Minggu, 30 Juli 2017

Ustadz (Mantan Pendeta) dan Puluhan Muallaf Bombanon Hidup Tak Layak, Menumpang di Rumah Kristen. Ayo Bantu..!!

Kondisi Ustadz Muhammad Filipus Fadli –muallaf mantan Pendeta Pantekosta Manado– dan 53 muallaf Desa Bombanon sangat memprihatinkan. 

Hidup pra-sejahtera, mereka menumpang di rumah-rumah Nasrani yang kental dengan suasana kekristenan, banyak terpampang atribut kristiani, salib, patung Maria, foto Yesus dan tidak terjaminnya makanan dari babi dan makanan haram lainnya.


Ayo bantu wujudkan Wisma Muallaf untuk 53 generasi Islam di Sulawesi Utara. Diperlukan dana 30 juta rupiah untuk membangun satu rumah.

BOMBANON, Infaq Dakwah Center (IDC) – Atas hidayah Allah, di Desa Bombanon sudah ada 53 orang hijrah memeluk Islam, terdiri dari 15 kepala keluarga (KK). Padahal dahulunya, desa yang terletak di Bolaang Mongondow Sulawesi Utara ini, semua warganya menganut agama Kristen.

Warga desa ini berbondong-bondong masuk Islam melalui kisah keajaiban yang dialami para muallaf. Suatu hari, warga tersesat jauh di hutan belantara untuk mencari rotan. Di tengah putus asa tak tahu arah, mereka mendengar suara azan yang terus diikuti arahnya, hingga mereka berhasil keluar dari hutan dengan selamat.

“Asal mula terjadinya Islam di Desa Bombanon ini, dulu ada orang ke hutan, tersesat, lalu mendengar azan, kemudian masuk Islam,” ujar Abdul Rauf, tokoh masyarakat Bombanon.

Dadi Sunardi, warga setempat merinci kisah unik itu. “Waktu mereka cari rotan di hutan, dalam keadaan sudah sore, belum bisa pulang, tidak tahu arah jalan ke mana, dengar suara azan. Itu yang kami dengar,” paparnya.

    ...Menumpang di rumah Kristen ini sangat berbahaya karena menu masakan yang tidak dijamin kehalalannya. Di mana keluarga Nasrani masih mengonsumsi daging babi dan binatang haram lainnya...


PARA MUALLAF HIDUP PRIHATIN DI RUMAH NON MUSLIM

Dalam penelusuran Relawan IDC bersama Insan LS Mokoginta (ustadz mantan Katolik) dan Ustadz Masyhud SM (pakar kristologi dari LDK PP Muhammadiyah), para Muallaf di Bombanon itu hidup dalam kondisi yang sangat memprihatinkan.

Selain hidup dalam kondisi pra sejahtera, mereka rata-rata tidak memiliki tempat tinggal sendiri, sehingga masih bercampur dengan keluarga lain yang masih Kristen. Hal ini sangat mengganggu pertumbuhan iman mereka, karena di rumah itu banyak terpampang atribut kekristenan berupa salib, patung Maria, foto Yesus dan sebagainya. Belum lagi kalau ada jadwal kebaktian atau doa bersama kristiani di rumah. Ditambah lagi dengan menu masakan yang tidak dijamin kehalalannya, karena keluarga Nasrani mereka masih mengonsumsi daging babi dan binatang haram lainnya.

“Ini agak menyulitkan kami sebagai orang-orang yang dipercaya melayani agama. Karena orang-orang Muslim yang berlatar belakang muallaf, rata-rata masih bercampur dengan keluarganya, orang tuanya yang non muslim,” keluh Ustadz Filipus Fadli.

Hal itu diaminkan Ibu Munarif, muallaf sepuh yang sampai saat ini masih hidup di bawah garis kemiskinan dan belum sanggup memiliki tempat tinggal sendiri yang islami.

“Keluhan kami dari Muslim Bombanon ini, kami kan masih berkecimpung dengan orang tua. Jadi kami mohon kepada donatur-donatur Muslim dari manapun untuk membantu kami Muslim di Bombanon, supaya kami bisa mendapat tempat tinggal,” tuturnya.

Di rumah Ibu Frida, Tim Relawan IDC tertegun melihat berbagai pajangan patung Yesus yang disalib, gambar Yesus, Bunda Maria, dan sebagainya. Benda-benda atribut Kristen di rumah itu bukan milik Frida, tapi milik orang tuanya yang masih Kristen. Ternyata rumah itu milik orang tuanya, yang letaknya pas berada di depan Gereja Sion Masehi Injili Bolaang Mongondow yang sangat megah.

Nasib serupa juga dialami oleh Ibu Aryanti. Bersama suaminya, Yusuf Kolopita, ia tinggal menumpang di rumah mertuanya yang beragama Kristen. Saat ini, tepat di samping rumah itu akan dibangun sebuah gereja.

Selain tidak islami, kondisi rumah Aryanti pun kurang layak untuk ditempati. Rumah semi permanen dari papan kayu yang amat kumuh. Dindingnya terbuat dari papan menganga, jika hujan bocor di mana-mana dan nyaris tak memiliki kamar tidur. Karena dipan yang digunakan sudah usang, tak bisa lagi dipakai untuk beristirahat.

    ... Muallaf menumpang di keluarga Kristen ini sangat mengganggu pertumbuhan iman mereka. Karena di rumah itu banyak terpampang atribut kristiani, salib, patung Maria, Yesus, dsb...


USTADZ FILIPUS FADLI: DAI BOMBANON MANTAN PENDETA PANTEKOSTA

Hidup di tengah-tengah umat agama lain, warga muallaf Bombanon yang sangat membutuhkan bimbingan keagamaan. Beruntung, saat ini sudah hadir di sana Ustadz Muhammad Filipus Fadli, dai mantan pendeta Kristen. Tak hanya sebagai juru dakwah dan guru, ustadz yang bernama asli Filipus Kristian itu merangkap sebagai khatib, imam dan pelayan umat.

Sebelum mengikrarkan dua kalimat syahadat, Filipus Fadli memegang jabatan sebagai Pendeta Kristen Pantekosta sekaligus misionaris yang bertugas sebagai ambassador (duta) antargereja yang berbasis di Papua, Papua New Guinea dan Australia.

“Dulu saya bertugas sebagai pendamping misionaris, juru bahasa yang masuk ke Indonesia,” kenangnya kepada Relawan IDC.

Fadli memutuskan berhijrah menjadi muallaf pada Senin, 2 Februari 2009. Ia mengisahkan, bahwa bukan hal mudah baginya untuk berpindah keyakinan. Namun ketika hidayah Allah menyapa, ia tak peduli dengan halangan dan rintangan yang dihadapinya.

Fadli sempat diusir oleh keluarganya. Ia bahkan tak sempat menyelamatkan barang-barang berharga, termasuk surat-surat penting terkait administrasi kependudukan dan ijazah miliknya.

    ...Masuk Islam, Filipus Fadli diusir keluarganya, bahkan tak sempat menyelamatkan barang-barang berharga dan surat-surat penting. Berbagai tekanan itu sama sekali tak membuatnya kendor iman...

Berbagai tekanan itu sama sekali tak membuat Filipus Fadli kendor iman. Karena ia memilih Islam bukan karena ajakan dari pihak luar, tapi karena studi banding dengan mempelajari Bible serta ilmu-ilmu teologia yang pernah dikuasainya saat menjadi pendeta.

“Saya kemudian meyakini apa yang saya pelajari dari kitab-kitab Allah, terutama dari Injil, Taurat dan Zabur yang mengantarkan jalan saya menuju Islam. Bukan karena harta, tahta dan wanita saya masuk Islam, tetapi karena benar-benar Allah Ta’ala yang mengetuk pintu hati saya,” ucapnya.

Fadli menjelaskan, alasan memeluk Islam sangat banyak bila meneliti ayat-ayat Bible itu sendiri. Ia mengungkapkan bahwa Yesus tidak pernah mengaku dirinya sebagai Tuhan, melainkan seorang Rasul utusan Tuhan, sebagaimana tertulis dalam Yohanes 17:3:

“Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus.”


Iman kristianinya makin goyang ketika nalar Fadli yang kritis mulai berani menyoal ayat-ayat Alkitab (Bibel) yang menggelayuti pikirannya. Ayat-ayat perintah khitan, hingga aqiqah, mengapa hal ini justru diamalkan oleh orang Islam? padahal dalam Bibel sendiri Yesus memberi contoh bahwa dirinya dikhitan: “Dan ketika genap delapan hari dan ia harus disunatkan, ia diberi nama Yesus, yaitu nama yang disebut oleh malaikat sebelum ia dikandung  ibunya” (Lukas 2:214).
“Saya tidak berkhitan waktu itu, mulai mempertanyakan iman saya; ‘Kalau benar saya mencintai Yesus kenapa saya tidak melakukan apa yang Yesus lakukan?’,” paparnya.

Filipus Fadli yang memiliki pengetahuan tentang bahasa Ibrani dan Latin, semakin dalam mengkaji dan menguji benarkah Yesus itu Tuhan? Dari telaah panjang ini, ia menyimpulkan melalui pembuktian kedua bahasa tersebut, Yesus bukanlah Tuhan, sebagaimana anggapan agama yang dianutnya dahulu. Jika Yesus adalah Tuhan, mustahil dia mengadu kepada Tuhan saat disalib

“Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: "Eli, Eli, lama sabakhtani?" Artinya: Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku?"
(Matius 27:46).

“Dan pada jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: "Eloi, Eloi, lama sabakhtani?", yang berarti: Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku?" (Markus 15:34).

Fadli melanjutkan, penyebutan Tuhan dalam bahasa Yunani, Tuhan adalah Kurios atau Theos, dalam bahasa Yunani disebut Adonai. Yesus tidak bisa disebut Yehovah.

“Jika ditelaah dengan menggunakan bahasa Yunani, maka kata Kurios dan Theos tidak diperuntukkan kepada Yesus, melainkan yang diperuntukkan kepada Yesus adalah kata Adonai Tsebaot. Jadi dalam bahasa Ibrani sendiri, Yesus bukan Yehovah, dia bukan Yehovah Nissi, Yehovah Rapha, Yehovah Sama, apalagi dia bukan Yehovah Shalom,” ungkapnya.

    ... Muallaf menumpang di keluarga Kristen ini sangat mengganggu pertumbuhan iman mereka. Karena di rumah itu banyak terpampang atribut kristiani, salib, patung Maria, Yesus, dsb...


DARI PENDETA MENJADI USTADZ, KINI HIDUP SEDERHANA MENJUAL BENSIN

Setelah hijrah meninggalkan Kristen, Filipus Fadli menimba ilmu Islam ke Secang Magelang Jawa Tengah, lalu kembali lagi ke Bombanon sebagai dai dan pelayan umat.

Untuk menyambung hidup, karena gaji sebagai guru honorer jauh dari cukup untuk menafkahi keluarga, Fadli mengais rezeki sebagai penjual bensin eceran.

Sebagai tempat berteduh sehari-hari, ia tinggal di rumah berukuran 4 x 6 meter ini terbuat semi permanen dari papan kayu yang disewa dari orang Kristen.

Sangat sederhana!! Jangankan perabotan mewah, kasur untuk tidur saja tak ada. Hanya terlihat tikar tipis tanpa bantal dan selimut di kamar tidur Fadli dan istrinya.

“Masya Allah. Ini rumah tanpa perabot, tanpa kursi, tanpa meja, kecuali hanya ada gantungan baju,” ujar Insan Mokoginta sedih.

Di dapur pun tak ada perabotan mewah, cuma ada kompor gas tua dan tungku api kayu.

“Masya Allah!! Lihat dapurnya, cuma ada kompor gas tua dan gas  3 kilogram. Bahkan beliau juga menggunakan kayu api untuk masak. Inilah kehidupan seorang mantan pendeta yang jadi ustadz, tinggalnya di rumah seperti ini. Beliau ini imam masjid juga di sini, tapi tinggalnya di tempat yang hampir mirip kandang kambing,” tambahnya.

Satu-satunya barang berharga di rumah Fadli adalah sebuah motor butut dan bodong yang sehari-hari ia gunakan untuk sarana transportasi dakwah.

    ...Setelah menanggalkan jabatan Pendeta Kristen, Filipus Fadli mesantren di Magelang, lalu kembali ke Bombanon sebagai dai pelayan umat. Untuk menyambung hidup, ia menjual bensin eceran. Ia tinggal di rumah kontrakan semi permanen milik Kristen yang sangat sederhana...



PEDULI KASIH WISMA MUALLAF BOMBANON

Kondisi warga muallaf Bombanon ini sangat memerlukan perhatian dari kaum muslimin. Pakar Kristologi dari LDK PP Muhammadiyah, Ustadz Masyhud SM yang ikut serta dalam rombongan, mengimbau agar para muhsinin bisa membantu kesulitan yang dihadapi oleh para muallaf Bombanon.

“Yang saya perhatikan mereka membutuhkan pembinaan agama Islam secara intensif. Di samping pembinaan secara rohani, kami mengharapkan para muhsinin untuk membantu mereka, dengan membuat rumah-rumah tempat tinggal yang layak huni, supaya mereka tidak hidup bercampur serumah lagi dengan keluarga mereka yang masih beragama Kristen,” imbaunya.

Karena untuk pembinaan muallaf agar menjadi Muslim yang kaffah diperlukan lingkungan Islami untuk menjaga keteguhan iman para muallaf itu.

Solusi agar muallaf Bombanon bisa hidup layak dan islami, IDC akan membangun Wisma Muallaf di desa Bombanon, lengkap dengan sarana ibadah dan pendidikan.

    ...untuk pembinaan muallaf agar menjadi Muslim yang kaffah diperlukan lingkungan Islami untuk menjaga keteguhan iman para muallaf itu...

Untuk membangun Wisma Muallaf Bombanon sebanyak 15 rumah berukuran 5 x 7 meter, dibutuhkan biaya satu rumah sebesar Rp 30.000.000,-

Beban dan tantangan hidup yang harus dipikul para muallaf Desa Bombanon adalah beban kita semua, karena persaudaraan setiap Muslim ibarat satu tubuh. Jika satu anggota tubuh sakit, maka anggota tubuh lainnya otomatis terganggu karena merasakan kesakitan juga.

مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ، مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى.

“Perumpamaan kaum mukminin dalam cinta-mencintai, sayang-menyayangi dan bahu-membahu seperti satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuhnya sakit, maka seluruh anggota tubuhnya yang lain ikut merasakan sakit juga, dengan tidak bisa tidur dan demam” (Muttafaq ‘Alaih).

Mari wujudkan hunian yang islami agar saudara-saudara muallaf di Bombanon bisa beribadah, belajar-mengajar, dan mengamalkan Islam lebih sempurna (kaffah)

Semoga dengan membantu meringankan beban para muallaf tersebut, Allah menjadikan kita sebagai pribadi beruntung yang berhak mendapat kemudahan dan pertolongan Allah Ta’ala.

مَنْ نَـفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُـرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا، نَـفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُـرْبَةً مِنْ كُـرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَـى مُـعْسِرٍ، يَسَّـرَ اللهُ عَلَيْهِ فِـي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ

“Barangsiapa menghilangkan kesulitan seorang mukmin di dunia, maka Allah akan melepaskan kesulitannya pada hari kiamat. Barang siapa memudahkan orang yang tengah dilanda kesulitan, maka Allah akan memudahkannya di dunia dan di akhirat…”
(HR Muslim).

Infaq untuk membantu kesulitan hidup muallaf ini bisa disalurkan dalam program Peduli Kasih Muallaf:

    Bank Muamalat, No.Rek: 34.7000.3005 a.n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
    Bank BNI Syariah, No.Rek: 293.985.605  a.n: Infaq Dakwah Center.
    Bank Mandiri Syar’iah (BSM), No.Rek: 7050.888.422  a.n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
    Bank Mandiri, No.Rek: 156.000.728.7289  a.n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
    Bank BRI, No.Rek: 0139.0100.1736.302  a.n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
    Bank CIMB Niaga, No.Rek: 675.0100.407.006  a.n Yayasan Infak Dakwah Center.
    Bank BCA, No.Rek: 631.0230.497  a.n Budi Haryanto (Bendahara IDC)

CATATAN:

    Demi kedisiplinan amanah dan untuk memudahkan penyaluran agar tidak bercampur dengan program lainnya, tambahkan nominal Rp 9.000 (sembilan ribu rupiah). Misalnya: Rp 1.009.000,- Rp 509.000,- Rp 209.000,- Rp 109.000,- 59.000,- dan seterusnya.
    Laporan penyaluran dana akan disampaikan secara online di: infaqdakwahcenter.com.
    Bila bantuan sudah tercukupi/selesai, maka donasi dialihkan untuk program IDC lainnya.
    Info: 08122.700020
    Video: https://youtu.be/0z6M5i8IQ8Y


Sumber :
http://ift.tt/2u9LAAi





Tidak ada komentar:

Posting Komentar