Rabu, 09 Januari 2019

::: Sejarah Kerudung Kristen :::

1 Kor 11:5 Tetapi tiap-tiap perempuan yang berdoa atau bernubuat dengan kepala yang tidak bertudung, menghina kepalanya, sebab ia sama dengan perempuan yang dicukur rambutnya.

1 Kor 11:13 Pertimbangkanlah sendiri: Patutkah perempuan berdoa kepada Allah dengan kepala yang tidak bertudung?

Dalam alkitab Perjanjian Lama ada kisah pelarian Nabi Yakub ke Mesopotamia di mana ia jatuh cinta kepada seorang perempuan bernama Rachel.

Setelah bekerja selama 7 tahun sebagai mas kawin, Yakub malahan dinikahkan dengan Lea, saudaranya Rachel.

Dikisahkan Laban, sang ayah, “menipu” Yakub dengan memberikan Lea sebagai pengantin wanita pada hari pernikahan. Yakub tak mengetahui hal itu. Akhirnya memang kemudian Rachel menjadi istri ke-2 Yakub setelah Yakub bekerja 7 tahun lagi pada Laban sebagai mas kawin.

Laban beralasan bahwa sesuai adat, Rachel tidak boleh melangkahi kakaknya untuk menikah. Mengapa ”penipuan” Laban ini sukses? Karena menurut adat mesopotamia pada jaman itu seluruh tubuh pengantin ditutup dengan kain hingga hanya terlihat kedua matanya.

Kerudung telah menjadi budaya di mesopotamia sejak 3000SM. Perempuan terhormat harus menggunakan kerudung untuk menbedakan dari budak dan pelacur pada jaman itu. Kerudung juga merupakan simbol kelas menengah atas masyarakat di tiga kawasan yaitu mesopotamia, babilonia dan asyiria pada jaman itu.

Jelaslah bahwa kerudung bukanlah tradisi orisinil Yahudi dan Arab. Namun sampai hari ini masih dilestarikan oleh Yahudi, Kristen Timur dan Islam. Kalau kita masuk ke gereja-gereja Kristen Timur, baik yunani maupun oriental orthodox, maka kita akan melihat setiap wanita yang beribadah mengenakan kerudung.

 [Kristen Ortodox]

Di Indonesia pun, saya melihat demikian ketika saya beribadah di gereja Orthodox Rusia di Jakarta. Hal ini sangat berbeda jauh dengan suasana di gereja-gereja barat/latin, baik Katolik maupun Protestan. Jangankan kerudung, bahkan saat beribadah pun masih banyak yang menggunakan bayu ”you can see” dan rok mini. *sigh

Di Kristen, melalui perjanjian baru, pemakaian kerudung juga dianjurkan, namun tidak disyariatkan seperti di dalam talmud yahudi. Namun kebanyakan gereja orthodox menafsirkan bahwa kerudung harus dilestarikan wanita saat beribadah seperti ajaran Rasul Paulus. Sedangkan gereja modern Katolik dan Protestan menekankan bahwa kerudung harus dilihat dalam konteks Paulus yang masih sangat terpengaruh tradisi Yahudi jaman itu.

Tapi sesungguhnya, kalo kita perhatikan bahwa kerudung pun mencapai pengaruhnya ke benua eropa barat. Lihat saja pakaian tradisional Belanda dan Itali yang wanitanya mengenakan tutup kepala walau memang secara bentuk telah berubah dari aslinya.

Pergeseran makna kerudung di Kristen sendiri terjadi pergeseran makna dari semula yang artinya ”tabir” menjadi penutup aurat wanita pada abad ke-4 sebelum Islam lahir. Dalam mitologi Persia kuno, kerudung bahkan dianggap sebagai ”kemah menstruasi” yaitu tempat pengasingan untuk perempuan yang sedang datang bulan. Nama2 kerudung pun berbeda-beda sesuai dengan budaya di banyak tempat. Bentuknya pun bermacam-macam.

Dilihat dari sejarah awal bahwa kerudung ternyata memang bertujuan baik karena untuk memberikan keamanan dan kenyamanan bagi perempuan, dan sama sekali bukan merendahkan seperti banyak yang disebut orang barat. Pernah ada kisah jaman dulu bahwa ada perempuan yang sedang buang hajat dan tidak berkerudung lalu diganggu laki-laki iseng karena disangka budak.

Berbeda dengan yahudi, tradisi kerudung masuk ke arab dari mesopotamia melalui jalur perdagangan. Terjadi pada masa imperium Kristen Byzantium (turki). Bahwa secara geokultural, kerudung sangat bermanfaat bagi perempuan-perempuan di timur tengah karena matahari yang terik dapat merusak kulit mereka.

Kerudung menjadi eksklusif sebenarnya terkait dengan kemenangan Khomeini atas Syah Pahlevi. Simbol kemenangan timur atas dunia barat. Sejak itulah kerudung menjadi trend dan masuk ke kampus-kampus sekuler.

Jadi menurut saya, tidak layaklah untuk siapapun alergi apalagi anti terhadap kerudung karena tujuannya adalah baik. Biarlah orang memilih untuk menggunakannya atau tidak. Jika memang seorang wanita (apa pun agamanya) merasa aman dan nyaman untuk berkerudung, maka kita baik untuk mendukungnya.

Last but not least, tau dengan sosok Perawan Maria yang berkerudung? Umat Katolik dan Orthodox sangat menghormati dan meneladani sikap beliau. Umat Muslim pun mengenalnya dengan nama Maryam ibunda Isa Almasih.

Semoga kisah tentang kerudung di atas menambah wawasan kita untuk dapat melihatnya secara konteks sosio-kultural selain konteks teologis. Dan saya sertakan beberapa gambar kerudung yang digunakan oleh wanita Kristen Orthodox.(dm).

[Orthodox Etiopia]

[Wanita Kristen Etiopia]


Sumber :
http://christianforpeace.blogspot.com/2011/01/sejarang-kerudung.html



Tidak ada komentar:

Posting Komentar