Sabtu, 14 Maret 2020

::: JALAN BERLIKU PENDETA MARKUS MARGIANTO (ALI MAHRUS) MENJADI MUALLAF :::

Pendeta Markus Margianto kini menjadi pembicaraan kalangan Kristen dan Islam tidak hanya di Indonesia, juga di Perancis.

Gara-gara dia mengaku sebagai habib (keturunan Nabi Muhammad saw.) dengan nama Habib Muhammad Ali Mahrus at-Tamimi, mantan pendiri Lasykar Jihad bersama Ust. Jakfar Umar Thalib, dan mantan ketua FPI (Front Pembela Islam) Jawa Timur.



Akibat dari pengakuan seperti itu, sang pendeta mengalami gejolak jiwa sehingga dia bertemu dengan Masyhud, pembina Forum Anti Gerakan Pemurtadan  (FAKTA) Jakarta dan Jawa Timur, untuk membongkar kebohongan yang pernah dilakukannya dan pendeta-pendeta lainnya.

Bapak pendeta Markus Margianto yang bernama Muhammad Yusuf adalah seorang pendeta yang lahir dari seorang isteri ke sekian kali bagi laki-laki keturunan Arab marga at-Tamimi yang tinggal di Bangil Pasuruan. Mungkin karena kurang mendapatkan perhatian dari bapaknya, Yusuf menikah dengan wanita Kristen bernama Ribka. Wanita ini kakak seorang pendeta bernama Trivena, isteri pendeta Darmo Wage di Gereja Sidang Jemaat Allah, Jl. Pogot 22-B Surabaya.


Pada tahun 1987 Markus Margianto lulus dari sekolah kependetaan di Gereja Tuhan Di Indonesia (GTDI) Medan. Kemudian pada tahun 1988 dia mendapatkan tugas dari Gereja Eukumene Indonesia (Gekoin) yang berkantor di Tanjung Karang Bandar Lampung Sumatera yang dipimpin oleh dr. Ida untuk menjalankan misi penginjilan di Batu Malang Jawa Timur.

Dalam rangka misi ini dia mendalami kehidupan umat dan agama Islam, yang menimbulkan perasaan simpatinya pada Islam, hingga dia bersedia mengucapkan kalimat syahadat di Kantor Urusan Agama  (KUA) Batu pada bulan Maret 1989. Bulan Oktober 1989 Markus Margianto pindah ke Singosari Malang dibawah bimbingan Ibnu Sulaiman, dan pada 25 Desember 1989 dia dikhitan.

Berita pendeta Markus Margianto memeluk Islam, sama sekali tidak membuat pihak Kristen gusar, karena dianggap sebagai strategi penginjilan untuk mendapatkan lebih banyak domba-domba dari Islam. Justru yang menimbulkan kegusaran kalangan gereja adalah pendeta ini rela disunat. Sebab dalam kitab suci Kristen, Paulus – pendiri agama Kristen telah menyatakan bahwa orang yang menyunatkan diri tidak akan mendapat jaminan dari Kristus:

"Sesungguhnya, aku, Paulus, berkata kepadamu: jikalau kamu menyunatkan dirimu, Kristus sama sekali tidak akan berguna bagimu." (Galatia 5:2)

Dua hari setelah dikhitan, Markus Margianto menikahi seorang janda muslimah beranak dua, dan meninggalkan pacar Kristennya yang kini menjadi dokter di RSU dr. Sutomo Karang Menjangan Surabaya. Janda ini adalah puteri alm. H. Abdul Manaf yang tinggal di desa Biro Singosari.

Keluarga baru ini hidup dengan berjualan barang-barang elektronik, tetapi bangkrut karena ditipu orang. Disamping itu dia belajar Islam ke Pesantren Ilmu Al-Qur’an (PIQ) di Singosari yang diasuh oleh KH. Bashori Alwi. Karena sebagai muallaf, Markus Margianto yang kemudian nama Islamnya Ali Mahrus, sering diundang memberikan ceramah kesaksian proses masuk Islamnya di berbagai tempat di Malang, tanpa kordinasi dengan pengasuh pesantren tersebut, sehingga terjadi kesalah pahaman.

Mahrus tidak lagi di PIQ dan hidup di desa tanpa pembinaan agama Islam dari siapa pun, padahal dia membutuhkan siraman ruhani. Hal inilah yang membiarkannya untuk mempelajari ilmu-ilmu mistik, yang justru menggiring dia jauh dari ajaran Islam sebenarnya.


Disaat sedang maraknya deposito Gold Coin dan Pohon Emas (Pomas) di Malang, harta warisan dari orang tua isterinya, sekitar 170 juta, ditanam pada Pomas tersebut. Tindakan inilah yang mengakibatkan kebangkrutan kedua kali, sehingga dia beserta keluarganya mau diboyong bapaknya (pendeta M. Yusuf) ke Surabaya, dan menempati rumah mendiang pendeta Petrus Salindeho di Tanah Merah Surabaya utara.

Pendeta Petrus ini adalah anggota Kristen radikal Nehemia Christian Center yang mendapatkan kucuran dana besar dari Israel. Sebelum meninggal, Petrus dipenjara 2,5 tahun karena menulis buku menghujat Islam berjudul “Alkitab Menjawab” pada tahun 1991. Dan buku tersebut telah dijawab oleh Masyhud dengan buku “Dialog Santri – Pendeta” yang diterbitkan tahun 1992.

Markus Margianto (Ali Makrus) dan keluarganya dipaksa bapaknya, pendeta M. Yusuf, untuk masuk Kristen lagi. Karena merasa mendapat tekanan, Ali Makrus keluar dari rumah pendeta Petrus dan tinggal di rumah kecil milik Masrukin. Karena kerinduannya kepada Islam, dia mengajak masyarakat Islam mengadakan pengajian umum dengan mendatangkan penceramah KH. Bashori Alwi. Pengasuh PIQ ini bersedia menjadi penceramah dengan catatan Ali Mahrus tidak ikut menjemputnya. Hal ini menimbulkan kesalahpahaman di kalangan masyarakat Islam di Surabaya utara terhadap Mahrus Ali.

Guncangan ekonomi mendera dia yang harus menafkahi lima anaknya dan sikap umat Islam yang menjauhinya merupakan faktor utama yang membuat Ali Mahrus menerima tawaran bapaknya untuk masuk Kristen lagi. Akhirnya seluruh keluarganya mengikuti kebaktian di Gereja Sidang Jemaat Allah (GSJA) di jl. Pogot no. 22-B. Tetapi hatinya dari tahun ke tahun bergolak terus dihantui rasa bersalah, sehingga pada 12 Oktober 2005, dia memberanikan diri menemui pakar Kristologi, KH. Abdullah Wasi’an, untuk diislamkan lagi.

Ketepatan dua hari berikutnya, Masyhud dan rekannya dari FAKTA mengunjungi Kiai tersebut, dan disuruh melacak kebenaran maksud mantan pendeta itu. Tim FAKTA melacaknya dan menemui paman dan bibi Mahrus, pdt. Darmo Wage dan pdt. Trivena. Berita niat masuk Islam terkuak hingga ke telinga bapaknya, pdt. M. Yusuf. Sang bapak marah-marah dan berupaya menjauhkan anak dan keluarganya dari lingkungan Islam.

Agar tidak lagi kembali ke Islam, Ali Mahrus (Markus Margianto) at-Tamimi yang dulunya pendeta, disuruh menjadi pendeta lagi untuk berkhutbah di berbagai gereja dengan mengaku sebagai Habib (keturunan Nabi Muhammad saw.), mantan pendiri Lasykar Jihad, dan mantan ketua Front Pembela Islam Jawa Timur.


Agar penampilannya meyakinkan mengapa dia masuk Kristen, Ali Mahrus meniru gaya pendeta Edi Sapto (Sekolah Tinggi Teologi Dian Kaki Emas Bekasi – Selatan) yang sering mengatakan bahwa Air Zamzam adalah air PDAM Saudi Arabia, diatas Ka'bah terdapat lambang salib, dan Hajar aswad adalah tempat berkumpulnya para jin. Juga meniru gaya Bambang Norsena, Tokoh Kristen Ortodoks Syria (KOS) yang tinggal di Blimbing Malang.

Pemuka KOS ini sering mengatakan bahwa dalam Islam, Nabi Isa diberi julukan "alaihis salam" yang artinya "penjamin keselamatan." Sedangkan Nabi Muhammad diberi "sallallahu alaihi wasallam" yang artinya "dimohonkan keselamatan". Berarti satu-satunya jalan keselamatan adalah Yesus, dan Muhammad belum selamat sehingga meminta bantuan doa dari umatnya agar diselamatkan oleh Yesus.

Enam tahun silam, pendeta Edi Sapto dan Bambang Norsena menipu pemuda-pemuda muslim Gorontalo dalam Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR) dengan menyelenggarakan acara Qasidah berbahasa Arab. Setelah itu sekitar 70 pemuda tersebut dibawa ke Bekasi dan disekap agar mau masuk Kristen. Pukul 12 malam Edi Sapto digrebeg oleh tim FAKTA dan Polres Bekasi.

Dua tahun silam tim FAKTA menemui Edi Sapto di Tempel Sukorejo Surabaya untuk mengajaknya berdialog dengan Masyhud, guna mempertanggungjawabkan majalahnya "Midras Talmidim" yang memutarbalik penafsiran ayat-ayat al-Qur'an. Hingga kini Edi Sapto tidak berani diajak dialog.

Bulan November 2006, seorang Mahasiswi ITS melaporkan ke Masyhud bahwa ayahnya masuk Kristen dan mengikuti kuliah Islamologi yang diajari Habib Ali Mahrus at-Tamimi di gedung STII Panjang Jiwo Permai Surabaya, samping kantor BPS Jawa Timur. Karena di awal 2007 terbongkar kasus pelecehan Al-Qur'an yang dilakukan oleh 40 pendeta pembina LPMI (Lembaga Pelayanan Mahasiswa Indonesia) di hotel Asida Batu Malang, kasus Ali Mahrus diendapkan dulu.

Di bulan Agustus 2007, tim FAKTA Malang menemukan peredaran VCD kesaksian dusta Ali Mahrus di Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) Kebon Agung Batu Malang. Ternyata VCD itu sudah beredar dan dijual ke seluruh Indonesia dengan harga Rp. 30.000,- per keping. Masyhud mendatangi lembaga tempat Mahrus bernaung, Paguyuban Amin, yang berkantor di sebelah selatan masjid Ash-Shabirin Rungkut Permai Surabaya.

Eko, sekretaris lembaga itu menghubungi Mahrus dan ternyata pengaku habib ini ingin bertemu langsung dengan Masyhud untuk mengungkapkan perasaannya, bahwa semua itu hanyalah rekayasa gereja untuk menjebak dia agar umat Islam membencinya dan dia tidak bisa kembali lagi ke Islam.

Semua gereja mengetahui bahwa dia awalnya adalah seorang pendeta dan putera seorang pendeta pula. Kalau BAMAG Malang, Surabaya dan Jawa Timur mengatakan tidak tahu menahu asal usul pendeta Markus Margianto (Ali Mahrus at-Tamimi), itu adalah perilaku mereka yang sudah terbiasa melumuri diri dengan kebohongan.

Kini Ali mahrus at-Tamimi sudah berjanji, meskipun umat Islam tidak mempercayainya dan apa pun yang terjadi, dia tetap berjuang untuk mengembalikan orang-orang yang dimurtadkan untuk kembali ke Islam, berdakwah Islam sesuai kemampuannya dan ingin mati dalam keadaan muslim.

Sumber :
http://rosnaedi.blogspot.com/2012/07/riwayat-pendeta-markus-margianto-ali.html
http://hoax-kristen.blogspot.com/2014/04/pengakuan-dusta-muhammad-ali-makrus.html


Tidak ada komentar:

Posting Komentar