Rabu, 09 Januari 2019

::: Kenali Dr. Aafia Siddiqui, Deritanya Tak Boleh Dirasakan Muslimah Lainnya :::

Dr. Fowzia Siddiqui mengunjungi RS Jiwa Youm-e-Azadi di Karachi pada hari kemerdekaan Pakistan, Kamis (14/8/2014).

Di balik kesedihannya dan upayanya membebaskan kakaknya, Dr. Aafia Siddiqui, ia tetap peduli akan wanita lainnya.

Menurutnya, tidak boleh ada muslimah lain di dunia ini yang mengalami penderitaan seperti yang dialami oleh kakaknya.

Lantas, siapakan Dr Aafia Siddiqui, hingga seluruh dunia diketuk pintu hatinya agar mendukung pembebasannya?

Berikut sedikit ulasan mengenai sang Mujahidah cendekia dari Pakistan oleh Abdulloh Azzam Al-Adnany dari risalah Yvonne Ridley, yang dipublikasikan pada Jum’at (15/8) dalam akunnya di Facebook.
Yvonne adalah wartawati Inggris dan pelindung LSM hak asasi manusia cageprisonners.com yang berbasis di London serta menjadi presiden Eropa dari Persatuan Perempuan Muslim Internasional dan Wakil Presiden Liga Muslim Eropa.

Mujahidah cendekia, putri bangsa Pakistan

Dr. Aafia Siddiqui lahir di Pakistan dan menjadi warga Amerika. Ia merupakan satu-satunya ilmuwan neurologi di dunia yang memiliki PHD dari Universitas Harvard. Juga memiliki 144 sertifikat dan ijazah kehormatan dari lembaga seluruh dunia termasuk dari MIT.

Beliau juga seorang hafidzah Al-Quran dan seorang Mujahidah. Tidak ada seorang wanita barat yang setara dan sebanding dengan pendidikan beliau.

Ia diculik bersama 3 orang anak kecilnya selama 5 tahun tanpa kabar berita sampai 4 orang tahanan Bagram yang berhasil melarikan diri mengungkapkannya tentang narapidana bernomor tahanan 650 yang tidak diketahui namanya.

Mereka hanya mengetahui dia adalah seorang wanita Pakistan dan seorang ibu yang dipisahkan dari anak-anaknya dan setiap hari mereka akan mendengar wanita tersebut menjerit akibat disiksa.

Selanjutnya Yvonne Ridley yang juga pernah menjadi sandera Taliban pada tahun 2001, sebagai satu-satunya jurnalis Barat yang secara khusus datang ke Afghanistan untuk menyelidiki kasus Dr Aafia Siddiqui, mengatakan bahwa keadaannya telah menjadi cause celebre (kasus yang terkenal -red) di seluruh dunia Muslim. Dimana ia dilaporkan dan diungkapkan secara besar-besaran di sidang wartawan tentang siapa sebenarnya tahanan 650.

[Yvonne Ridley]

Sejak saat itu seluruh dunia ingin tahu apa yang telah terjadi kepada Dr. Aafia dalam periode 5 tahun tersebut dari 2003-2008 dan apa kesalahan beliau dan mengapa ia tidak dibicarakan.

Penipuan Amerika tentang tiadanya narapidana wanita di penjara Bagram akhirnya terbongkar bersama skrip-skrip bodoh untuk meyelamatkan harga diri FBI Amerika. Alhamdulillah.

Kasus dari ibu-tiga-anak yang sudah terkenal diseluruh rumah tangga dari yang paling relijius sampai yang paling sekuler di Pakistan ini mendorong rakyat Pakistan meminta pemulangannya, diketuai oleh Dr. Foezia Siddiqui, adik Dr. Aafia dengan gerakan bernama Free Aafia Movement.

Sekarang ia dikenal sebagai Putri Bangsa meskipun kisahnya telah berkelana melampaui batas negara Pakistan. Ribuan anak muslim telah diberi nama sama dengannya karena itu dia telah menjadi simbol perjuangan Muslimah dunia.

Segala sesuatu yang dia wakili berasal dari ketidakadilan yang diciptakan oleh perang Amerika terhadap “terorisme” dengan penculikan, renditions, penyiksaan, pemerkosaan, dan “waterboarding“.

Selama di dalam tahanan di Bagram ia disiksa dan diperkosa setiap hari dan dilecehkan haknya sebagai seorang wanita. Dipaksa menggunakan WC pria dan kamar mandi yang rentan dan bisa dilihat oleh penjagaan penjara. Situasi beliau sepanjang penahanan tersebut sangat menyedihkan sehingga ia hilang ingatan. Nasib anak-anaknya selama 5 tahun tersebut juga tidak diketahui oleh siapapun sehingga sekarang.

Akademisi cerdas, neurosaintis itu, mendapat pendidikan di universitas-universitas kelas atas di AS, sekarang ini terbaring lemah di penjara Texas menjalani 86 tahun hukuman setelah dituduh bersalah mencoba membunuh tentara Amerika. Faktanya, dimana mereka menembaknya dari jarak dekat dan hampir membunuhnya sering diabaikan.

Begitu hinanya, tentara AS yang bertugas di Afghanistan yang dibawah sumpah pengadilan mengklaim bahwa akademisi kecil dan rapuh itu melompat di balik tirai sel penjara, menyambar salah satu senjata mereka untuk menembak dan membunuh mereka.Itu adalah cerita yang dikarang dimana pengacara manapun yang berpengalaman bisa membantahnya.

Skenario yang digambarkan di pengadilan meragukan, dan lebih penting lagi, ketiadaan bukti – tidak ada residu tembakan di pakaian dan tangannya, tidak ada peluru dari senjata yang ditembakkan, tidak ada sidik jari milik Dr. Aafia pada senapan yang didapat di TKP. Bukti penting lainnya yang diambil oleh militer AS dari TKP pun hilang sebelum sidang. Jika Anda sudah menonton episode dari CSI, tentu kita bersama akan berkata “ayolah, ilmu tidak berbohong”. Itu benar-benar dakwaan yang mentah dan bodoh.

Setelah diobati di bagian medis di Bagram, ia kemudian di ‘rendition‘ (dipindahkan secara rahasia -red) ke Amerika untuk diadili atas kejahatan yang diduga dilakukan di Afghanistan. Dengan mencemoohkan Konvensi Wina dan Jenewa, ia tidak diberi akses konsuler sampai hari ia tampil pada pengadilan pertama.

Kesaksian Dr. Aafia “dimutilasi” di pengadilan

Pengadilannya diadakan di New York, lokasinya berjarak selemparan batu dari tempat dimana Menara Kembar pernah berdiri. Tentu saja membuatnya tidak mungkin untuk tidak membangkitkan kenangan yang mengerikan di hari 11 September dimana bagi sebagian orang selamanya mengubah umat Islam menjadi “Musuh Publik Nomor Satu”. Maka, sebuah tim legal yang “tak bersemangat” dipaksakan kepada Dr. Aafia oleh pemerintah AS. Mereka sukses, gagal meyakinkan juri bahwa ia tidak bersalah, akibat kesaksian Dr. Aafia “dimutilasi” oleh penerjemah pengadilan, terlebih bukti ilmiah kuat bahwa ia tidak bisa merebut pistol tentara, apalagi menarik pelatuk.

Yvonne telah melihat penjara di Ghazni beberapa minggu setelah penembakan di Juli 2008 dan menemukan bahwa para tentara ketika itu panik dan menyembur ruangan dengan peluru saat mereka berusaha melarikan diri. Buktinya ada disana dalam rekaman film kunjungannya dan diserahkan kepada tim pembela. Penuntut tidak mempercayai seorang jurnalis barat telah melakukan perjalanan di Afghanistan bagian ini dan mendapatkan kesaksian dan bukti yang menarik. Sayangnya, segera setelah itu bukti forensik penting termasuk peluru yang dihabiskan telah dicungkil dari dinding dalam sel, hilang.

Melihat Dr Aafia muncul dari balik tirai tanpa borgol dan tutup kepala menyebabkan kepanikan buta di antara para prajurit muda yang telah diberi penjelasan singkat oleh FBI bahwa mereka akan menangkap salah satu wanita yang paling berbahaya di dunia. Saya mewawancarai saksi mata, petugas polisi senior Afghanistan dan satu demi satu mengatakan laporan mereka tentang apa yang terjadi. Namun satu-satunya orang Afghanistan yang dibawa ke pengadilan untuk memberikan kesaksian terhadap dirinya adalah penerjemah FBI yang sekarang memiliki “Green Card” (ijin bekerja di AS -red) dan tinggal di New York bersama keluarganya. Sungguh iming-iming kewarganegaraan AS membuat “mutilasi” persaksian itu fitnah yang keji bagi Dr. Aafia, hingga kini.

Yang tidak diberitahukan kepada juri adalah bahwa Dr. Aafia, dan ketiga anaknya, semuanya dibawah umur lima tahun ketika itu, telah diculik dari jalanan di dekat rumah mereka di Karachi dan hilang sejak tahun 2003. Sebaliknya, FBI mengeluarkan cerita bahwa pada waktu itu dia sebenarnya pergi jihad ke Afghanistan – itu adalah sebuah kisah menggelikan tanpa dasar dan, karena setiap ibu dari anak-anak tahu, perjalanan ke sudut toko lokal dengan balita sudah enjadi tantangan monumental, palagi berangkat untuk berperang di Afghanistan, apa mungkin dengan kereta dorong bayi, dan menggendong balita ditangan- adalah hal yang tak terbayangkan.

Narasi FBI dimentahkan oleh Elaine Whitfield Sharp, seorang pengacara berbasis di Boston yang disewa oleh keluarga Siddiqui untuk mengemukakan kronologi ketika Dr. Aafia pertama kali menghilang. Namun, karangan bebas itu telah diyakini pengadilan untuk selamanya. Hanya Alloh yang dapat mengabulkan permohonan kita atas kebebasannya. Allohu Musta’an.

Dari tahun-tahun yang hilang dari kehidupan akademisi ini terungkap cerita yang sekarang dikenal hampir semua orang di dunia Muslim di mana dia secara luas dianggap sebagai korban perang George W Bush melawan “terorisme”. Saat ia mencoba untuk memberitahu juri bagaimana ia ditahan di penjara rahasia – tanpa perwakilan hukum, terputus dari dunia luar sejak 2003, dimana digunakan teknik interogasi brutal untuk melemahkannya- ia dibungkam oleh hakim yang mengatakan ia hanya terkait dalam insiden penembakan sel.

Hakim Richard Berman, seorang pria berpostur kecil sederhana yang terlalu sederhana, bersikeras bahwa iatidak tertarik pada tahun-tahun yang hilang, itu tidak ada relevansinya dengan kasus ini, dia bersikeras. Padahal ia tahu bahwa Dr. Aafia tidak mungkin seteroris itu. Sebagaimana pengakuannya tentang Dr. Aafia bahwa, “Dia (Dr Aafia) bersaksi bahwa setelah menyelesaikan studi doktor dia mengajar di sekolah, dan minatnya adalah dalam pemberdayaan kemampuan disleksia dan anak berkebutuhan khusus lainnya. Dia muncul sebagai pengasuh yang cinta kemanusiaan dan pendidik, lembut namun tegas untuk mencari kebenaran dan keadilan.”

Ketika bukti terus diungkap kita jadi tahu bahwa dia tidak tahu di mana ketiga anaknya – itu sesuatu yang menggemparkan bagi mereka yang tahu kisah sebenarnya. Ia berbicara tentang kecemasan dan ketakutan akan diserahkan kembali ke Amerika ketika ia ditahan di Ghazni dan ditahan oleh polisi.

Sebagaimana pengakuan Dr. Aafia selama di pengadilan bahwa, “Dalam ketakutan saat di penjara rahasia lain, saya mengintip dibalik tirai yang membatasi bagian ruangan lain dimana tentara Afganistan dan Amerika ketika itu sedang berbicara. Lalu tentara Amerika terkejut melihatnya, dia melompat dan berteriak bahwa tahanan telah lepas, dan menembaknya di bagian perut. Saya juga ditembak di bagian samping oleh orang kedua. Setelah roboh di tempat tidur di ruangan itu, saya secara kasar dilempar di lantai dan kehilangan kesadaran.”

Rangkaian cerita ini persis seperti yang diceritakan Kepala Polisi Anti Terorisme yang Yvonne wawancarai di Afghanistan pada musim gugur 2008 lalu. Ia ingat ketika ia tertawa menceritakan kepada Yvonne bagaimana tentara AS panik, menembak secara acak di udara ketika menyerbu ruangan dalam kepanikan membabi buta.

Tentu saja tidak mungkin sekelompok tentara itu akan mengakuinya, tetapi berdasarkan mereka yang diwawancarai Yvonne, untuk filmnya yang bertajuk “In Search of Prisoner 650” di Afghanistan, itulah yang terjadi.

Alhamdulillah, dua dari anak-anaknya yang hilang telah ditemukan dan bersatu kembali dengan keluarga mereka di Karachi. Masih tidak jelas di mana anak-anak ini ditahan ketika mereka diculik dari sebuah jalan di Karachi, tapi ada tidak ada yang bisa menyamarkan aksen Amerika dari para penculik, yang mungkin suara dari sipir penjara mereka.

Jadi mengapa FBI ingin berbicara dengan Dr. Aafia sedari awal dan mengapa mereka menggambarkan ia sebagai seorang teroris berbahaya yang buron? Jika memang ia adalah orang yang mereka tuduhkan mengapa ia tidak didakwa dengan terorisme dan mengapa jaksa berhati-hati untuk menunjukkan bahwa dia bukan Al-Qaeda?

Satu orang yang mungkin memegang kuncinya adalah mantan suami Dr Aafia yang telah menolak untuk diwawancarai Yvonne. Dia akan melalui perceraian yang sangat agresif dan pahit di bulan-bulan sebelum Dr. Aafia menghilang. Dia yang pertama kali jadi perhatian FBI pada tahun 2002 ketika ia tinggal di Amerika, tapi apa yang ia katakan kepada mereka (FBI) menjadikan mereka mencurigai mantan istrinya melakukan kesalahan, itu adalah tebakan semua orang.

Siapa yang merenggut Dr. Aafia dan anak-anaknya? Yvonne tidak tahu, tapi Yvonne juga telah melacak beberapa mantan tahanan Bagram yang mengatakan kepadanya, bahwa mereka melihat Dr. Aafia ditahan di Bagram pada tahun 2005 dan memberikan identitas positifnya dengan foto sebelum dia diculik dan setelah penangkapannya di Ghazni. Intinya adalah Dr. Aafia Siddiqui tidak boleh di penjara dan selama ketidakadilan ini terus berlangsung dia akan menjadi ajakan bagi siapa saja yang ingin memilih memerangi Amerika.

Satu laporan juga menyatakan bahwa ia mungkin mengidap kerusakan sel-sel otak dan sebagian dari usus kecil beliau telah dipotong dan dibuang, karena tidak mengalami perawatan intensif atas luka tembak yang dialaminya di awal insiden ini. Pengacaranya mengatakan bahwa Dr. Aafia menunjukkan gejala-gejala yang konsisten dengan penderita tekanan perasaan akibat trauma.

Jangan sampai ini dialami Muslimah lainnya

Bukan saja Dr.Aafia yang tengah mengalami kekejian AS si tangan Dajjal, tetapi banyak lagi wanita Islam yang diculik oleh FBI dan sekutunya tanpa diketahui dan diadili, dan akhirnya kita hanya tahu bahwa wanita-wanita ini dilecehkan secara seksual seperti di penjara Abu Gharib, Irak. Biarlah Dr. Aafia menjadi penyebab pembebasan untuk wanita-wanita Islam yang tertindas di penjara-penjara Amerika dan sekutunya di seluruh dunia.

Berikut ini pidato yang menyentuh dari Lauren Booth seorang mualaf Inggris dalam aksi ‘Menentang Penahanan Aafia Siddiqui’ di London pada 23 Sepetember 2012. Lauren Booth dikenal gencar melakukan pembelaan terhadap umat Islam yang ditindas.

 [Lauren Booth]

Meskipun merupakan saudara ipar dari mantan PM Inggris Tony Blair, Booth dengan berani menyerukan menyeret mantan PM Inggris itu bersama George W Bush ke Pengadilan Kriminal Internasional karena bertanggung jawab dalam berbagai kejahatan terhadap umat Islam.

Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,

Wahai saudara-saudaraku seiman, Aafia Siddiqui adalah saudara kita dalam ikatan kemanusiaan. Dia adalah saudara kita dalam Islam, dan apa yang telah diperbuat Amerika terhadapnya adalah sebuah tindakan kejahatan, dan mengapa mereka memenjarakan seorang wanita seperti saudara kita Aafia? Mari kita lihat sebenarnya siapakah dia. Aafia Siddiqui adalah seorang ilmuwan biologi syaraf, salah satu dari para ilmuwan jenius umat kita sekarang.

Wahai saudara-saudaraku, enam bulan yang lalu saya berada di Malaysia, saya mendatangi sebuah konferensi yang bertujuan untuk membawa George Bush dan Tony Blair ke pengadilan Den Haag, pengadilan dengan tuduhan kriminalitas perang. Di konferensi itu saya berbincang dengan seseorang ibu-ibu Iraki, yang telah diambil dari rumahnya, yang telah dituduh dengan salah satu tuduhan kriminalitas Amerika, yang telah disiksa, keponakannya telah dibawa ke selnya dan ditelanjangi di hadapannya, dan dipermalukan dengan tindakan lainnya, anak perempuannya diancam akan diperkosa.

Kalau ada orang yang berani mengecam kita sebagai unjuk rasa anti Barat, maka kami akan katakan jangan coba-coba mengancam kami secara emosional, karena hukum yang buruk tetaplah hukum yang buruk, tindakan kriminal tetaplah kriminal, dan kita akan selalu memprotesnya hingga Allah subhana wa ta’ala memanggil kita.. dan kalian tidak akan membungkam kami dengan tuduhan-tuduhan ‘anti Barat’ dan ‘anti semitisme’

Saudara-saudara, Aafia Siddiqui tidak ditahan sebagai teroris

Dia ditahan karena dia adalah ilmuwan biologi syaraf

Dia ditahan karena dia adalah aktivis

Kalian mungkin tidak tahu, tapi dalam waktu 5-6 tahun sebelum dia ditahan, Aafia telah menyuarakan derita Bosnia, Afghanistan, Irak dan umat Islam di dunia.

Aafia adalah seorang yang terbaik di antara umat kita ini

Saya bekerja dengan Muslim Legal Fund (yayasan bantuan hukum untuk Muslim) di Amerika, dan ketahuilah ketidakadilan yang menimpa Aafia bukanlah satu-satunya..

Saat ini di Amerika ada sekitar 300 saudara Muslim yang menjalani hukuman penjara dalam waktu yang lama karena tuduhan yang berdasarkan motivasi pre-emptive (sangkaan kejahatan sebelum kejahatan tersebut terjadi)

Amerika senang melakukan tindakan pre-emptive, seperti serangan pre-emptive dan sekarang mereka mau keadilan pre-emptive.

Kalian tahu? Menurut saya mereka terlalu banyak menonton film, siapa yang telah menonton Minority Report? Di dalam film tersebut Tom Cruise adalah seorang polisi dari masa depan, dan tidak ada kejahatan sama sekali, karena jika ada tindakan kejahatan, mereka bisa ke masa depan dan menghentikan tindakan kejahatan tersebut. Mereka berpikir bahwa itu yang sedang terjadi di Amerika. Jika kalian berpakaian seperti “teroris”, jika kalian pergi ke konferensi-konferensi aktivis, jika kalian memprotes dan kalian cocok dengan kriteria-kriteria tersebut, Amerika akan melakukan tindakan pre-emptive dengan memasukkan kalian ke penjara dengan tuduhan kejahatan teroris, sebuah tindakan yang tidak kalian lakukan, dan tidak akan pernah kalian lakukan, saya mau kalian semua awas terhadap ini, bukan berarti saya ingin kalian takut saudara-saudara, tapi kita harus bersatu.

Aafia Siddiqui selalu teguh berjuang untuk saudara-saudara dan tidak pernah mundur. Demikian pula kita juga harus bersikap sama dengan Aafia dan umat Islam lainnya di masyarakat kita.

Karena kalau kita lihat Inggris sekarang, ketika salah seorang dari saudara kita ditahan, seseorang yang kita kenal, mungkin dia seorang dokter, atau sukarelawan, tahukah kita apa yang terjadi? Apakah kita masih mau mengunjunginya, atau kita berkilah kita khawatir terhadap keluarga kita.. ingat bahwa kita semua akan mempertanggungjawabkan kepada Allah terkait nasib saudara-saudara kita.

Maka kita tidak boleh takut, hukum yang tidak adil adalah hukum yang tidak adil.

Dan saya akan akhiri dengan pernyataan berikut. Aafia Siddiqui adalah korban ketidakadilan, tapi tidak ada yang menang di sini. Saya beritahu, Subhanallah, Aafia Siddiqui adalah pemenang terhadap para penahannya. Dia adalah pemenang yang sebenarnya karena Aafia menginginkan Jannah.
Alhamdulillah.

 
Kabar gembira untuk Aafia

Pada bulan Ramadhan 2011, sang ibu menerima telepon dari Aafia yang terpenjara di Amerika. Ibunya pun menangis mengenang nasib cucunya harus melalui penderitaan, cucu laki-lakinya masih hilang, dan anak perempuannya masih tidak jelas kapan bebasnya, kecuali dengan ridho Allah.

[Ibu Dr. Aafia]

Tahukah apa yang Aafia katakan kepada ibunya? Berikut isi surat cantik tersebut.

“Wahai ibu janganlah menangis, saya gembira!” (Subhanallah, kenapa dia gembira?) “Wahai ibu, setiap malam dalam mimpiku Rasulullah SAW mengunjungiku. Lalu Rasulullah mengajakku untuk menemui istrinya Aisyah ra, dan memperkenalkanku kepada istri baginda.Baginda berkata pada Aisyah .. inilah putriku Aafia .. “

Subhanallah. Jadi kita bukanlah pemenang, tapi kita akan menjadi pemenang kalau kita bersikap tegas dalam menegakkan keadilan demi Allah subhanahu wa ta’ala. Dan ibu Aafia telah mendapatkan kabar bahwa Aafia akan mendapatkan Jannah dari Nabi Muhammad SAW dalam mimpi Aafia. Allahu Akbar, pekikkan takbir!


Kita tidak akan takut oleh siapapun, kecuali Allah SWT. Tidak ada yang bisa kita sumbangkan melainkan doa, menyebarkan kisahnya di blog dan juga media lain untuk pembebasan beliau.

Boleh jadi dengan upaya semisal membagikan berita ini dan memboikot produk Amerika, kita bisa turut berjihad membantu Aafia-Aafia lainnya, dari bumi Indonesia.

Allah tidak memandang efeknya, namun semoga usaha kita yang dilandasi niat tulis ikhlas ini menjadi pembela dan peringan penderitaan saudara-saudari kita. Ianya juga mudah-mudahan menjadi sumbangsih atas penegakan kalimatullah di muka bumi. Di akhirat nanti Allah akan bertanya tentang apa yang telah kita lakukan untuk saudara-saudara Islam yang tertindas, insyaa Allah kita bisa menjawabnya.

Setiap share yang dilakukan melalui media apapun, mudah-mudahan menjadi pembuka semua mata dan hati kita sesama muslim dan muslimah. Dengannya terbongkar nasib saudara/saudari kita yang tertindas hak hidupnya di belahan lain bumi Allah. Wallahu A’lam Bishawab. (adibahasan/arrahmah.com).

 [Dr. Aafia dan Anak-anaknya]

Sumber :
http://www.arrahmah.com/news/2014/08/17/kenali-dr-aafia-siddiqui-deritanya-tak-boleh-dirasakan-muslimah-lainnya.html


Tidak ada komentar:

Posting Komentar