Selasa, 10 Desember 2019

::: Testimoni “Kristenisasi” Pemulung di Dewan Da’wah Islam Indonesia :::

“Banyak juga yang beragama Islam dan yang berkerudung ikut acara ini yang juga dipaksa berdoa,” kata salah seorang ibu

Hidayatullah.com—Ada pemandangan tak biasa di Kantor Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia Jalan Keramat Raya pada hari Jumat, (11/12/2014) kemarin.

Rombongan ibu-ibu pemulung datang dari berbagai wilayah sekitar Jakarta, seperti daerah Pramuka, Depang, Senen dan Sunan Giri. Mereka datang datang untuk memberikan testimoni terkait ‘kristenisasi terselubung’ yang diadakan di Gelora Bung Karno (Senayan), Ssabtu (08/11/2014) lalu.

Mereka yang sehari-hari bekerja sebagai pemulung ini mengaku selalu menjadi kelompok lemah dan kurang dapat bimbingan dai. Akibatnya, mereka kuang ada yang membimbing dan menjadi sasaran kalangan misionaris.

Menurut pengakuan seorang ibu, pada awalnya daerah-daerah terpencil tempat mereka tinggal, sering didatangi oleh dua pemuda untuk memberikan bimbingan belajar non formal kepada anak-anak usia SD.

Karena kebaikan mereka ini, masyarakat yang sudah tak asing dengan rupa mereka itu akhirnya berhubungan baik.

Sebulan berlalu mereka mengabdikan diri untuk mengajar anak-anak, hingga akhirnya mulai nampak misi terselubung mereka. Yaitu kristenisasi.

Atas nama pesta rakyat, mereka mengundang para wali peserta didik di daerah-daerah yang mereka ajar untuk menghadiri acara pada Sabtu 8 November 2014.

“Katanya sih mau dibagikan sembako gratis,”
ujar salah seorang ibu mengkidahkan.

Untuk menghadiri acara panitia menyiapkan kendaraan metro mini dengan total warga yang datang diperkirakan mencapai 2000 orang.

Di acara itu terdapat panggung yang pembawa acaranya sambil memanjatkan doa kepada Yesus Kristus. Bersama peserta lain, Ibu ini mengakudiajak mengepalkan kedua tangan di depan dada dengan mengucapokan “Haleluya” bergema nyaring.

Bahkan semua panitia acara yang berada di bawah panggung memaksa para hadirin untuk mengepalkan kedua tangan di depan dada dan berdoa ala Kristiani sambil diberi minyak di tangan-tangan mereka.

“Banyak juga yang beragama Islam dan yang berkerudung ikut acara ini yang juga dipaksa berdoa,” kata salah seorang ibu.

Tapi rombongan ‘pesta rakyat palsu’ nampaknya membuat hadiri terlantar dari jam 12.00-21.00 WIB.

“Kami kelaparan, memang dikasih nasi bungkus tapi kering dan dagingnya berjamur sehingga kami tak selera makan,”
ujar seorang ibu yang juga koordinator rombongan ini.

Akibatnya mereka kecewa. Apalagi sebagian rombongan ada yang berangkat dan pulang dengan ongkos sendiri.

Ikut hadir sebagai tuan rumah acara ini, Drs. H. Amlir Syaifa, MA dan Ustad Zahir Khan SH. Menurut Zahir, tindakan seperti ini dinilai melanggar undang-undang tentang larangan memperluas atau menyebarkan agama kepada orang yang sudah memiliki agamanya sendiri, sebagaimana termaktub di RUU-KUB 2011 pasal 46.

“Kristenisasi yang mereka sebar dengan berbagai cara ini didasari atas ajaran Bibel Korintus 6 ayat 12 yang menghalalkan variasi metode baik santun, paksaan atau anarkis,”kata Drs. H. Zahir Khan SH yang juga menemani pertemuan ini.*

Sumber :
http://www.hidayatullah.com/berita/nasional/read/2014/12/13/34973/testimoni-kristenisasi-pemulung-di-dewan-dawah-islam-indonesia.html



Tidak ada komentar:

Posting Komentar