Polisi Perancis Razia Pakaian Wanita Muslim di Pantai Dan Memaksa Dicopot
Foto mengejutkan menjadi viral dan perbincangan media internasional dimana wanita muslimah mengalami pelecehan rasisme di Perancis.
Dilansir Expres (23/8), foto mengejutkan (Shocking photographs) memperlihatkan dimana beberapa polisi Prancis bersenjatakan tongkat dan semprotan merica berbaris ke pantai 'melakukan razia' pakaian muslim dan memerintahkan seorang wanita muslim yang mengenakan burkini (pakaian renang muslim yang menutup seluruh tubuh) untuk menanggalkan pakaiannya.
Peristiwa ini terjadi di kota pantai Promenade des Anglais, Nice, Perancis.
Perempuan Muslim Prancis yang belakangan diketahui bernama Siam (34 tahun) ini sedang bersantai di pantai sebelum didatangi beberapa polisi yang merazia pakaian muslimah.
Wanita yang berasal dari kota Toulouse itu sedang berjalan-jalan di pantai saat berlibur dengan dua anaknya.
Dia mengatakan diberitahu oleh tiga polisi bahwa pakaiannya ‘tidak sesuai aturan’.
“Saya tidak bermaksud untuk berenang, hanya berjalan-jalan dan membasahi kaki saja,” kata Siam.
Siam mengatakan pada saat itu orang-orang juga ikut menyoraki dan mengatakan agar Siam “Pulang ke rumah” sambil mengatakan, “Di sini kami beragama Katolik!”
“Kata-kata rasis yang dilontarkan sangat membabi buta. Saya tak mampu berbicara apa-apa” kata Siam.
"Today we are not allowed on the beach. Tomorrow, the street? Tomorrow, we'll be forbidden from practicing our religion at all?
"Hari ini kami dilarang di pantai, besok-besok apa kami dilarang keluar di jalanan? Besoknya lagi kami akan dilarang mengamalkan agama kami sama sekali?" ujar Siam.
"Saya di negara yang menjunjung Hak Asasi Manusia. Saya tak melihat ada jejak prinsip-prinsip kebebasan, kesetaraan dan persaudaraan. Saya marah bahwa ini bisa terjadi di Perancis," kata Siam yang keluarganya sudah tiga generasi hidup di Perancis.
Saksi mata, Mathilde Cousin, seorang jurnalis saluran TV Prancis 4 yang menyaksikan seluruh kejadian, merasa sedih dengan kejadian itu. Menurutnya yang paling menyedihkan adalah banyak orang di sekitar yang meneriakinya mengatakan dia tidak diterima di Perancis dan menyuruhnya untuk pulang. "Putrinya menangis," kata Cousin.(dm).
Sumber:
http://ift.tt/2bvm5Ef
http://ift.tt/2bknjQM
Saudi yang disebut 'wahabi' oleh kalangan Liberal/JIL masih lebih toleran pada warga negara asing non muslim.
Disediakan pantai untuk Non muslim bebas berjemur mengenakan bikini one piece, two piece or no piece.
Disediakan compounds bagi WNA dan dibebaskan untuk mereka dari kewajiban mengenakan abaya.
Begitu banyak WNA non muslim yang mengais rizki di negara yang disebut wahabi tersebut. Tak ada larangan dan hambatan. Tak ada diskriminasi dalam pekerjaan. Bahkan Saudi memahami karakter budaya mereka dan tak turut campur dengan budaya liberal mereka selama dilakukan di wilayah yang disediakan untuk mereka.
Saudi melarang non muslim memasuki 'wilayah haram' sebab tanah haram bukan area wisata dimana orang bebas keluar masuk hanya untuk selfi dan berfoto-foto.
Imagine, hanya menampung umat Islam beribadah saja sudah penuh sesak apalagi bila ditambah turis-turis tanpa kepentingan ibadah. Saudi punya kewajiban untuk menjaga ketertiban, keamanan, dan kekhusukan jamaah yang ingin beribadah di Tanah Haram.
Dan tengoklah negeri Perancis yang dikenal dunia dengan Revolusi Perancis dengan semboyan Liberté, égalité, fraternité (kebebasan, persamaan, dan persaudaraan).
Bahkan pelajar di Indonesia hafal dengan semboyan Revolusi Perancis itu yang dipelajari di bangku sekolah.
Namun kenyataannya mereka berbuat diskriminatif, rasis, dengan melarang wanita Muslim mengenakan pakaian muslimahnya saat berlibur di pantai. (link)
World unfair....
(by Layla Sari, WNI di Jeddah Saudi),
Sumber :
http://ift.tt/2c8jRgk
Foto mengejutkan menjadi viral dan perbincangan media internasional dimana wanita muslimah mengalami pelecehan rasisme di Perancis.
Dilansir Expres (23/8), foto mengejutkan (Shocking photographs) memperlihatkan dimana beberapa polisi Prancis bersenjatakan tongkat dan semprotan merica berbaris ke pantai 'melakukan razia' pakaian muslim dan memerintahkan seorang wanita muslim yang mengenakan burkini (pakaian renang muslim yang menutup seluruh tubuh) untuk menanggalkan pakaiannya.
Peristiwa ini terjadi di kota pantai Promenade des Anglais, Nice, Perancis.
Perempuan Muslim Prancis yang belakangan diketahui bernama Siam (34 tahun) ini sedang bersantai di pantai sebelum didatangi beberapa polisi yang merazia pakaian muslimah.
Wanita yang berasal dari kota Toulouse itu sedang berjalan-jalan di pantai saat berlibur dengan dua anaknya.
Dia mengatakan diberitahu oleh tiga polisi bahwa pakaiannya ‘tidak sesuai aturan’.
“Saya tidak bermaksud untuk berenang, hanya berjalan-jalan dan membasahi kaki saja,” kata Siam.
Siam mengatakan pada saat itu orang-orang juga ikut menyoraki dan mengatakan agar Siam “Pulang ke rumah” sambil mengatakan, “Di sini kami beragama Katolik!”
“Kata-kata rasis yang dilontarkan sangat membabi buta. Saya tak mampu berbicara apa-apa” kata Siam.
"Today we are not allowed on the beach. Tomorrow, the street? Tomorrow, we'll be forbidden from practicing our religion at all?
"Hari ini kami dilarang di pantai, besok-besok apa kami dilarang keluar di jalanan? Besoknya lagi kami akan dilarang mengamalkan agama kami sama sekali?" ujar Siam.
"Saya di negara yang menjunjung Hak Asasi Manusia. Saya tak melihat ada jejak prinsip-prinsip kebebasan, kesetaraan dan persaudaraan. Saya marah bahwa ini bisa terjadi di Perancis," kata Siam yang keluarganya sudah tiga generasi hidup di Perancis.
Saksi mata, Mathilde Cousin, seorang jurnalis saluran TV Prancis 4 yang menyaksikan seluruh kejadian, merasa sedih dengan kejadian itu. Menurutnya yang paling menyedihkan adalah banyak orang di sekitar yang meneriakinya mengatakan dia tidak diterima di Perancis dan menyuruhnya untuk pulang. "Putrinya menangis," kata Cousin.(dm).
Adakah aktivis pembela HAM HIM HUM akan tereak membela hak-hak muslimah???
Sumber:
http://ift.tt/2bvm5Ef
http://ift.tt/2bknjQM
Saudi yang Disebut 'Wahabi' Ternyata Lebih Toleran Dibanding Negara Eropa
Saudi yang disebut 'wahabi' oleh kalangan Liberal/JIL masih lebih toleran pada warga negara asing non muslim.
Disediakan pantai untuk Non muslim bebas berjemur mengenakan bikini one piece, two piece or no piece.
Disediakan compounds bagi WNA dan dibebaskan untuk mereka dari kewajiban mengenakan abaya.
Begitu banyak WNA non muslim yang mengais rizki di negara yang disebut wahabi tersebut. Tak ada larangan dan hambatan. Tak ada diskriminasi dalam pekerjaan. Bahkan Saudi memahami karakter budaya mereka dan tak turut campur dengan budaya liberal mereka selama dilakukan di wilayah yang disediakan untuk mereka.
Saudi melarang non muslim memasuki 'wilayah haram' sebab tanah haram bukan area wisata dimana orang bebas keluar masuk hanya untuk selfi dan berfoto-foto.
Imagine, hanya menampung umat Islam beribadah saja sudah penuh sesak apalagi bila ditambah turis-turis tanpa kepentingan ibadah. Saudi punya kewajiban untuk menjaga ketertiban, keamanan, dan kekhusukan jamaah yang ingin beribadah di Tanah Haram.
Dan tengoklah negeri Perancis yang dikenal dunia dengan Revolusi Perancis dengan semboyan Liberté, égalité, fraternité (kebebasan, persamaan, dan persaudaraan).
Bahkan pelajar di Indonesia hafal dengan semboyan Revolusi Perancis itu yang dipelajari di bangku sekolah.
Namun kenyataannya mereka berbuat diskriminatif, rasis, dengan melarang wanita Muslim mengenakan pakaian muslimahnya saat berlibur di pantai. (link)
World unfair....
(by Layla Sari, WNI di Jeddah Saudi),
Sumber :
http://ift.tt/2c8jRgk
Tidak ada komentar:
Posting Komentar