sesama Muslim, kurang peka terhadap lingkungan sekitar dan kurang gigih dalam berdakwah. Dalam kondisi demikian, misi Kristen datang untuk memurtadkan umat Islam. Bukankah ini kelalaian umat Islam sendiri? Mari kita introspeksi diri! Wallohu a‘lam

Sumber data dari Ustadz Drs. H. Abu Deedat Syihab MH (Pengamat Kristologi, Penulis Buku Membongkar Gerakan Pemurtadan Umat Islam Dokumen Kristenisasi, Penerbit: Pustaka Tazkia Az Zahra, Jakarta), Data dari FAPB-Front Anti Pemurtadan Bekasi dan dari Ustadz Drs. Bernard Abdul Jabbar, M.Pd (Mantan Misionaris tinggal di Bekasi, Ketua Kamra-Komite Advokasi untuk Muslim Rohingnya Arakan, Ketua Dewan Dakwah Islamiyyah Indonesia/DDII Bekasi Raya).(nahimunkar.com).


Sumber :
http://www.nahimunkar.com/waspadai-10-modus-kristenisasi-yang-menggerogoti-umat-islam-indonesia/


 APAKAH KITA AKAN DIAM SAJA ?


Sabtu, 17 Februari 2018

::: Menyesal Tembaki Masjid, Ex Marinir AS Menangis Minta Maaf :::

HARTFORD – Medio 2015 lalu, seorang mantan personel Marinir Amerika Serikat (AS), Ted Hakey Jr., memendam begitu banyak kebencian pada umat muslim.

Saking dengkinya, Hakey bahkan menembaki sebuah masjid dekat rumahnya di Kota Harftord, Connecticut, AS.

Saat itu Hakey tengah mabuk setelah minum 10 gelas alkohol dari sebuah bar. Sepulangnya Hakey dari bar, veteran Marinir berusia 48 tahun itu mengambil sepucuk pistol kaliber 9 milimeter dan senapan M14 miliknya.

Keluar rumah dengan membawa senjata, Hakey pun menembak tanpa arah di halaman rumahnya yang kemudian diarahkannya ke pintu samping Masjid Baitul Aman. Namun pada Sabtu, 2 April 2016 lalu waktu setempat, Hakey menghaturkan permintaan maafnya, sembari menyerahkan cokelat berbentuk telur Paskah sebagai pemberian.

Hickey datang bersama istrinya, Myra ke masjid tersebut, setelah diundang pemimpin masjid, Dr. Mohammed Qureshi dalam sebuah event, “True Islam and the Extremist”, terlepas jelang penahanan terhadap dirinya.

Ya, pada Februari lalu, Hakey mengaku bersalah terkait perusakan properti keagamaan yang terlingkup dalam dakwaan kejahatan berdasarkan kebencian. Hackey baru akan divonis pada Mei 2016 mendatang dengan hukuman 14 bulan penjara.

Namun sebelum itu, dia mendatangi undangan tersebut dan terpana melihat umat muslim menyambutnya dengan hangat. Hakey kemudian meminta maaf sembari menangis dan bahkan, menyempatkan diri bersujud di masjid itu.

“Suasananya sangat emosional. Dia datang sambil menangis dan gemetaran. Saya bisa merasakan ketulusan hatinya. Sebuah momen yang langka di mana Anda melihat seseorang yang pernah membenci Anda, justru kini datang dan minta maaf,” tutur Qureshi, diwartakan Independent, Sabtu (9/4/2016).

Menerima penyesalan Hakey tersebut, Qureshi menambahkan bahwa dia dan umat muslim jamaah masjidnya, akan melakukan segalanya untuk meringankan hukuman Hakey, jelang penjatuhan vonis pada Mei mendatang.

Sementara itu selain minta maaf, Hakey berjanji akan menjembatani orang-orang seperti dia yang pernah membenci Islam, agar bisa lebih paham perbedaan antara seorang muslim dan militan teroris.

“Ke depannya, saya ingin membantu Anda untuk menjembatani gap (di masyarakat) dan membantu seseorang, agar tak melakukan kesalahan yang sama seperti saya,”
timpal Hakey.

Dia juga mengaku akan terus memantau sosial media Facebook, demi merespons netizen lain yang masih menganggap bahwa seorang muslim sama saja dengan seorang teroris. Sebelum melakukan penembakan terhadap masjid tersebut, Hakey juga diketahui acap menggunakan Facebook untuk menyebarkan kebenciannya terhadap Islam.

“Tolong dengarkan saya. Anda salah tentang hal ini. Saya pernah menembaki masjid, tak perlu dibicarakan lagi. Tapi Anda harus dididik. Setiap hari Anda menyebar gambar-gambar negatif dan mem-posting kutipan Alquran dengan keliru,” tutupnya.

Sumber :
http://www.atjehcyber.net/2016/04/menyesal-tembaki-masjid-ekx-marinir-as.html



::: Dibakar Teroris, Masjid di Swedia Hancur Total >> Kristen Toleran ? :::

Sebuah masjid di kota Orebro di Swedia selatan hancur total dalam dugaan serangan pembakaran, kata seorang pejabat pemadam kebakaran pada Selasa (26/9/2017), sebagaimana dilansir World Bulletin.

Petugas pemadam kebakaran tiba di lokasi pada pukul 2 pagi waktu setempat, namun masjid tersebut benar-benar telah hancur, ungkap kepala pemadam kebakaran Orebro Ulf Jacobsen.

Tidak ada yang terluka dalam kebakaran tersebut, tandas Jacobsen. Dia juga mengatakan, bukti menunjukkan bahwa masjid tersebut dibakar.

Masjid Orebro – yang memiliki kapasitas 250 jamaah – dibangun pada tahun 2007 di lingkungan Vivalla, yang merupakan tempat tinggal bagi umat Islam dari berbagai negara.

Sebuah investigasi oleh Dewan Kerjasama Islam di Swedia mengungkapkan pada tahun 2015 bahwa tujuh dari 10 masjid di negara tersebut telah diserang.(kl/kb)

Sumber :
https://www.eramuslim.com/berita/dunia-islam/dibakar-teroris-masjid-di-swedia-hancur-total.htm

KRISTEN TOLERAN ?


::: Kisah Jenderal Adolfo Roberto.. Jenderal Pembantai Umat Islam Spanyol Yang Mendapat Hidayah ::

Suatu sore, tahun 1525 di sebuah penjara di Spanyol, suasana di situ terasa hening mencengkam. Jenderal Adolfo Roberto, pemimpin penjara yang terkenal bengis, tengah memeriksa setiap kamar tahanan.

Setiap sipir penjara membongkokkan badannya rendah-rendah ketika ‘algojo penjara’ itu melintasi di hadapan mereka.

Karena kalau tidak, sepatu ‘boot keras’ milik tuan Roberto yang fanatik Kristian itu akan mendarat di wajah mereka.

Roberto marah besar ketika dari sebuah kamar tahanan terdengar seseorang mengumandangkan suara-suara yang amat ia benci. “Hai…hentikan suara jelekmu! Hentikan…!” Teriak Roberto sekeras-kerasnya sambil membelalakkan mata.


Namun apa yang terjadi? Laki-laki di kamar tahanan tadi tetap saja bersenandung dengan khusyu’nya. Roberto bertambah berang. Algojo penjara itu menghampiri kamar tahanan yang luasnya tak lebih sekadar cukup untuk satu orang.

Dengan marah ia menyemburkan ludahnya ke wajah tua sang tahanan yang keriput hanya tinggal tulang. Tak puas sampai di situ, ia lalu menyucuh wajah dan seluruh badan orang tua renta itu dengan rokoknya yang menyala.

Sungguh ajaib… Tak terdengar secuil pun keluh kesakitan.  Bibir yang pucat kering milik sang tahanan amat gengsi untuk meneriakkan kata kepatuhan kepada sang Algojo. Bibir keringnya hanya berkata lirih "Robbi, wa-ana 'abduka ...". Tahanan lain yang menyaksikan kebiadaban itu serentak bertakbir sambil berkata, “Bersabarlah wahai ustaz…InsyaALlah tempatmu di Syurga.”

Melihat kegigihan orang tua yang dipanggil ustaz oleh sesama tahanan, ‘algojo penjara’ itu bertambah memuncak marahnya. Ia memerintahkan sipir penjara untuk membuka sel, dan ditariknya tubuh orang tua itu keras-kerasnya sehingga terjerembab di lantai.

“Hai orang tua busuk! Bukankah engkau tahu, aku tidak suka bahasa hinamu itu?! Aku tidak suka apa-apa yang berhubung dengan agamamu! Ketahuilah orang tua dungu, bumi Sepanyol ini kini telah berada dalam kekuasaan bapa kami, Tuhan Jesus. Anda telah membuat aku benci dan geram dengan ‘suara-suara’ yang seharusnya tidak didengari lagi di sini. Sebagai balasannya engkau akan kubunuh. Kecuali, kalau engkau mahu minta maaf dan masuk agama kami.”

Mendengar “khutbah” itu orang tua itu mendongakkan kepala, menatap Roberto dengan tatapan yang tajam dan dingin. Ia lalu berucap,

“Sungguh…aku sangat merindukan kematian, agar aku segera dapat menjumpai kekasihku yang amat kucintai, ALlah. Bila kini aku berada di puncak kebahagiaan karena akan segera menemuiNya, patutkah aku berlutut kepadamu, hai manusia busuk? Jika aku turuti kemahuanmu, tentu aku termasuk manusia yang amat bodoh.”

Sejurus sahaja kata-kata itu terhenti, sepatu laras Roberto sudah mendarat di wajahnya. Laki-laki itu terhuyung. Kemudian jatuh terkapar di lantai penjara dengan wajah berlumuran darah. Ketika itulah dari saku baju penjaranya yang telah lusuh, meluncur sebuah ‘buku kecil’. Adolf Roberto berusaha
memungutnya. Namun tangan sang Ustaz telah terlebih dahulu mengambil dan menggenggamnya erat-erat. “Berikan buku itu, hai laki-laki dungu!” bentak Roberto.

“Haram bagi tanganmu yang kafir dan berlumuran dosa untuk menyentuh barang suci ini!”ucap sang ustaz dengan tatapan menghina pada Roberto. Tak ada jalan lain, akhirnya Roberto mengambil jalan paksa untuk mendapatkan buku itu. Sepatu lars seberat dua kilogram itu ia gunakan untuk menginjak jari-jari tangan sang ustaz yang telah lemah.

Suara gemeretak tulang yang patah terdengar menggetarkan hati. Namun tidak demikian bagi Roberto. Laki-laki bengis itu malah merasa bangga mendengar gemeretak tulang yang terputus. Bahkan ‘algojo penjara’ itu merasa lebih puas lagi ketika melihat tetesan darah mengalir dari jari-jari musuhnya yang telah hancur.

Setelah tangan tua itu tak berdaya, Roberto memungut buku kecil yang membuatnya baran. Perlahan Roberto membuka sampul buku yang telah lusuh. Mendadak algojo itu termenung.


"Ah…seperti aku pernah mengenal buku ini. Tetapi bila? Ya, aku pernah mengenal buku ini.”

Suara hati Roberto bertanya-tanya. Perlahan Roberto membuka lembaran pertama itu. Pemuda berumur tiga puluh tahun itu bertambah terkejut tatkala melihat tulisan-tulisan “aneh” dalam buku itu. Rasanya ia pernah mengenal tulisan seperti itu dahulu. Namun, sekarang tak pernah dilihatnya di bumi Sepanyol.

Akhirnya Roberto duduk di samping sang ustaz yang sedang melepaskan nafas-nafas terakhirnya. Wajah bengis sang algojo kini diliputi tanda tanya yang dalam. Mata Roberto rapat terpejam. Ia berusaha keras mengingat peristiwa yang dialaminya sewaktu masih kanak-kanak.

Perlahan, sketsa masa lalu itu tergambar kembali dalam ingatan Roberto. Pemuda itu teringat ketika suatu petang di masa kanak-kanaknya terjadi kekecohan besar di negeri tempat kelahirannya ini.

Petang itu ia melihat peristiwa yang mengerikan di lapangan Inkuisisi (lapangan tempat pembantaian kaum muslimin di Andalusia). Di tempat itu tengah berlangsung pesta darah dan nyawa. Beribu-ribu jiwa tak berdosa gugur di bumi Andalusia.



Di hujung kiri lapangan, beberapa puluh wanita berhijab (jilbab) digantung pada tiang-tiang besi yang terpancang tinggi. Tubuh mereka bergelantungan tertiup angin petang yang kencang, membuat pakaian muslimah yang dikenakan berkibar-kibar di udara. Sementara, di tengah lapangan ratusan pemuda Islam dibakar hidup-hidup pada tiang-tiang salib, hanya karena tidak mahu memasuki agama yang dibawa oleh para rahib.

Seorang kanak- kanak laki-laki comel dan tampan, berumur sekitar tujuh tahun, malam itu masih berdiri tegak di lapangan Inkuisisi yang telah senyap. Korban-korban kebiadaban itu telah syahid semua. Kanak kanak comel itu melimpahkan airmatanya menatap sang ibu yang terkulai lemah di tiang gantungan.

Perlahan-lahan kanak – kanak itu mendekati tubuh sang ummi yang tak sudah bernyawa, sambil menggayuti abinya. Sang anak itu berkata dengan suara parau, “Ummi, ummi, mari kita pulang. Hari telah malam. Bukankah ummi telah berjanji malam ini akan mengajariku lagi tentang alif, ba, ta, tsa….? Ummi, cepat pulang ke rumah ummi…”
Budak kecil itu akhirnya menangis keras, ketika sang ummi tak jua menjawab ucapannya. Ia semakin bingung dan takut, tak tahu apa yang harus dibuat . Untuk pulang ke rumah pun ia tak tahu arah. Akhirnya budak itu berteriak memanggil bapaknya, “Abi…Abi…Abi…” Namun ia segera terhenti berteriak memanggil sang bapa ketika teringat petang kelmarin bapanya diseret dari rumah oleh beberapa orang berseragam.

“Hai…siapa kamu?!” jerit segerombolan orang yang tiba-tiba mendekati budak tersebut. “Saya Ahmad Izzah, sedang menunggu Ummi…” jawabnya memohon belas kasih. “Hah…siapa namamu budak, cuba ulangi!” bentak salah seorang dari mereka. “Saya Ahmad Izzah…” dia kembali menjawab dengan agak kasar. Tiba-tiba “Plak! sebuah tamparan mendarat di pipi si kecil. “Hai budak…! Wajahmu cantik tapi namamu hodoh. Aku benci namamu. Sekarang kutukar namamu dengan nama yang lebih baik. Namamu sekarang ‘Adolf Roberto’…Awas! Jangan kau sebut lagi namamu yang buruk itu. Kalau kau sebut lagi nama lamamu itu, nanti akan kubunuh!” ancam laki-laki itu.”

Budak itu mengigil ketakutan, sembari tetap menitiskan air mata. Dia hanya menurut ketika gerombolan itu membawanya keluar lapangan Inkuisisi. Akhirnya budak tampan itu hidup bersama mereka.

Roberto sedar dari renungannya yang panjang. Pemuda itu melompat ke arah sang tahanan. Secepat kilat dirobeknya baju penjara yang melekat pada tubuh sang ustaz. Ia mencari-cari sesuatu di pusat laki-laki itu. Ketika ia menemukan sebuah ‘tanda hitam’ ia berteriak histeria, “Abi…Abi…Abi…” Ia pun menangis keras, tak ubahnya seperti Ahmad Izzah dulu.

Fikirannya terus bergelut dengan masa lalunya. Ia masih ingat betul, bahwa buku kecil yang ada di dalam genggamannya adalah Kitab Suci milik bapanya, yang dulu sering dibawa dan dibaca ayahnya ketika hendak menidurkannya. Ia jua ingat betul ayahnya mempunyai ‘tanda hitam’ pada bahagian pusat.

Pemuda bengis itu terus meraung dan memeluk erat tubuh tua nan lemah. Tampak sekali ada penyesalan yang amat dalam atas tingkah-lakunya selama ini. Lidahnya yang sudah berpuluh-puluh tahun lupa akan Islam, saat itu dengan spontan menyebut, “Abi… aku masih ingat alif, ba, ta, tha…” Hanya sebatas kata itu yang masih terakam dalam benaknya.

Sang ustaz segera membuka mata ketika merasakan ada tetesan hangat yang membasahi wajahnya. Dengan tatapan samar dia masih dapat melihat seseorang yang tadi menyeksanya habis-habisan kini sedang memeluknya. “Tunjuki aku pada jalan yang telah engkau tempuhi Abi, tunjukkan aku pada jalan itu…” Terdengar suara Roberto meminta belas.

Sang ustaz tengah mengatur nafas untuk berkata-kata, lalu memejamkan matanya. Air matanya pun turut berlinang. Betapa tidak, jika setelah puluhan tahun, ternyata ia masih sempat berjumpa dengan buah hatinya, di tempat ini. Sungguh tak masuk akal. Ini semata-mata bukti kebesaran Allah.

Sang Abi dengan susah payah masih boleh berucap. “Anakku, pergilah engkau ke Mesir. Di sana banyak saudaramu. Katakan saja bahwa engkau kenal dengan Syaikh Abdullah Fattah Ismail Al-Andalusy. Belajarlah engkau di negeri itu.”

Setelah selesai berpesan sang ustaz menghembuskan nafas terakhir dengan berbekal kalimah indah “Asyahadu an laailaahailALlah, wa asyahadu anna Muhammad Rasullullah…’. Beliau pergi dengan menemui Rabbnya dengan tersenyum, setelah sekian lama berjuang dibumi yang fana ini.

Kini Ahmah Izzah telah menjadi seorang alim di Mesir. Syeikh Ahmad Izzah Al-Andalusy. Seluruh hidupnya dibaktikan untuk agamanya, Islam, sebagai ganti kekafiran yang di masa muda sempat disandangnya. Banyak pemuda Islam dari berbagai penjuru berguru dengannya.(dm).



Sumber:
http://www.portalpiyungan.com/2016/04/al-quran-dan-sang-jenderal.html


::: Alhamdulillah.. Kisah Pesatnya Penyebaran Islam di Eropa dan Amerika :::

Umat Islam terus menjadi sasaran kecurigaan atas aksi terorisme di dunia. Kecurigaan berkembang menjadi kebencian.

Di beberapa negara, utamanya di Eropa dan Amerika Serikat, perlakuan diskriminatif masih dirasakan pengikut Nabi Muhammad ini.

Di Eropa, kebencian ini terekam dalam jajak pendapat yang dirilis pada April 2010 lalu. Jajak pendapat tersebut menunjukkan bahwa 54 persen dari masyarakat Austria menganggap bahwa Islam adalah ancaman bagi gaya hidup Barat yang damai.

Dilihat dari sisi demokrasi, kebebasan dan toleransi, sebanyak 71 persen dari mereka berpendapat bahwa Islam tidak sesuai dengan konsep Barat tentang demokrasi, kebebasan dan toleransi. Sementara dari sisi hidup kolektif, sebanyak 72 persen beranggapan bahwa muslim di Austria tidak mengikuti aturan hidup kolektif.

Di Swiss, sebanyak 57 persen menolak pembangunan menara masjid, dan di Inggris 53 persen menganggap bahwa Islam adalah bahaya itu sendiri.

Survei lainnya menyebutkan bahwa empat dari 10 orang Perancis dan Jerman melihat muslim yang tinggal di negara mereka sebagai ancaman. Demikian hasil jajak pendapat yang diterbitkan oleh Surat kabar Prancis, Le Monde.

Sementara itu di Amerika Serikat, survei yang dilakukan perusahaan asal AS Rasmussen, mendapati bahwa warga Negeri Paman Sam menilai Islam sebagai agama yang paling menganjurkan kekerasan dibanding agama lain.

Surat kabar the Washington Times melaporkan, Selasa (13/1), sebanyak 52 persen responden dalam jajak pendapat itu mengatakan praktik agama Islam saat ini mendorong orang berbuat kekerasan. Sedangkan 28 persen menyatakan bukan itu masalahnya dan 20 persen sisanya abstain.

Survei melalui telepon itu juga menyatakan sebanyak 64 persen responden berpendapat saat ini memang tengah terjadi konflik global antara peradaban Barat dan Islam. Sebanyak 19 persen tidak setuju dan 17 persen lagi tidak yakin.

Sekitar tiga per empat warga yang disurvei atau 75 persen responden mengatakan para ulama harus mendorong pemahaman yang lebih menekankan perdamaian.

Sementara itu hanya 24 persen responden meyakini tindakan penyerang Charlie Hebdo yang membunuh 12 orang karena kartun nabi itu mencerminkan Islam yang sebenarnya.

Sebanyak 16 persen responden juga menyatakan Taliban di Afganistan yang membantai 130 siswa di Pakistan mewakili Islam yang sebenarnya. Sedangkan yang menilai kelompok militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) sebagai Islam yang sebenarnya hanya 27 persen responden.

Dengan kata lain, sesungguhnya jajak pendapat itu memperlihatkan sekitar tiga per empat warga Amerika tidak paham seperti apa Islam yang sebenarnya atau bagaimana sejarah Islam sesungguhnya. Bisa juga dikatakan, kebanyakan orang Amerika saat ini tidak bisa menilai Islam secara objektif.

Kebencian terhadap Islam sudah muncul sejak berabad-abad lampau. Terlepas dari latar belakang penyebab kebencian tersebut, nyatanya Islam merupakan agama yang paling cepat perkembangannya di Eropa dan Amerika.

Sejak menyebarnya Islam ke Eropa pada abad ke-7 Masehi melalui Andalusia (Spanyol) oleh pasukan Thariq bin Ziyad, panglima tentara dari Dinasti Bani Umayyah, benua putih dan biru itu seakan menjadi lahan subur penyebaran dakwah dan syiar Islam.

Hasil studi yang dirilis akhir tahun lalu menemukan bahwa Eropa memiliki sedikitnya 38 juta muslim atau sebesar lima persen dari total populasi benua tersebut. Muslim di Eropa sebagian besar terkonsentrasi di Eropa Tengah dan Timur.

Sementara itu, Rusia memiliki lebih dari 16 juta penduduk muslim, angka ini merupakan yang terbesar di Eropa. Sedangkan penduduk muslim di Jerman sebanyak 4,5 juta, Prancis sebanyak 3,5 juta jiwa, Inggris sekitar 2 juta orang, dan Italia sebanyak 1,3 juta jiwa.

Sisanya tersebar di beberapa negara Eropa lainnya seperti Portugal, Swedia, Belanda, Swiss, Belgia, dan lainnya. Jumlah ini diperkirakan masih akan terus bertambah. Sebuah hasil studi di Rusia menyebutkan, jumlah pemeluk Islam di negara Beruang Merah tersebut mencapai 25 juta jiwa dari total populasi yang mencapai 145 juta jiwa.

Sementara itu, kelompok pencari fakta asal Amerika, Pew Research Center mendapati bahwa dalam 30 tahun terakhir, jumlah penduduk muslimin di seluruh dunia telah meningkat pesat. Data statistik menunjukkan, pada tahun 1973 penduduk Muslim dunia sekitar 500 juta jiwa. Namun, saat ini jumlahnya naik sekitar 300 persen menjadi 1,57 miliar jiwa. Tercatat, satu dari empat penduduk dunia beragama Islam.

Studi tersebut mengatakan bahwa hampir 46 juta Muslim berada di benua Amerika. Di negara super power, Amerika Serikat, agama Islam dipeluk oleh sekitar 2,5 juta orang. Sementara itu, di Kanada jumlah pemeluk Islam mencapai 700 ribu orang.

Tak jauh berbeda dengan Argentina. Umat Islam di negara Tango itu mencapai 800 ribu orang, dan merupakan pemeluk Islam terbesar di Amerika Selatan. Sementara itu, di Suriname, pemeluk Islam mencapai 16 persen dari total penduduknya, dan menjadi populasi Muslim terbesar di benua Amerika.

Pesatnya penyebaran Islam di Eropa dan Amerika ini muncul terutama setelah serangan terhadap World Trade Center (WTC) pada tanggal 11 September 2001 silam. Ketertarikan secara alamiah clan rasa ingin tahu yang mendalam telah mendorong peningkatan jumlah warga dunia yang berpaling kepada Islam.

Hal ini diakui oleh Imam besar Islamic Centre of New York, Shamsi Ali. Menurutnya, perkembangan Islam di AS semakin pesat setelah kejadian tersebut. Ali menyebut, kejadian 11 September 2001 merupakan momentum perkembangan Islam di Amerika.

"Kesalahpahaman terhadap Islam kan sudah lama. (11/9) Itu titik balik. Saya melihat justru itu titik baliknya, karena Islam di ekspose kan, dan Islam itu walau diekspos secara negatif kepada orang Amerika, ternyata dengan karakter ingin tahunya mereka, mereka mencari dan ketika mereka mencari mereka menemukan Islam yang sesungguhnya," ujar Ali kepada merdeka.com.

Ali memaparkan, sebelum 11 September 2001, pemeluk Islam di AS adalah imigran dan pekerja biasa yang datang dari Indonesia atau negara-negara lain yang mayoritas penduduknya memeluk Islam. Setelah 11 September 2001, lanjut Ali, banyak kalangan intelektual serta profesional muda yang memutuskan untuk memeluk Islam.

"Artinya jumlahnya bertambah, kualitasnya juga semakin kokoh, semakin kuat," ujar Ali.

Salah satu profesional muda yang pada akhirnya memutuskan untuk memeluk Islam adalah George Green. Green sebelumnya dikenal sebagai manajer tur artis-artis hip hop kenamaan dunia seperti Jay-Z dan Kanye West.

Selama lima tahun Green mempelajari Islam setelah mendengar suara azan saat bertandang ke Dubai bersama rapper ternama yang juga seorang muslim, Akon pada tahun 2006. "Tahun 2011 saya memutuskan untuk memeluk Islam," ucap Green kepada merdeka.com, Minggu (29/3).

Kini, Green memilih jalan hidup sebagai motivator, penulis, dan sukarelawan di bidang kemanusiaan. Bukan hal yang aneh apabila menemui Green sedang membagi-bagikan makanan kepada para tunawisma di jalan-jalan di kota New York, AS atau di Melbourne, Australia lantaran Green berkomitmen menggarap proyek-proyek amal dan kemanusiaan secara global.(dm).

Sumber :
http://www.merdeka.com/peristiwa/kisah-pesatnya-penyebaran-islam-di-eropa-dan-amerika.html


::: Subhanallah... Kisah Seorang Dokter Dari Amerika Masuk Islam Karena Mendengar Ayat ini :::

Beberapa tahun yang lalu, ada seorang teman yang bercerita kepada saya tentang Seorang Dokter Dari Amerika Yang masuk agama Islam.

Dirumah sakit tersebut, seseorang dokter yang beragama muslim bekerja dengan keilmuan yang sangat baik, sehingga memberikan pengaruh besar untuk mengenal sebagian dokter Amerika.

Dan dia, dengan kekuatan itu dapat mengundang decak kagum dokter lain. Diantara beberapa dokter Amerika itu, dia memiliki satu sahabat yaitu orang yang memiliki cerita ini. Mereka berdua selalu bertemu dan keduanya bekerja di bagian persalinan.

Pada suatu malam, di rumah sakit itu terjadi dua momen persalinan (lahiran Bayi) secara bersamaan. Sesudah ke-2 wanita tersebut melahirkan, ke dua bayi itu tercampur dan tidak ada yang tahu masing-masing pemilik kedua bayi yang berjenis kelamin lelaki maupun perempuan itu.

Masalah ini berlangsung disebabkan oleh kecerobohan perawat yang seharusnya dia menulis nama ibu pada gelang yang ditempatkan pada tangan ke-2 bayi itu. Serta saat ke-2 dokter itu mengetahui kalau mereka berada pada kondisi kebingungan, siapakah ibu bayi lelaki serta siapakah ibu bayi perempuan, jadi dokter Amerika berkata pada seorang dokter Muslim.

Artinya: “Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu: bahagian seorang anak lelaki sama dengan bagahian dua orang anak perempuan; dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua, maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang saja, maka ia memperoleh separo harta. Dan untuk dua orang ibu-bapa, bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak; jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapanya (saja), maka ibunya mendapat sepertiga; jika yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara, maka ibunya mendapat seperenam. (Pembagian-pembagian tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan) sesudah dibayar hutangnya. (Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat (banyak) manfaatnya bagimu. Ini adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. ”

“Engkau mengatakan sebenarnya Al-Quran sudah menjelaskan semua suatu hal dan engkau mengatakan sebenarnya Al-Quran itu meliputi semua bebrapa permasalahan apa pun. Jadi tunjukkanlah kepadaku langkah tahu siapa ibu dari masing-masing bayi ini” Terang dokter Amerika.

Lalu Dokter Muslim menjawab, “Ya, Al-Quran sudah menjelaskan semua suatu hal serta bakal saya tunjukkan padamu mengenai hal semacam itu. Biarlah kami mendiagnosa ASI ke-2 ibu dan kami akan temukan jalan keluar. ”

Sesudah terlihat hasil dari diagnosis, dengan begitu percaya diri dokter muslim itu memberi tahu rekannya (dokter Amerika), siapakah ibu sesungguhnya dari masing-masing bayi itu.

Dokter Amerika itupun terheran heran dan bertanya, “Lalu Bagaimana kamu tahu? ”
Dokter Muslim menjawab, “Sesungguhnya hasil yang terlihat dan menunjukkan sebenarnya kadar banyak ASI pada payudara ibu si bayi lelaki 2 x lipat kandungannya dibandingkan dengan ibu si bayi perempuan. Perbandingan kadar garam serta vitamin pada Asi ibu bayi lelaki itu juga 2 x lipat dibandingkan ibu si bayi wanita. ”
Lalu dokter Muslim itu membacakan ayat Al-Quran yang dia jadikan sebagai dasar dari alasan dari jalan keluar itu, “Bagi lelaki seperti sisi dua wanita. ” (QS Annisa Ayat 11)

Dan sesudah mendengarkan perkataan dan makna QS Annisa ayat 11 dari Dokter yang beragama Islam, dokter Amerika itu, diam tanpa kata, dan dia menyatakan keislamannya secara spontan tanpa ragu ragu. Massyaallah.(Foto : Ilustrasi)

Wallahu A’lam

Sumber :
http://www.portal-islami.com/2017/02/Dokter-Amerika-Masuk-Islam.html


::: Islam Berkembang Sangat Pesat, China Ketakutan dan Larang Pembacaan Al Quran di Sekolah :::

Islam  adalah agama yang mengalami pertumbuhan yang tercepat di antara anak muda China yang berusia di bawah 30 tahun, menurut sebuah studi yang dirilis oleh National Survey Research Centre, Renmin University of China.

Dari kelompok usia itu dikatakan bahwa 22,4 persen adalah Muslim, diikuti Katolik mencapai 22 persen, menurut survey tersebut.

“Islam cenderung memiliki demografis pemeluk kaum muda,” kata Wei Dedong, seorang profesor studi Buddhis di Sekolah Tinggi Filsafat di Renmin, yang turut meneliti dan merilis survey.

“Sebagian orang percaya bahwa Islam adalah milik kelompok etnis minoritas. Dan sangat wajar bagi seorang muslimah melahirkan beberapa orang anak. Anak-anak mereka juga akan menjadi Muslim, namun sangat langka bagi orang dewasa China untuk masuk Islam.”

China hanya mengakui lima agama: Buddhisme, Taoisme, Katolik, Protestan dan Islam. Islam memiliki proporsi terbesar dari pengikut muda, yakni sebesar 22,4 persen

Perkembangan Islam yang cukup pesat di China, rupanya membuat pemerintah CHina ketar-ketir dan ketakutan. Hal ini terbukti dari dikeluarkannya larangan membaca Al Quran di sekolah-sekolah di China.

Beberapa waktu lalu, pihak berwenang di Provinsi Gansu di China memerintahkan kepada sekolah-sekolah agar melarang dengan tegas kegiatan keagamaan di dalam ruang kelas.

Dinas pendidikan di provinsi yang terletak di barat laut China ini menegur satu sekolah taman kanak-kanak sesudah mereka melihat video seorang anak membaca al-Quran di dalam sekolah tersebut.

Dalam pernyataannya, teguran pemerintah provinsi Gansu itu menyebutkan bahwa kegiatan keagamaan bisa 'merugikan kesehatan mental' orang-orang muda.

Pemerintahan provinsi Gansu menegaskan kembali kebijakan resmi pemerintah yang ateis melarang kegiatan keagamaan sekolah negeri di berbagai tingkat.

Kantor berita Associated Press melaporkan dalam video yang beredar tampak seorang anak usia TK memakai penutup kepala berwarna hitam membaca al-Quran dikelilingi oleh banyak murid lain.

Diduga video diambil di prefektur Linxia yang merupakan daerah dengan mayoritas penduduk Muslim. Praktek keagamaan diperbolehkan di China tetapi dengan pengendalian yang sangat ketat.

Alasan pemerintah China adalah kegiatan keagamaan dikhawatirkan bisa digunakan untuk mempromosikan 'identitas budaya non-China. [*]



Sumber : Portalpiyungan


::: Innalillahi.. Islam Menjadi Pesakitan Di Negeri Mayoritas Islam ! >> Saatnya Umat Islam BANGKIT !:::

Tiap bulan Desember melintas hingga memasuki Januari, saat itulah posisi Islam berubah statusnya di NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) yang semula Islam secara formal diakui sebagai agama dominan dan dipeluk hampir 90% rakyat Indonesia bahkan dibanggakan sebagai negara Islam terbesar di dunia, namun mendadak-sontak saat Desember masuk, maka posisi Islam itu berubah drastis.

Posisi Islam yang dominan berubah seolah-olah menjadi penganut agama yang minoritas, bahkan posisi Islam dan umat Islam seperti pesakitan.

Betapa tidak, umat Islam dengan ajaran agamanya, Jihad, itu, bukan sekadar dicurigai saat bulan Desember datang, di mana orang  Kristen hendak merayakan hari raya Natal dan Tahun Baru, bahkan Islam dan umat Islam ditempatkan sebagai ‘penjahat kambuhan’ yang siap hendak meledakkan gereja-gereja dengan bom.


Opini seperti ini disebarluaskan oleh media sekuler, dimiliki non-Islam yang kini menguasai Indonesia hampir 95%. Dan ironisnya opini menyesatkan itu diantisipasi oleh pemerintah sejak 15 tahun terakhir ini—di era reformasi—dengan kebijakan membentuk pasukan pengamanan di seluruh Indonesia dalam status kesiagaan penuh, dengan kode perintah Siaga III, Siaga II, hingga Siaga I.

Lebih ironis lagi ormas Islam tertentu, ikut ‘Menabuh Gong” memperkuat rekayasa menempatkan Islam sebagai pesakitan itu, dengan ramai-ramai menyatakan mendukung pengamanan gereja, ikut menjaga gereja di malam Natal dan Tahun Baru dengan membentuk pasukan pengamanan swasta.

Suasana pun tercipta dengan sempurna  yakni di satu sisi, posisi Kristen  dianggap sangat terancam dan perlu dilindungi oleh negara. Sebaliknya posisi Islam dan umat Islam, menjadi pesakitan atau ‘Penjahat Kambuhan’ yang selalu datang tiap bulan Desember, harus diamankan, jika perlu ditangkap.

Serentak bersamaan suasana mencekam itu sudah dibangun,  diikuti pula pembentukan resmi gelar pasukan keamanan yang diberi sandi Operasi Lilin yang dipimpin oleh Kapolri juga Panglima TNI dan diekspose televisi dengan penayangan barisan pasukan yang seolah-olah siap berangkat perang. Maka, menjadi-- seolah-olah—nyata pula ancaman itu.

Tiap akhir tahun datang, maka diperlukan pembentukan pasukan pengamanan dengan biaya luar biasa besarnya itu. Tatkala Natal dan Tahun baru berhasil dilewati tanpa insiden apapun, maka aparat keamanan itu pun berbangga diri dan menyatakan telah berhasil meredam acaman kaum ekstremis.

Rasa bangga itu juga dilontarkan ormas Islam tertentu tadi yang ikut-ikut mengamankan gereja di seluruh Jawa, bahkan ikut pula mengubah nyanyian gereja dengan irama dan logat menjadi seperti pujian-pujian para santri di langgar-langgar kepada Rasulullah Muhammad Saw. Naudzubillahi min dzalik.

Sayangnya rekayasa suasana yang amat menusuk sanubari umat Islam ini tidak mendapat respons yang sepadan dari umat Islam. Bahkan serenceng tokoh umat pimpinan Ormas Islam terbesar malah ramai-ramai menyakinkan umat Islam jika ingin memberi ucapan selamat Natal—yang resmi diharamkan MUI itu—kepada orang Kristen hukumnya halal. Sikap melawan syariat ini justru dilontarkan oleh Ketua PBNU Said Aqil Siradj, mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Din Syamsoeddin dan Syafi’i Maarif. Innalillahiwainnailaihiraajiun.

Suasana yang amat menyesatkan ini dikomentari H. Munarman, SH pada rapat rutin redaksi Suara Islam, sebagai pelecehan yang luar biasa kepada Islam dan umat Islam. Munarman mensinyalir rekayasa seperti ini dibentuk secara sistematis oleh golongan non-Islam sejak era reformasi berlaku di Indonesia.Suasana ini disebut mantan Ketua YLBHI (Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia) ini, seolah-olah negeri ini sudah menjadi negeri Nasrani.

Suasana yang penuh rekayasa ini pernah dikomentari H.Tabrani Sabirin, mantan Ketua Majlis Tablig dan Dakwah Khusus PP Muhammadiyah ini, yang katanya Indonesia saat ini benar-benar sudah menjadi NKRI, bukan Negara Kesatuan Republik Indonesia, tapi NKRI Negara Kristen Republik Indonesia.

Komentar alumnus Al Azhar University, Kairo, itu dijadikan cover pada Suara Islam sekitar Desember 2010 yll. Saat itu Tabrani yang sedang mengantarkan tamu dari Timur Tengah yang sedang berkunjung ke Indonesia, sang tamu terheran-heran di berbagai lokasi ia melihat suasana gereja dan Natal yang dominan di mana-mana, mulai di Bandara Soetta, hotel, stasion kereta, mal-mal dan toko-toko di mana karyawannya mengenakan topi sinteklas dan lagu gereja dikumandangkan sepanjang hari.

Sang tamu bertanya apakah semua itu dilakukkan orang-orang Kristen? Bukankah penganut Kristen di Indonesia minoritas tak lebih dari 10% saja, mengapa menjadi terbalik menjadi seolah-olah orang Kristen yang 90% ? Tabrani mengaku gelagapan menjawab pertanyaan itu. Jawabannya adalah orang Nasrani menguasai bidang-bidang yang sangat strategis, yakni media massa (hampir 95%), ekonomi-perdagangan (juga 95%), serta menguasai pos-pos kekuasaan di pemerintahan.

Akibatnya mereka pun membuat rekayasa seperti yang terlihat di permukaan dalam kerangka program Kristenisasi, hendak menjadikan umat Islam terbesar di dunia ini murtad berganti Kristen. Dengan keterangan ini Sang tamu dari Timur Tengah pun geleng-geleng kepala penuh “takjub” mendengar fakta yang terjadi.



Era Mulkan Jabariyyan

Suasana di mana posisi umat Islam teraniaya seperti itu, ditengarai oleh Ustaz Hijrah Dahlan yang biasa disapa Abu Saad—yang juga anggota Dewan Redaksi Suara Islam-- sebagai datangnya Era Mulkan Jabariyyan seperti sudah disebut dalam Hadts Rasulullah Saw yang sahih.

Era seperti ini menurut Abu Saad hanya menjadi rentetan fase dari era Kenabian Muhammad Saw hingga akhir zaman. Setelah era kenabian datanglah era Khilafah Minhaj Nubuwah,di mana para khilafaurrasyidin membawakan kekuasaan mengikuti cara-cara Rasulullah Saw, setelah itu datang era Mulkan Adhan di mana muncul penguasa-penguasa Islam para khilafahnya dengan ketat menerapkan syariat Islam namun dengan cara-cara yang dianggap kejam, setelah itu datanglah seperti dirasakan saat ini era Mulkan Jabariyyan, di mana umat Islam diperhinakan oleh penguasa-penguasa yang sangat zalim lagi kejam kepada orang Islam.

Pada era Mulkan Jabariyyan ini menurut Abu Saad kini berlaku seperti di Indonesia umat Islam walau jumlahnya terbesar tapi penguasanya memperlakukan sangat kejam.  Orang Islam memberikan toleransi sangat luar biasa kepada orang Nasrani, sehingga orang Nasrani bisa menjabat sebagai gubernur, menteri-menteri strategis, di Indonesia, yang tidak mungkin diberikan di daerah-daerah dominan Nasrani seperti di NTT, Papua, Manado dan lain-lain bahkan di negara-negara Barat seperti di AS dan Eropa niscaya mustahil ada orang Islam terpilih menjadi presiden. Toleransi umat Islam Indonesia sangat luar biasa berlebih diberikan golongan Nasrani, namun orang Islam tetap dituduh selalu bertindak intoleran.

Kata Abu Saad orang Nasrani malah bertindak sangat keji kepada umat Islam, sehingga mereka berani membunuhi orang  Islam di Ambon Maluku dan mengobarkan pembunuhan dan perang kepada umat Islam dimulai sejak Hari Raya Idul Fitri 1999, sepanjang dua tahun.

Hal yang sama juga diulangi pada peristiwa Tolikara Papua pada Idul Fitri 2015 yang  lalu di mana shalat Idul Fitri dibubarkan, Kelompok Gereja Injil di Indonesia, masjid dan rumah-rumah orang Islam pun dibakar. Pemerintah membela orang Nasrani dalam kasus Tolikara dan meminta umat Islam yang ada di Tolikara agar tahu diri dan menghormati budaya lokal.

Dan Presiden Joko pun malah menerima para pendeta Tolikara di Istana Negara dengan jamuan kehormatan, sebaliknya ketika terjadi peristiwa pembakaran gereja di Singkil Aceh, beberapa bulan kemudian, karena jelas-jelas melanggar SKB pendirian bangunan rumah ibadah, maka puluhan pemuda Islam pun ditangkap dijebloskan ke penjara seraya muncul pernyataan pemerintah, agar umat Islam Aceh menjaga toleransi  dan memberi kesempatan agama lain.

Inilah era dimana orang Islam justru dinegerinya sendiri dianaiaya oleh penguasa yang mengaku Islam, era Mulkan Jabariyyan. Fase berikutnya akan datang kembali era Khilafah ala Minhajin Nubuwah, dan sesudah itu akan datang akhir zaman (Kiamat) ditandai munculnya Imam Mahdi, Nabi Isa. Pertanyaannya apakah ISIS di Irak dan Suriah yang akhir-akhir ini namanya menggoncangkan dunia itu bisa dikatakan khilafah minhaj nubuwah ? Banyak  tokoh Islam meragukanISIS sebagai khilafah dimaksud, bahkan muncul kecurigaan ISIS menjadi rekayasa Yahudi Israel dan AS. Ada saja yang sudah melakukan spekulasi Kiamat benar-benar datang dalam waktu 30 tahun ke depan.

Walau isyarat perkembangan zaman itu dengan sangat rinci telah dikemukakan dalam ajaran Islam, namun orang Islam sedkitpun tidak pernah menjadikan dasar pijakan, khususnnya untuk membuka pintu kesadaran dan mempersiapkan diri menuju alam akherat yang semakin menyongsong kehidupan manusia dewasa ini.

Fenoma pemimpin Islam sendiri yang justru larut ‘bercengkerama’ dengan orang Nasrani pun kini diikuti umatnya, karena dipandu mengucapkan Natal adalah halal, mereka pun gila-gilaan menyambut Tahun Baru.

Dikabarkan para Pemda ikut membiayai pembakaran petasan bernilai ratusan juta yang musnah dibakar hanya sepanjang satu jam saja. Ada yang mengabarkan petasan yang dibakar di Balikpapan, Kalimantan Timur saja menghabiskan dana Rp3,5 milyar rupiah, Kepala Pengelola TMII (Taman Mini Indonesia Indah)  dengan bangga diwawancara TV ia akan membakar kembang api di langit atas TMII senilai 85 juta rupiah. Katanya tidak bisa disamakan dengan yang akan dibakar di Ancol pusat perayaan tahun baru yang katanya juga akan dibakar petasan bernilai milyaran rupiah.

Penulis menandai dengan cermat kegilaan rakyat Indonesia yang sebagian besar Muslim ini dalam larut membakar petasan di tahun baru dalam 10 tahun terakhir, menjadi-jadi. Tatkala jam menunjukkan pukul 23.30, maka bunyi petasan di udara pun mulai gemuruh, tanpa jeda terus meletus hingga makin menggila tatkala jarum jam menunjukkan pukul 24.00, diiringi jeritan histeris di mana-mana, tiupan terompet sekencang-kencangnnya, dan letusan petasan-kembang api akan terus  berlangsung sampai pukul 24.30. Demikian yang terjadi di Jakarta, Surabata, Yogya, Semarang, Bandung Palembang, Riau, bahkan sampai di pelosok-pelosok pedesaan dan tubir-tubur gunung dan jurang secara bersamaan.

Peringatan di internet dan media sosial bahwa peringatan Tahun Baru adalah perilaku orang  Pagan Romawi pada 45 sebelum Nabi Isa lahir, mereka  mengagungkan Dewa Janus, sehingga memutuskan nama Januari sebagai tahun depan dan melihat tahun di belakangnya. Orang Yahudi meniup terompetnya, dan orang Majusi menyalakan api seperti petasan dan mercon untuk diledakkan, dan orang  Islam melakukan semua yang dilakukan oleh orang Majusi, Yahudi dan Nasrani sekaligus.

Namun peringatan di orang bijak melalui media sosial itu ternyata tidak digubris umat Islam di Indonesia, juga umat Islam di Abu Dhabi yang sekitar malam Tahun Baru yang lalu sebuah hotel raksasa bintang lima pun ludes terbakar, di tengah kegilaan peringatan Malam Tahun Baru.

Buat umat Islam di Indonesia fenomena latah yang dilakukan ikut merayakan Natal dan Tahun Baru, sejatinya membuka potret diri sendiri sebagai umat yang cenderung mengidap gejala penyakit jiwa inferiority-complex,  yang disebut kolonial Barat Nasrani sebagai bangsa Inlander. Perilaku itu rupanya masih melekat kuat  dijadikan karakter yang tentu sangat memalukan bahkan memperhinakan diri sendiri. Kini kecenderunngan itu malah membantu posisi Islam dan umat Islam menjadi pesakitan di negerinya sendiri. Wallahu a’lam bissawab! [ASA].


Sumber :
http://www.suara-islam.com/read/index/16761/Era-Mulkan-Jabariyyan--Islam-Menjadi-Pesakitan




::: Innalillahi.. Serangan Terhadap Umat Islam di London Meningkat 70 Persen ! >> Masih Menganggap Kristen Toleran ? :::

LONDON -- Jumlah kejahatan kebencian terhadap Muslim di London telah meningkat hingga lebih dari 70 persen dalam setahun terakhir.

Menurut laporan Polisi Metropolitan, wanita dengan kerudung dan laki-laki berjenggot lebih rentan dengan serangan kebencian ini.

Seperti dilansir laman The News, Selasa (8/9), menurut laporan polisi ada 816 pelanggaran Islamophobia tercatat di seluruh kota dalam 12 bulan hingga Juli tahun ini.

Jumlah tersebut meningkat dibandingkan 12 bulan sebelumnya yang berjumlah 478 kasus.

Polisi mengatakan, di beberapa distrik di London laporan menyatakan jumlah kejahatan terkait Islamophobia meningkat dua kali lipat dibanding tahun lalu. Di wilayah Westminster, kejahatan kebencian terhadap Muslim tercatat paling banyak, yakni 54 kasus.

Sementara di Merton, angkanya naik 262 persen dari delapan kasus hingga 29 kasus. Sedangkan di Richmond, sembilan kejahatan dilaporkan, meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya satu kasus.(dm).

Sumber : Republika


MASIH MENGANGGAP KRISTEN TOLERAN ?

[UMAT ISLAM INGGRIS]




::: Alhamdulillah... Satu kampung Suku Pedalaman Wana Masuk Islam Dibimbing Ketua Umum FPI :::

Alhamdulillah...

Satu kampung suku Wana, Poso. Telah berikrar memeluk Islam dibawah bimbingan Ketua Umum DPP FPI, KH. Shobri Lubis. (Video klik disini)

Allahuakbar, Allahuakbar, Allahuabar..!
Shollu ala-Nabi Muhammad...

Alhamdulillah... Satu kampung di Wana, Poso. Telah berikrar memeluk Islam dibawah bimbingan Ketua Umum DPP FPI, KH. Shobri Lubis.
Allahuakbar, Allahuakbar, Allahuabar..! Shollu ala-Nabi Muhammad... pic.twitter.com/QZraKn6us2

— Habib Rizieq Syihab (@RizieqSyihabFPI) 6 Februari 2018



***

Masuk Islamnya suku Wana, Poso, setelah FPI melakukan dakwah kesana.

Pada akhir tahun kemarin (16/12/2017), Dakwah FPI dipimpin langsung Ketua DPW FPI Poso, Ustadz Sugianto Kaimudin, melakukan perjalanan dakwahnya untuk menemui suku yang sangat terasing dari perkembangan dunia. Suku yang bernama Wana berada di dalam hutan Sadame kecamatan Tojo kabupaten Tojo una-una, Poso, Sulawesi Tengah.

Dengan mengirim 3 orang perwakilannya, FPI diterima baik oleh ketua adat setempat yakni Papa Niren. Meski dalam perjalanannya ke lokasi sangat “ekstrim” dan penuh resiko membuat FPI Poso tidak mengurungkan niatnya untuk mengetahui suku pedalaman Wana.

Alhmadulillah dakwah ini berhasul. Warga suku pedalaman Wana masuk Islam dan langsung Ketua Umum DPP FPI KH. Shobri Lubis datang memimpin ikrar Syahadat.

Tak hanya mengislamkan suku pedalaman Wana, FPI Poso juga memberi bantuan kepada warga untuk mendirikan bagunan rumah-rumah warga serta pendopo di sana. Selain bangunan rumah warga dan pendopo, FPI Poso juga mendirikan masjid untuk warga suku Wana yang telah masuk Islam untuk sholat berjamaah.

Tak lupa dengan tanah airnya, FPI Poso bersama warga suku Wana juga melakukan kegiatan pengibaran bendera merah putih sebagai simbol bahwa FPI dan suku Wana tidak melupakan tanah airnya, yakni Indonesia.

Berikut video perjalanan dakwah FPI seperti dilansir Hilal Merah Indonesia (organ Kemanusiaan FPI). Klik : https://www.youtube.com/watch?v=HUq9Q8Jv-y8

Sumber :
http://www.portal-islam.id/2018/02/alhamdulillah-satu-kampung-suku.html

 WALAUPUN FPI SELALU DIFITNAH OLEH MEDIA MAINSTREAM..
TAPI FPI TETAP BERDAKWAH..

MASIHKAH ANDA (UMAT ISLAM) MEMBENCI FPI ?
HANYA ORANG KAFIR DAN MUNAFIKIN YANG MEMBENCI FPI..


Jumat, 16 Februari 2018

::: Penembakan Brutal Florida 17 Tewas, Bukan Teroris Karena "Bukan Muslim" :::

FLORIDA - Penembakan brutal terjadi di sebuah SMA Florida pada hari Rabu, 14 Februari 2018, menyebabkan 17 orang siswa tewas (data sementara).

Kantor Sherif setempat melaporkan penyerang berusia 19 tahun bernama Nikolaus Cruz yang merupakan mantan siswa sekolah tersebut.

Pria bersenjata tersebut ditahan dua jam setelah penembakan tersebut dilaporkan, kata pihak berwenang.

Penembakan terjadi sekitar pukul 2 siang di Marjory Stoneman Douglas High School di Parkland, Florida, yang berjarak sekitar 30 mil barat laut Fort Lauderdale, menurut Departemen Kepolisian Coral Springs.

My prayers and condolences to the families of the victims of the terrible Florida shooting. No child, teacher or anyone else should ever feel unsafe in an American school.
— Donald J. Trump (@realDonaldTrump) 14 Februari 2018

Presiden Donald Trump men-tweet simpati kepada para korban penembakan tersebut. "Tidak ada anak, guru atau orang lain yang seharusnya merasa tidak aman di sekolah Amerika," kata Trump.

Sumber: US Today, The Guardian, CNBC

***

Penembakan Florida ini menambah daftar penembakan yang terjadi di AS, dan bukan kategori "TERORIS" karena pelakunya kebetulan "BUKAN MUSLIM".

Tahun lalu. 1 Oktober 2017, AS juga diguncang oleh penembakan brutal saat konser musik di Las Vegas yang menewaskan 58 orang, ratusan luka-luka, pelakunya adalah Stephen Paddock. Bukan Muslim. Jadi BUKAN TERORIS. Dan sampai saat ini pihak aparat AS belum bisa menemukan MOTIF Stephen Paddock ini.



[19 Januari 2018] Investigators Still Don't Know Why the Las Vegas Shooter Killed 58 People
http://time.com/5110931/las-vegas-shooting-stephen-paddock-motive/

Kalau pelakunya Muslim, pasti tak perlu waktu lama, bahkan saat itu juga, langsung ketahuan motifnya: TERORISME, RADIKALISME. Pelaku meninggalkan KTP, Ijazah, atau struk belanja.

Gak Disana, Gak Disini, ternyata...

Sumber :
http://www.portal-islam.id/2018/02/penembakan-brutal-florida-17-tewas.html