Sabtu, 11 Februari 2017

Diam Lebih Baik Dari Berbicara


Firman Allah :
مَن كَان يُؤ�' مِنُ بِا للهِ وَا ل�'يَو�' مِ ا�'لآخِرِ فَل�'يَقُل�' خَي�'رًا أَو�' ِليَص�'مُت�'
Siapa yg beriman kepada-Nya Allah dan hari akhirat,maka hendaknya dia berbicara baik ataupun diam saja.(Mutafaq alayh)

Di Syariah Muslim,Imam Nawawyi rha menjelaskan arti hadis tersebut seperti berikut :
وأم قول صل الله عليه وسلم ” فليقل خيرا أو ليصمت“ فمعناه أنه إذا أراد أن يتكلم فإن كان ما يتكلم به خيرا محققا يثاب عليه واجبا أو ندوبا فليتكلم ، وإن لم يظهر له أنه خير يثاب عليه فليمسك عن الكلا م.
Adapun sabda Rosulullah shallaulahu 'alaihi wassalam,“maka hendaknya ia berbicara baik atau diam saja” maksudnya saat seorang ingin berbicara hendaknya dilihat dulu apakah perkataannya mengandung kebaikan dan kebenaran sesuai dengan hukum wajib atau sunah.Bila ya,maka berbicaralah. Tetapi bila tidak,tahan diri saja.
Imam Syafii saat tenerangkan arti hadis di atas terucap,“Saat mau berbicara, berpikirlah lebih dahulu.Bila ucapan itu tak mengandung mudharat,maka berbicaralah.Tetapi jika mengandungkan mudharat ataupun ragu-raggu,maka tahan diri saja. ”

http://ift.tt/2luDLpj

Dalam hadis itu terdapatkan nasehat alangkah baiknya tahan diri dari berbicara yg tak mengandung amal kebaikan,apalagi bila terdapatkan kejahatan.Hal tersebut karna salah satunya tanda baik agama Islam seorang ialah tinggalkan apa yang tiada manfaatnya.Sungguh tlah banyak terjadi sebagian pembicaraan yg bersifat mu'bah akan berubah jadi haram hukumnya.
Dapat kita simpulkan bahwa pembicaraan yg kita kerjakan harus suatu yg baik menurut hukumnya,baik sunah ataupun wajib.jika isi pembicaraan sifatnya mubah,alangkah baiknya yg wajib saja karna dikhawatirkan lama-lama pembicaraan tersebut menjerumuskan pada hal yg tak berguna bahkan tak dibenarkan menurut syariat islam.
Betapa banyak petuah-petuah yg bijak menyampaikan supaya kita berhati-hati dalam berbicara.Tek kalimat yg dipakaikan pun apa daja,ada yg memakaikan bahasa anak muda jaman sekarang sampai pribahasa warisan budaya bangsanya.Sebagian Tips Meningkatkan Ibadah
“Memang lidah tidak bertulang! ”
“Mulutmu harimaumu untukmu! ”
“Jika pedang melukai tubuh,masih ada harapan utk pulih.Tetapi seandainya lidah melukai hati,kemanakah kita cari obatnya? ”
Suatu ketika Sahabatnya Abu Bakar as-Shidiq rha.memegangkan ujung lidah beliau dan berbicara,
هَذَ الَّذِي�' أَو�'رَدَنِ ي ال�'مَوَارِ دَ
“Lidah ini (jika tak berhati-hati) dapat menyebabkanku hingga pada tempat kesalahan dan celaka di dunia dan akhirat nantinya. ”
Dalam kitab “Raudhatul ‘Uqalâ’ wa Nuzhatul Fudhalâ’” Imam 'Ibnu Hiban al-Bhusti—beliau pula penulis Shalih 'Ibnu Hiban—menerangkan bahwa :
قال أبو حا تم ر ض اله عن الواجب على العا قل أن ينصف أذ نيه من فيه ويعلم أنه إنما جعلت له أذنا ن و فم و احد ليسمع أكثر مما يقول
Imam Abuu Haatim rha.menerangkan bahwa orang ber akal haruslah lebih banyak mengunakan ke2 telinga ketimbang lidahnya. ia harus menyadari bahwa diberi telinga 2 buah,sedang diberi mulut cuma 1 agar lebih banyak mendengarnya ketimbang berkata-kata.
Selalu orang menyesali di kemudian harinya karna perkataan yg diucapkannya. terBiasa apabila seorang lagi bicara jadi perkataannya dapat menguasaikan dirinya.Sebalik nya,jika tidak lagi bicara jadi ia akan bisa mengontrolkan apa yg akan dibicarakan.
Imum Abu Hhatim rha.pula menasehatkan bahwa lidah orang ber akal ada di bawah kendali hati nya.saat ia ingin bicara,maka ia akan bertanya-tanya lebih dahulu kepada hati nya. Apabila pembicaraan itu berguna utk dirinya sendiri, jadi ia akan bicara,tapi bila tak bermamfaat,maka ia akan diam saja.Ada juga orang bodoh,hati nya berada di bawah kendali lidahnya.ia akan bicara apa saja yg ingin diungkapkan oleh lidahnya.
Tergolong dalam menjagakan lidah ialah menjaga tulisannya.Sekarang ini, begitu gampang kita memperolehnya dari.SMS,forum,blog,jejaring sosial dan kolom komentar di web berita online jadi media pertama utk menggantikan ucapan lidahnya.
Marilah kita perhatikan diri kita sendiri,tidak perlu sibuk memperhatikan orang lain.Siapa saja kita,apa murid,guru,mahasiswa,dosen,kepala keluarga,ibu, anak,pegawai,pengusaha,anak buah,atasan,anggota masyarakat,pemimpin formal/non formal,pejabat, politikus,anggota kepolisian,tentara,santri maupun ustadz,marilah kita periksa tiap-tiap perkataan ataupun tulisan kita sampai waktu ini. 
Apa ucapan kita sekarang ini ada mengandung mamfaatnya? Atau sering bersipat mu-bah (tidak ada mamfaat dan mudaratnya)? Ataupun lebih parah lagi yakni timbulkan kemudaratannya? Sahabat' Ali bin' Abi Tholib memberikan nasehat :
إِ نَّ خَي�'رَ ال�'قَو�' لِ مَا نَفَعَ
Sesungguhnya sebaik-baiknya ucapan ialah yg berguna. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar