Rabu, 09 Januari 2019

::: Sedekah Yang Luar Biasa; Meneladani Spirit Kebaikan Ali bin Abi Tholib :::

Diantara sekian banyak sahabat yang patut kita jadikan tauladan adalah Ali bin Abi Thalib R.A (disingkat Ali).

Beliau memiliki tempat yang ‘istimewa’ di sisi Rosululloh Muhammad SAW, selain karena kedekatan hidup, juga karena keterikatan keluarga.

Ali adalah anak dari paman nabi yakni Abi Thalib. Nabi sendiri pernah diasuh cukup lama oleh Abi Tholib setelah ditinggalkan orang tua dan kakeknya.

Antara nabi Muhammad dan Ali terdapat rentang perbedaan usia sekitar 30tahun. Jadi saat nabi berusia 30 tahun, Ali baru dilahirkan.

Karena nabi pernah diasuh oleh ayahnya Ali, maka tidak bisa dipungkiri Ali kemudian dididik dan dibesarkan oleh baginda nabi. Kedekatan ini, menyebabkan Ali mendapatkan informasi dan ilmu dari hari ke hari dari nabi secara langsung.

Sehingga Ali menjadi seorang yang cerdas dan banyak menyampaikan hadits. Para ulama mengatakan kalau nabi diibaratkan sebagai kota ilmu (Madinatul Ilmu), maka Ali adalah pintu gerbangnya (Baabul Ilmu).

Dalam perjuangan dakwah islam, posisi Ali sangatlah luar biasa. Salah satunya adalah sikap heroik dan ‘mengandung resiko’ saat berusia 23 tahun. Ali bersedia tidur di tempat tidur Rosululloh , menggantikan Rosululloh sekaligus mengelabui rencana kaum kafir Quraisy yang akan membunuh Rosululloh . Ali tidur di kamar Rosululloh , sementara Rosululloh  SAW pergi berhijrah dari Mekah ke Madinah.

Ali juga dipandang sebagai orang yang berani dan cakap dalam setiap peperangan, baik perang badar, uhud, khandaq, dan lain-lain. Bahkan, seorang sejarawan menulis keistimewaan Ali sampai 18 item baik dari sisi keilmuan, kecerdasaan dan kepeduliaan terhadap orang lain yang sedang ditimpa kesusahan. Kedekatan Ali dengan nabi pun, menjadikan Ali sebagai menantu Rosululloh SAW, Ali dinikahkan dengan Siti Fatimah, salah seorang putri nabi dari Siti Khadijah.

Jual Beli Unta

Ada satu kisah yang cukup menarik yang menggambarkan kualitas keikhlasan dan katulusan seorang Ali bin Abi Tholib. Pada suatu hari, saat pulang ke rumah, Ali menemui istrinya Fatimah dan berkata, “Adakah makanan untuk hari ini?” Istrinya menjawab, “Kita tidak memiliki makanan, yang ada hanyalah uang 6 dirham untuk persediaan makan Hasan dan Husain”.

Ali lantas berkata “Berikanlah uang itu kepada saya dan biarkan saya yang membelikan makanannya”.

Setelah percakapan ini, Ali lantas pamit keluar rumah untuk membeli makanan. Di tengah jalan, Ali bertemu dengan seseorang dan menegurnya, “Wahai Ali, adakah orang yang mau meminjamkan uang kepada saya karena Alloh?”. Ali langsung menjawab “Ada, dan akulah orangnya”. Maka, dikasihlah uang 6 dirham oleh Ali kepada orang itu.

Karena semua uang telah diberikan kepada orang itu, maka Alipun tidak jadi berbelanja, dan ia pulang kembali ke rumahnya. Sesampainya di rumah, ditanya sama sang istri, “Wahai Ali, manakah makanan yang engkau beli?”. Ali menjawab, “Aku tidak jadi membeli makanan, karena semua uang telah aku berikan kepada seseorang yang lebih membutuhkan”.

Mendengar jawaban ini, Fatimah menyambut gembira dan senang karena telah memberikan harta kepada yang membutuhkan walaupun harta itu sangat dibutuhkannya buat kepentingan keluarga. Setelah kejadian ini, Ali meminta izin istrinya menemui Rosululloh SAW untuk ‘berkonsultasi’ dan menceritakan kejadian yang baru dialaminya. Maka, pergilah Ali untuk menemui Rosululloh SAW.

Di tengah perjalanan, Ali bertemu seseorang yang membawa seekor unta. Berkata orang itu, “Wahai ali, hendak ke mana engkau?”, Ali menjawab “Aku hendak berkunjung ke rumah Rosululloh SAW”. “Belilah untaku 100 dirham, karena aku tidak punya uang?, tawar orang itu. Ali menjawab,”Aku tidak punya uang sama sekali”. Orang itu menawarkan kembali, “Tidak apa-apa, juallah unta ini selakunya, engkau bisa bayar belakangan setelah laku”.

Ali pun sepakat atas tawaran itu, lantas kembali lagi ke rumah untuk mengikatkan unta sebelum pergi lagi menemui Rosululloh SAW. Dalam perjalanan pulang ke rumah, Ali menemui seseorang dan menegurnya, “Wahai Ali? Mau diapakan unta itu?, “Aku mau menjualnya”, jawab Ali.  Orang itu berkata lagi, “Untanya sungguh sangat bagus, saya berminat membelinya seharga 300 dirham”. Singkat cerita, terjadilah transaksi jual beli unta antara Ali dan orang itu, lalu Ali pulang ke rumah membawa uang 300 dirham.

Setibanya di rumah, sang istri bertanya, “Ada apa denganmu wahai Ali, kelihatnya engkau sangat gembira sekali?” Ali pun menceritakan kejadian yang baru dialaminya itu dan menunjukkan keuntungan 200 dirham dari transaksi jual beli unta itu. Maka, dititipkanlah uang 200 dirham kepada istrinya dan Ali membawa 100 dirham untuk kembali pergi membayar utang sekaligus menemui Rosululloh SAW.

Berangkatlah Ali ke rumah Rosululloh SAW untuk menemui dan menceritakan semua kejadian yang baru dialaminya. Setibanya di rumah Rosululloh SAW dan bertemu dengannya Rosululloh SAW berkata,” Wahai Ali, engkau datang kemari, tentu ada sesuatu yang perlu disampaikan. Siapakah yang mau duluan menyampaikan, aku atau engkau?. Mendapat pertanyaan itu, Ali lantas menjawab, “Silahkan wahai Rosululloh SAW, engkau dulu yang menyampaikan sesuatu”.

Melalui wahyu yang diterimanya, Rosululloh SAW berkata “Wahai Ali, tahukah engkau, siapakah orang yang menjual dan membeli unta itu?. Ali menjawab, ‘Tidak”. Rosululloh SAW berkata lebih lanjut, “Orang yang menjual untu itu adalah malaikat Jibril, sedangkan yang membelinya adalah malaikat Mikail”. Dengan penasaran Ali bertanya kembali, “Lantas  kepada siapakah saya harus membayar utang 100 dirham?” Nabi menjawab,” Itu semua rizkimu, karena keikhlasanmu mengeluarkan shodaqoh”.

Begitulah salah satu tauladan yang ditunjukkan seorang sahabat Ali bin Abi Tholib. Dengan keikhlasan yang luar biasa, ia bershodaqoh dalam suasana sulit namun akhirnya mendapatkan ganti yang luar biasa.  Dari 6 dirham menjadi 300 dirham.

Selain kisah di atas, banyak juga kisah yang mencerminkan spirit kebaikannya. Ali juga banyak membuat syair, menulis dan berceramah memberikan nasehat. Salah satu nasehatnya adalah sebagai berikut:

Terdapat lima hal yang ambillah 5 hal itu dariku

    Janganlah engkau mengharapkan sesuatu dari seseorang kecuali hanya mengharapkan dari Alloh
    Janganlah engkau takut terhadap apapun, kecuali engkau takut atas dosa dan Alloh
    Jangan segan-segan engkau mempelajari hal yang belum engkau ketahui
    Janganlah malu mengatakan tidak tahu, saat ditanya sesuatu yang tidak engkau ketahui
    Hendaklah bersabar atas dasar iman. Dan jadikan iman seperti kepala dalam tubuhmu

Ali meninggal di usia 63 tahun di hari Jumat di bulan Romadhan. Ali termasuk dalam daftar orang yang pertama masuk surga. Rosululloh SAW berkata “Ali itu sangat mencintai Alloh dan Rosulnya, dan Alloh dan Rosulnya sangat mencintainya”.

Sumber :
http://sedekah.net/artikel/197-sedekah-yang-luar-biasa-meneladani-spirit-kebaikan-ali-bin-abi-tholib-.html


Tidak ada komentar:

Posting Komentar