APABILA Allah Subhanahu wa Ta’ala mulai mengadili manusia secara perorangan, maka kezaliman dan ketidakadilan akan dibalas serta semua hak yang dirampas akan dikembalikan kepada yang berhak memilikinya.
Sehingga, dalam diri orang yang dulu dizalimi, tak akan ada lagi rasa ketidakadilan, sebab yang dulu berbuat zalim telah dibalas.
Demikian pula dengan utang dari orang yang diutangi, akan ditagihkan kepada orang yang berutang. Sehingga, hak milik orang yang diutangi dikembalikan, sekalipun itu utangnya orang mukmin dari orang kafir.
Inilah bukti kesempurnaan keadilan Allah yang mutlak. Allah hakim yang paling bijaksana.
Imam Ahmad meriwayatkan hadits dari Abdullah bin Muhammad bin Uqail dari Jabir bin Abdillah bahwa beliau pernah membeli seekor binatang tunggangan yang ia naiki selama sebulan penuh untuk menemui Abdullah bin Unais guna mendengarkan satu hadits darinya. Maka, tatkala beliau tanyakan kepadanya, ia pun menjawabnya, “Aku telah mendengar Rasulullah bersabda, ‘Pada hari kiamat manusia –atau– seluruh hamba akan dikumpulkan dalam keadaan telanjang belum dikhitan dan buhman.’
Kami bertanya, ‘Apa buhman itu?’ Beliau bersabda, ‘Tidak ada sesuatu apa pun yang bersama mereka. Lalu, mereka akan dipanggil dari jauh dengan panggilan yang terdengar seperti dari dekat, `Aku adalah raja!’ `Aku adalah pemilik segala utang!’ Tidak ada seorang pun dari penghuni neraka yang boleh masuk ke dalam neraka sedangkan is masih membawa hak milik salah seorang penghuni surga sampai Aku mengembalikannya kepada yang berhak. Dan tak seorang pun dari penghuni surga yang boleh masuk surga sedangkan darinya masih membawa hak milik salah satu dari penghuni neraka sehingga Aku mengembalikanya kepada pemiliknya, sekalipun itu hanya satu tamparan.”
Kami bertanya, ‘Bagaimana itu bisa terjadi sedangkan kita datang menghadap Allah dalam keadaan tidak membawa apa-apa?’
‘Dengan kebaikan yang diganti kejelekan,’ jawab beliau.”
Dalam riwayat Imam Muslim disebutkan satu riwayat dari Abu Dzar dari Rasulullah Shalallaahu ‘Alahi Wasallam dalam satu hadits qudsi yang panjang:
“Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya itulah amal-amal kalian yang Aku kumpulkan untuk kalian, kemudian Aku kembalikan kepada kalian. Maka, barangsiapa yang mendapatkan kebaikan hendaknya ia memuji Allah, dan barangsiapa yang mendapatkan selain itu maka janganlah mencela selain kepada dirinya sendiri.”
Allah berfirman, “Maka pada hari itu seseorang tidak akan dirugikan sedikit pun dan kamu tidak dibalasi, kecuali dengan apa yang telah kamu kerjakan.” (Yasin: 54).
Allah juga berfirman, “Sesungguhnya Allah tidak berbuat zalim kepada manusia sedikit pun, tetapi manusia itulah yang berbuat zalim kepada diri mereka sendiri.” (Yunus: 44).
Allah berfirman dalam ayat yang lain, “…Dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). Dan Rabbmu tidak menganiaya seorang pun.” (Al-Kahfi: 49).
Allah berfirman, “...Dan barangsiapa di antara kamu yang berbuat zalim, niscaya Kami rasakan kepadanya azab yang besar.” (Al-Furqan: 19).
Allah berfirman, “Dan sesungguhnya orang-orang yang membela diri sesudah teraniaya, tidak ada satu dosa pun terhadap mereka. Sesungguhnya dosa itu atas orang-orang yang berbuat zalim kepada manusia dan melampaui batas di muka bumi tanpa hak…” (Asy-Syura: 41-42).
Allah berfirman, “Dan tunduklah semua muka (dengan berendah diri) kepada Rabb Yang Hidup Kekal lagi senantiasa mengurus (makhluk-Nya). Dan sesungguhnya telah merugilah orang yang melakukan kezaliman.” (Thaha: 111).
Oleh karena itu, celakalah orang yang menzalimi saudaranya, tetangganya, atau siapa pun dari makhluk Allah. Sebab, ayat-ayat dalam Al-Qur’an telah menerangkan tentang betapa buruknya kondisi orang-orang yang berbuat zalim pada hari kiamat kelak, yaitu, tatkala mereka akan dibalas dan diqishash dari Allah. Allah sendirilah yang telah mengingatkan mereka ketika masih di dunia agar tidak melakukan kezaliman sesama makhluk, dan Allah telah mengharamkan kezaliman atas diri-Nya, sebagaimana Allah berfirman pada hadits qudsi:
“Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya Aku telah mengharamkan kezaliman atas diri-Ku dan Aku juga telah menjadikannya haram bagi kalian, maka janganlah kalian saling berbuat zalim.” (HR Muslim).*/Syaikh Mahir Ahmad Ash-Shufi, dalam bukunya Pengadilan Akhirat, Saat Amal Bersaksi di Hadapan Allah.(dm).
Sumber :
http://ift.tt/1SjTrQA
Sehingga, dalam diri orang yang dulu dizalimi, tak akan ada lagi rasa ketidakadilan, sebab yang dulu berbuat zalim telah dibalas.
Demikian pula dengan utang dari orang yang diutangi, akan ditagihkan kepada orang yang berutang. Sehingga, hak milik orang yang diutangi dikembalikan, sekalipun itu utangnya orang mukmin dari orang kafir.
Inilah bukti kesempurnaan keadilan Allah yang mutlak. Allah hakim yang paling bijaksana.
Imam Ahmad meriwayatkan hadits dari Abdullah bin Muhammad bin Uqail dari Jabir bin Abdillah bahwa beliau pernah membeli seekor binatang tunggangan yang ia naiki selama sebulan penuh untuk menemui Abdullah bin Unais guna mendengarkan satu hadits darinya. Maka, tatkala beliau tanyakan kepadanya, ia pun menjawabnya, “Aku telah mendengar Rasulullah bersabda, ‘Pada hari kiamat manusia –atau– seluruh hamba akan dikumpulkan dalam keadaan telanjang belum dikhitan dan buhman.’
Kami bertanya, ‘Apa buhman itu?’ Beliau bersabda, ‘Tidak ada sesuatu apa pun yang bersama mereka. Lalu, mereka akan dipanggil dari jauh dengan panggilan yang terdengar seperti dari dekat, `Aku adalah raja!’ `Aku adalah pemilik segala utang!’ Tidak ada seorang pun dari penghuni neraka yang boleh masuk ke dalam neraka sedangkan is masih membawa hak milik salah seorang penghuni surga sampai Aku mengembalikannya kepada yang berhak. Dan tak seorang pun dari penghuni surga yang boleh masuk surga sedangkan darinya masih membawa hak milik salah satu dari penghuni neraka sehingga Aku mengembalikanya kepada pemiliknya, sekalipun itu hanya satu tamparan.”
Kami bertanya, ‘Bagaimana itu bisa terjadi sedangkan kita datang menghadap Allah dalam keadaan tidak membawa apa-apa?’
‘Dengan kebaikan yang diganti kejelekan,’ jawab beliau.”
Dalam riwayat Imam Muslim disebutkan satu riwayat dari Abu Dzar dari Rasulullah Shalallaahu ‘Alahi Wasallam dalam satu hadits qudsi yang panjang:
“Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya itulah amal-amal kalian yang Aku kumpulkan untuk kalian, kemudian Aku kembalikan kepada kalian. Maka, barangsiapa yang mendapatkan kebaikan hendaknya ia memuji Allah, dan barangsiapa yang mendapatkan selain itu maka janganlah mencela selain kepada dirinya sendiri.”
Allah berfirman, “Maka pada hari itu seseorang tidak akan dirugikan sedikit pun dan kamu tidak dibalasi, kecuali dengan apa yang telah kamu kerjakan.” (Yasin: 54).
Allah juga berfirman, “Sesungguhnya Allah tidak berbuat zalim kepada manusia sedikit pun, tetapi manusia itulah yang berbuat zalim kepada diri mereka sendiri.” (Yunus: 44).
Allah berfirman dalam ayat yang lain, “…Dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). Dan Rabbmu tidak menganiaya seorang pun.” (Al-Kahfi: 49).
Allah berfirman, “...Dan barangsiapa di antara kamu yang berbuat zalim, niscaya Kami rasakan kepadanya azab yang besar.” (Al-Furqan: 19).
Allah berfirman, “Dan sesungguhnya orang-orang yang membela diri sesudah teraniaya, tidak ada satu dosa pun terhadap mereka. Sesungguhnya dosa itu atas orang-orang yang berbuat zalim kepada manusia dan melampaui batas di muka bumi tanpa hak…” (Asy-Syura: 41-42).
Allah berfirman, “Dan tunduklah semua muka (dengan berendah diri) kepada Rabb Yang Hidup Kekal lagi senantiasa mengurus (makhluk-Nya). Dan sesungguhnya telah merugilah orang yang melakukan kezaliman.” (Thaha: 111).
Oleh karena itu, celakalah orang yang menzalimi saudaranya, tetangganya, atau siapa pun dari makhluk Allah. Sebab, ayat-ayat dalam Al-Qur’an telah menerangkan tentang betapa buruknya kondisi orang-orang yang berbuat zalim pada hari kiamat kelak, yaitu, tatkala mereka akan dibalas dan diqishash dari Allah. Allah sendirilah yang telah mengingatkan mereka ketika masih di dunia agar tidak melakukan kezaliman sesama makhluk, dan Allah telah mengharamkan kezaliman atas diri-Nya, sebagaimana Allah berfirman pada hadits qudsi:
“Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya Aku telah mengharamkan kezaliman atas diri-Ku dan Aku juga telah menjadikannya haram bagi kalian, maka janganlah kalian saling berbuat zalim.” (HR Muslim).*/Syaikh Mahir Ahmad Ash-Shufi, dalam bukunya Pengadilan Akhirat, Saat Amal Bersaksi di Hadapan Allah.(dm).
http://ift.tt/1SjTrQA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar