Senin, 28 Oktober 2019

::: Menyoal Ketidakadilan Media >> Betapa Biadabnya Framing Negative Media Terhadap Islam :::

#MelawanLupa
#BetapaBiadabnyaFramingMedia

Kaum Muslimin hafizhakumullah,

Allah SWT berfirman:
"Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang Fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu." (QS. Al Hujurat 49).

Dalam ayat di atas Allah SWT memberikan petunjuk kepada orang-orang mukmin agar melakukan tabayyun, yakni meneliti kebenaran suatu berita, atau memilah mana berita yang benar dan mana berita yang bohong, dari orang-orang fasik yang kurang bisa dipercaya pemberitaannya.

Diriwayatkan bahwa ada seorang munafik bernama Walid bin Uqbah yang mengabarkan tentang pembangkangan Bani Musthaliq, namun setelah Rasulullah Saw. mengutus Khalid bin Walid mendatangi perkampungan Bani Musthaliq ternyata di sana tidak ada pembangkangan, rakyat di sana baik-baik saja dan dalam kondisi taat kepada Rasulullah saw. sebagai kepala Negara.

Kaum Muslimin hafizhakumullah,

Hari ini kita hidup di era informasi di mana media massa baik cetak maupun elektronik, tulis maupun audio visual, sangat mendominasi pikiran masyarakat. Keputusan-keputusan dan kebijakan pemerintah akan mengikuti kecenderungan arah opini media massa karena masyarakat akan mendukung kebijakan yang sesuai arah opini media.
Celakanya kecenderungan media massa yang mendominasi hari ini, media meanstream,   karena dikuasai kaum kafir dan punya pikiran cenderung sekuler liberal dan mengidap penyakit ketidaksukaan kepada Islam (Islamophobia), lebih mengarah kepada pemojokan gerakan Islam sebagai langkah pendahuluan menuju pemojokan Islam sejalan dengan perang yang senanttiasa akan dikobarkan oleh kaum kafir kepada umat Islam (lihat QS. Al Baqarah 217).

Sebaiknya mereka, akan senantiasa mendukung kekufuran dan penyesatan dalam rangka menuju target mereka melakukan pemurtadan.

Akibatnya, media massa fasiq tersebut dalam ekspos berita cenderung membesarkan atau membongkar kesalahan umat Islam walau sekecil apapun. Sebaliknya mereka akan mengecilkan atau menutupi kesalahan kaum sesat atau kafir seberapapun besanya kesalahan kaum kafir. Berita kaum kafir rawan kebohongan dan cenderung tidak adil. Oleh karena itu, umat Islam harus melakukan tabayyun agar tidak menimpakan sikap atau tindakan yang keliru terhadap sesama umat atau aktivis Islam.

   
Kaum Muslimin hafizhakumullah,

Sebagai contoh kasus bentrok laskar dengan gerombolan Ahmadiyah dan liberal di Monas 1 Juni 2008. Media fasiq mem-blow up luar biasa berhari-hari. Mereka tampilkan gambar bentrokan tersebut berulang-ulang disertai dengan berbagai komentar yang memojokkan umat Islam, khususnya Front Pembela Islam (FPI) yang dipimpin oleh Habib Rizieq. Pasalnya di antara laskar Islam yang bentrok dengan gerombolan penista agama Islam itu banyak yang menggunakan kaos bertulisan FPI besar di punggung.

Opini yang begitu massif membuat Presiden SBY mengeluarkan pernyataan: “Negara tidak boleh kalah dengan kekerasan!”. Ribuan polisi bersenjata lengkap menyerbu markas FPI di Petamburan. Sejumlah laskar FPI pun jadi tersangka. Bahkan Habib Rizieq Syihab pun dijadikan tersangka walaupun tidak ada di TKP.  Beliau dihukum karena tekanan pers yang luar biasa.

Setelah kasus Monas itu FPI menjadi langganan berita buruk yang diproduksi media. Gambar insiden Monas sering ditayang ulang seolah baru terjadi dan terus terjadi. Kejadian pun bisa dibolak-balik seperti kasus Kendal pada Juli 2013, bentrok laskar FPI dengan preman penjaga tempat maksiat diberitakan bentrok FPI dengan masyarakat.

Pada Februari 2012 pesawat yang membawa pimpinan FPI mendarat di bandara Tjilik Riwut Palangkaraya diserbu para preman yang anarkis yang masuk ke Bandara. Anehnya diberitakan di Jakarta tentang kekerasan FPI dan tuntutan pembubaran FPI. Padahal FPI menjadi korban kekerasan preman Palangkaraya. Zalim!

Kaum Muslimin hafizhakumullah,

Berbeda dengan kasus Monas, Kasus Tolikara sangat jauh lebih anarkis. Namun demikian media massa sekuler itu cenderung diam membisu. Mereka tidak menyalahkan gerombolan massa gereja penyerbu, walaupun Kapolri telah tegas menyatakan bahwa penyerbuan tersebut adalah tindakan melawan konstitusi.

Media massa pengidap Islamophobia ramai-ramai memberitakan bahwa Mensos Khofifah Indar Parawansa mengunjungi RSUD Karubaga Tolikara dan menjenguk korban insiden Tolikara. Cara menulis media sekuler adalah dengan memutar balikkan fakta. Penyerang disebut sebagai korban.  

Mereka menulis judul berita:
“Korban Penembakan Insiden Shalat Ied di Tolikara dijenguk Dua Menteri”

Nawaberita.com, Tolikara - Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa dan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Yohana Yembise, Selasa (21/7) bersama-sama menjenguk korban insiden Shalat Ied. --

Tentu saja yang disebut korban dalam berita tersebut bukanlah kaum muslimin yang diserbu tatkala sholat, tapi para penyerbu yang ditahan oleh aparat keamanan.

Tentu saja ekspos seperti itu semakin menyayat hati umat Islam. Padahal Mensos juga mengunjungi pengungsi muslim. Cuma karena berita disamarkan mana yang diserang dan mana yang menyerang menjadi persoalan dalam kejujuran berita. Maha Benar Allah SWT yang berfirman:

Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. (QS. Al Hujurat 49).

Baarakallah lii walakum…


Sumber :
http://www.suara-islam.com/read/index/15165/Menyoal-Ketidakadilan-Media




Tidak ada komentar:

Posting Komentar