ORANG yang merugi dan menyesal ialah orang yang menzalimi manusia dan melanggar hak mereka serta akan dihinakan dengan mengembalikan hak tersebut pada hari kiamat.
Adapun alat pembayarannya dengan kebaikan dan dosa, pada saat setiap orang sangat membutuhkan catatan kebaikan.
Satu kebaikan akan sangat berharga bagi dirinya. Adapun manusia tak lagi memiliki sesuatu yang bisa digunakan untuk melunasinya, kecuali dengan kebaikannya.
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah Shalallaahu ‘Alahi Wasallam bersabda:
“Barangsiapa yang memiliki tanggungan hak milik saudaranya, baik itu berupa kehormatannya atau sesuatu yang lain, maka hendaknya ia meminta agar ia mau menghalalkannya hari ini, sebelum datangnya hari ketika dinar dan dirham tiada lagi. Jika ia memiliki amal saleh, maka akan diambil dari amal salehnya sesuai dengan utangnya. Namun jika ia tidak memiliki kebaikan lagi, maka akan diambil kejelekan orang yang dizalimi lalu dipikulkan kepadanya.” (HR Muslim).
Rasulullah bersabda, “Tahukah kalian siapa orang yang bangkrut?”
Para shahabat menjawab, “Orang yang bangkrut di antara kita ialah orang yang tidak punya uang dan tidak punya barang dagangan.”
Maka beliau bersabda, “Sesungguhnya orang yang bangkrut dari umatku ialah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa pahala ibadah shalat, puasa, dan zakat. Tetapi, ia juga datang setelah ketika di dunia mencaci orang ini, menuduh orang itu, dan memakan harta orang ini, serta menumpahkan darah orang ini, serta memukul orang itu. Maka orang ini akan diberi kebaikan dari dirinya, sedangkan orang itu juga akan mendapatkan kebaikannya. Apabila kebaikannya telah habis sebelum tanggungannya terlunasi semua, maka kejelekan mereka akan diambil dan diberikan kepadanya hingga akhirnya ia dimasukkan ke dalam neraka.” (HR Muslim).
Seperti inilah proses pengembalian hak terjadi antara seorang manusia dengan orang lain. Antara satu orang dengan dua orang atau lebih. Atau, antara satu orang dengan sekelompok manusia.
Bayangkanlah bagaimana kebaikan Anda diambil di depan mata, sedangkan Anda sama sekali tidak bisa mencegahnya. Padahal, saat itu Anda sangat membutuhkan satu kebaikan untuk menambah berat timbangan amal Anda.
Atau, bisa Anda bayangkan bagaimana mereka melemparkan kejelekan orang lain kepada Anda, sedangkan Anda tak pernah melakukannya. Sementara Anda sangat membutuhkan sesuatu yang bisa menghapus sebuah kejelekan dari buku catatan amal Anda. Dengan kata lain, Anda memerlukan orang lain yang mau memikul dosa-dosa Anda.
Bentuk ketidakadilan dan hak yang harus dikembalikan sangatlah banyak. Yang paling pertama serta utama untuk segera diselesaikan dan dibalaskan ialah mengenai masalah utang darah. Dengan kata lain, masalah pembunuhan.
Ibnu Mas’ud meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda:
“Pertama kali yang akan diadili di antara manusia ialah masalah darah.” (HR Bukhari).
Orang yang dibunuh akan mencari pembunuhnya dan berkata, “Wahai Rabbku, ambilkanlah hakku dari orang yang telah membunuhku.”
Oleh sebab itu, maka masalah yang pertama kali akan diselesaikan ialah masalah pembunuhan. Dan itu juga merupakan kejahatan yang paling berat hisabnya. Sebab, sang pembunuh telah merampas hak yang paling berharga dari seseorang, yaitu hak hidupnya yang telah Allah berikan kepada seluruh manusia.
Setelah mengadili permasalahan yang berhubungan dengan darah, yang akan diselesaikan berikutnya mengenai hak milik berupa harta.
Saat ini kebanyakan orang tidak memperhatikannya sesuai dengan aturan agama sehingga banyak di antara mereka yang tak lagi mempedulikan apakah ia mendapatkannya dengan benar atau tidak? Apakah ia mendapatkannya dengan jalan yang halal atau tidak? Yang penting baginya bekerja mencari harta. Jika ada harta satu dirham yang diambil secara tidak sah dan melanggar aturan agama dengan sengaja, kelak pasti ia harus mengembalikannya dengan menggunakan kebaikan yang ia miliki.
Kemudian, yang akan dihisab berikutnya masalah ucapan, yaitu berupa perbuatan ghibah dan fitnah yang dilakukan seseorang, atau cacian dan makian. Sehingga dapat kita bayangkan, berapa banyak orang yang tidak menyadari dirinya memiliki tanggung jawab untuk membayar orang lain dengan kebaikannya pada saat ia sendiri sangat membutuhkan kebaikan tersebut.
Sebab, berapa banyak orang yang dicaci maki dari belakang, sedangkan ia sendiri tidak mengetahuinya? Berapa banyak orang yang difitnah tanpa ia ketahui? Berapa banyak orang yang suka membicarakan kejelekan saudaranya? Berapa banyak orang yang tertimpa musibah, sedangkan ia tidak mengetahui ada orang lain yang melakukannya?
Tetapi, Allah mengetahuinya dan kelak akan membalaskan dan mengembalikan haknya pada hari kiamat. Maha Suci Allah yang tak ada sedikit pun perbuatan dan perkataan yang sia-sia di sisi-Nya. Maha Suci Allah Yang Maha Mengetahui kedipan mata khianat dan apa yang tersembunyi di dalam dada. Maha Suci Allah yang menghisab segala sesuatu, baik amal maupun perkataan. Allah berfirman:
“Pada hari ketika mereka dibangkitkan Allah semuanya, lau diberitakan-Nya kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan. Allah mengumpulkan (mencatat) amal perbuatan itu, padahal mereka telah melupakannya. Dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu.” (Al-Mujadilah: 6).
Manusia pasti akan terkejut tatkala mengetahui betapa detailnya timbangan dan penghisaban Allah pada hari kiamat kelak. Sampai-sampai, kelak Allah akan mendatangkan sesuatu yang dianggap remeh dan disepelekan manusia serta menganggapnya tak berharga dan tak berbobot. Allah berfirman:
“…Kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya; dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). Dan Rabbmu tidak menganiaya seorang pun jua.” (Al-Kahfi: 49).
Disebutkan dalam pesan Luqman bagi putranya. Ia menerangkan bagaimana keagungan dan detailnya ilmu Allah. Selain itu, bahwa di sisi Allah tidak ada kebaikan sekecil biji sawi pun yang disia-siakan.
Allah berfirman, “(Luqman berkata), ‘Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.” (Luqman: 16).
Demikianlah, di tempat yang sangat menentukan inilah mahkamah keadilan Ilahi akan mengambil hak dari catatan amal orang yang satu dipindahkan ke dalam catatan amal orang yang lain. Allah akan mengambil kejelekan orang yang satu, lalu dipindahkan ke dalam lembaran catatan amal orang yang lain.
Allah juga akan mendamaikan antara dua pihak yang bertikai sehingg proses penyucian bisa selesai secara sempurna. Dengan demikian, tak ada lagi hak seseorang yang ada di tangan orang lain. */Syaikh Mahir Ahmad Ash-Shufi, dalam bukunya Pengadilan Akhirat, Saat Amal Bersaksi di Hadapan Allah.(dm).
Sumber :
http://ift.tt/1qAzWNQ
Adapun alat pembayarannya dengan kebaikan dan dosa, pada saat setiap orang sangat membutuhkan catatan kebaikan.
Satu kebaikan akan sangat berharga bagi dirinya. Adapun manusia tak lagi memiliki sesuatu yang bisa digunakan untuk melunasinya, kecuali dengan kebaikannya.
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah Shalallaahu ‘Alahi Wasallam bersabda:
“Barangsiapa yang memiliki tanggungan hak milik saudaranya, baik itu berupa kehormatannya atau sesuatu yang lain, maka hendaknya ia meminta agar ia mau menghalalkannya hari ini, sebelum datangnya hari ketika dinar dan dirham tiada lagi. Jika ia memiliki amal saleh, maka akan diambil dari amal salehnya sesuai dengan utangnya. Namun jika ia tidak memiliki kebaikan lagi, maka akan diambil kejelekan orang yang dizalimi lalu dipikulkan kepadanya.” (HR Muslim).
Rasulullah bersabda, “Tahukah kalian siapa orang yang bangkrut?”
Para shahabat menjawab, “Orang yang bangkrut di antara kita ialah orang yang tidak punya uang dan tidak punya barang dagangan.”
Maka beliau bersabda, “Sesungguhnya orang yang bangkrut dari umatku ialah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa pahala ibadah shalat, puasa, dan zakat. Tetapi, ia juga datang setelah ketika di dunia mencaci orang ini, menuduh orang itu, dan memakan harta orang ini, serta menumpahkan darah orang ini, serta memukul orang itu. Maka orang ini akan diberi kebaikan dari dirinya, sedangkan orang itu juga akan mendapatkan kebaikannya. Apabila kebaikannya telah habis sebelum tanggungannya terlunasi semua, maka kejelekan mereka akan diambil dan diberikan kepadanya hingga akhirnya ia dimasukkan ke dalam neraka.” (HR Muslim).
Seperti inilah proses pengembalian hak terjadi antara seorang manusia dengan orang lain. Antara satu orang dengan dua orang atau lebih. Atau, antara satu orang dengan sekelompok manusia.
Bayangkanlah bagaimana kebaikan Anda diambil di depan mata, sedangkan Anda sama sekali tidak bisa mencegahnya. Padahal, saat itu Anda sangat membutuhkan satu kebaikan untuk menambah berat timbangan amal Anda.
Atau, bisa Anda bayangkan bagaimana mereka melemparkan kejelekan orang lain kepada Anda, sedangkan Anda tak pernah melakukannya. Sementara Anda sangat membutuhkan sesuatu yang bisa menghapus sebuah kejelekan dari buku catatan amal Anda. Dengan kata lain, Anda memerlukan orang lain yang mau memikul dosa-dosa Anda.
Bentuk ketidakadilan dan hak yang harus dikembalikan sangatlah banyak. Yang paling pertama serta utama untuk segera diselesaikan dan dibalaskan ialah mengenai masalah utang darah. Dengan kata lain, masalah pembunuhan.
Ibnu Mas’ud meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda:
“Pertama kali yang akan diadili di antara manusia ialah masalah darah.” (HR Bukhari).
Orang yang dibunuh akan mencari pembunuhnya dan berkata, “Wahai Rabbku, ambilkanlah hakku dari orang yang telah membunuhku.”
Oleh sebab itu, maka masalah yang pertama kali akan diselesaikan ialah masalah pembunuhan. Dan itu juga merupakan kejahatan yang paling berat hisabnya. Sebab, sang pembunuh telah merampas hak yang paling berharga dari seseorang, yaitu hak hidupnya yang telah Allah berikan kepada seluruh manusia.
Setelah mengadili permasalahan yang berhubungan dengan darah, yang akan diselesaikan berikutnya mengenai hak milik berupa harta.
Saat ini kebanyakan orang tidak memperhatikannya sesuai dengan aturan agama sehingga banyak di antara mereka yang tak lagi mempedulikan apakah ia mendapatkannya dengan benar atau tidak? Apakah ia mendapatkannya dengan jalan yang halal atau tidak? Yang penting baginya bekerja mencari harta. Jika ada harta satu dirham yang diambil secara tidak sah dan melanggar aturan agama dengan sengaja, kelak pasti ia harus mengembalikannya dengan menggunakan kebaikan yang ia miliki.
Kemudian, yang akan dihisab berikutnya masalah ucapan, yaitu berupa perbuatan ghibah dan fitnah yang dilakukan seseorang, atau cacian dan makian. Sehingga dapat kita bayangkan, berapa banyak orang yang tidak menyadari dirinya memiliki tanggung jawab untuk membayar orang lain dengan kebaikannya pada saat ia sendiri sangat membutuhkan kebaikan tersebut.
Sebab, berapa banyak orang yang dicaci maki dari belakang, sedangkan ia sendiri tidak mengetahuinya? Berapa banyak orang yang difitnah tanpa ia ketahui? Berapa banyak orang yang suka membicarakan kejelekan saudaranya? Berapa banyak orang yang tertimpa musibah, sedangkan ia tidak mengetahui ada orang lain yang melakukannya?
Tetapi, Allah mengetahuinya dan kelak akan membalaskan dan mengembalikan haknya pada hari kiamat. Maha Suci Allah yang tak ada sedikit pun perbuatan dan perkataan yang sia-sia di sisi-Nya. Maha Suci Allah Yang Maha Mengetahui kedipan mata khianat dan apa yang tersembunyi di dalam dada. Maha Suci Allah yang menghisab segala sesuatu, baik amal maupun perkataan. Allah berfirman:
“Pada hari ketika mereka dibangkitkan Allah semuanya, lau diberitakan-Nya kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan. Allah mengumpulkan (mencatat) amal perbuatan itu, padahal mereka telah melupakannya. Dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu.” (Al-Mujadilah: 6).
Manusia pasti akan terkejut tatkala mengetahui betapa detailnya timbangan dan penghisaban Allah pada hari kiamat kelak. Sampai-sampai, kelak Allah akan mendatangkan sesuatu yang dianggap remeh dan disepelekan manusia serta menganggapnya tak berharga dan tak berbobot. Allah berfirman:
“…Kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya; dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). Dan Rabbmu tidak menganiaya seorang pun jua.” (Al-Kahfi: 49).
Disebutkan dalam pesan Luqman bagi putranya. Ia menerangkan bagaimana keagungan dan detailnya ilmu Allah. Selain itu, bahwa di sisi Allah tidak ada kebaikan sekecil biji sawi pun yang disia-siakan.
Allah berfirman, “(Luqman berkata), ‘Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.” (Luqman: 16).
Demikianlah, di tempat yang sangat menentukan inilah mahkamah keadilan Ilahi akan mengambil hak dari catatan amal orang yang satu dipindahkan ke dalam catatan amal orang yang lain. Allah akan mengambil kejelekan orang yang satu, lalu dipindahkan ke dalam lembaran catatan amal orang yang lain.
Allah juga akan mendamaikan antara dua pihak yang bertikai sehingg proses penyucian bisa selesai secara sempurna. Dengan demikian, tak ada lagi hak seseorang yang ada di tangan orang lain. */Syaikh Mahir Ahmad Ash-Shufi, dalam bukunya Pengadilan Akhirat, Saat Amal Bersaksi di Hadapan Allah.(dm).
http://ift.tt/1qAzWNQ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar