Minggu, 10 Desember 2017

::: Michael: dari Scientology Agama Yahudi, Saya Memilih Islam :::

SAYA seorang etnis Yahudi Rusia. Perjalanan spiritual saya dimulai ketika saya berusia 19 tahun.

Ketika itu, keyakinan saya pada Tuhan adalah pasti. Tujuan saya dalam hidup adalah untuk menjadi bintang rock.

Saya tinggal di apartemen Pasadena, Amerika dan bekerja sebagai sekretaris.

Suatu malam saya berjalan ke dapur, dan tiba-tiba terjadi mati lampu. Dalam kegelapan saya bertanya kepada seseorang yang berada di dapur umum tersebut, “Dapatkah saya menyimpan vodka dalam kulkas malam ini?” Tanya saya padanya. Sejak saat itu saya berkenalan dengannya hingga kehidupan saya berubah drastis. Ternyata ia adalah seorang Muslim.



Melalui teman muslim saya tersebut, saya banyak berdiskusi mengenai agama-agama besar yang ada di dunia.

Dalam perjalanan mencari kebenaran, saya bertanya pada diri sendiri: “Ok, mari dimulai dengan hal sederhana, berapa banyak Tuhan yang saya pikir di luar sana?” Saya hanya berpikir satu, alasannya jika Tuhan itu banyak berarti ia lemah karena membutuhkan Tuhan-tuhan yang lain, apalagi jika harus memberikan keputusan terhadap makhluk-Nya, bisa dijamin akan banyak perbedaan pendapat hingga menimbulkan permusuhan antara Tuhan yang satu dengan Tuhan yang lainnya. Semua ini adalah suatu hal yang sangat mustahil ada pada Tuhan. Sehingga pilihan saya adalah Tuhan itu satu.

Setelah pikiran saya terbuka akan keberadaan Tuhan, kemudian saya bertanya pada diri sendiri, “Dari mana saya berasal?” Ada ribuan Tuhan yang disembah oleh manusia, saya bingung mana yang benar. Lalu terlintas dalam pikiran saya bahwa cari kelompok agama yang menyembah satu Tuhan, karena saya percaya pada Tuhan Yang Maha Esa.

Bermula dari Yahudi

Dalam ajaran Yudaisme,ada beberapa hal yang benar-benar mengganggu saya: mengapa tidak ada konsep yang ketat di neraka dalam Yudaisme? Kalau neraka tidak ketat maka mengapa manusia harus menjadi baik? Dan mengapa manusia tidak berdosa? Jika saya tidak memiliki rasa takut akan hukuman neraka yang ketat, lalu mengapa aku harus bermoral?

Agama selanjutnya ialah Kristen. Di dalam Kristen dikenal konsep Trinitas, satu Tuhan ayah, anak, dan bunda yang menjadi satu disebut dengan Tuhan. Bagaimana semua hal menjadi satu Tuhan? Bukankah 1 + 1 + 1 = 3? Kosep dasarnya saja sudah tidak sesuai dengan logika manusia, bagaimana mungkin bisa dikatakan sebagai agama yang selama ini saya cari?

Akhirnya pencarian terakhirku bermuara pada Islam. Islam berarti penyerahan. Keyakinan dasar sebagai muslim termaktub dalam rukun islam yang lima: percaya pada satu Tuhan, shalat lima waktu, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadhan dan perjalanan ke Makkah untuk haji jika mampu secara finansial Islam tidak ada yang bertentangan dengan logika saya, saya sadar bahwa saya akan mengikuti Islam pada saat itu. Saya kemudian menjadi seorang Muslim. [irah/islampos].

Sumber :
http://ift.tt/1FDcNA1


Tidak ada komentar:

Posting Komentar