Rutin Membaca Alquran, Torquato Cardilli Peroleh Hidayah...
Kitab Suci Alquran memiliki sejumlah nama. Salah satu di antaranya adalah al-Huda yang berarti "petunjuk". Bagi Torquato Cardilli, nama tersebut menjadi bukti nyata atas hidayah Islam yang diperolehnya, dua dekade yang silam.
“Saya benar-benar meyakini kebenaran Islam setelah membaca Alquran secara rutin,” ungkap mantan duta besar Italia untuk Arab Saudi itu, seperti dikutip laman I Found Islam.
Cardilli lahir di Provinsi L'Aquila, Italia, pada 24 November 1942. Pria yang fasih berbahasa Arab itu merupakan lulusan Universitas Naples di bidang linguistik dan kebudayaan timur.
Dia mengawali kariernya di Kementerian Luar Negeri Italia pada 1967. Selanjutnya, ditugaskan sebagai diplomat Italia untuk Sudan, Suriah, Irak, Libya, Albania, dan Tanzania.
Seperti mayoritas penduduk di negeri asalnya, Cardilli lahir dan dibesarkan sebagai pemeluk Katolik. Agama itu terus ia anut hingga berpuluh-puluh tahun lamanya.
Namun, pada 15 November 2001 atau hanya berselang beberapa hari sebelum ulang tahunnya yang ke-59, Cardilli mengungkapkan keputusannya menjadi mualaf. Ketika itu, dia masih menjabat sebagai dubes Italia untuk Arab Saudi.
Cardilli secara resmi mengucapkan dua kalimat syahadat setelah melakukan penelitian tentang Islam selama bertahun-tahun. Yang lebih menarik lagi, keputusan itu ia buat bertepatan dengan malam 1 Ramadhan 1422 H. “Saya merasa sangat bahagia bisa menjadi bagian dari kaum Muslimin,” ucapnya.
Bisa dikatakan, keputusan Cardilli tersebut muncul pada waktu yang sensitif. Pasalnya, dua bulan sebelum itu, Perdana Menteri Italia Silvio Berlusconi menyebut peradaban Kristen Barat lebih unggul dari Islam.
Pernyataan semacam itu jelas-jelas menyakiti hati kaum Muslimin. Namun demikian, kabar beralihnya keyakinan Cardilli dari Katolik ke Islam ketika itu justru menjadi 'tamparan' bagi Berlusconi dan dunia Barat.
Dalam sebuah wawancara dengan Saudi Gazette, Cardilli mengatakan tujuan awalnya mempelajari bahasa Arab--ketika masih berstatus sebagai mahasiswa di Universitas Naples--adalah supaya bisa bekerja di bisnis perminyakan Arab.
Namun, takdir malah mengantarkannya menjadi diplomat. Dan, tanpa disangka-sangka ilmu yang dipelajarinya di kampus dulu justru sangat membantunya dalam memahami Alquran dan ajaran Islam.
Cardilli mengaku, merasakan kesucian dan keagungan Alquran yang kerap dibacanya ketika masih memeluk agama Katolik. “Setelah membaca Alquran berkali-kali, saya menyadari bahwa Islam adalah agama yang benar dan lurus. Alquran sangat menakjubkan dan tak ada yang mampu meragukannya,” ungkap bapak dua anak itu lagi.
Sebelum menjadi Muslim, Cardilli diketahui kerap mengikuti kelas-kelas kajian Islam yang diselenggarakan oleh The Batha Center, sebuah lembaga yang berfokus pada program pembinaan calon mualaf. “Dia (Cardilli) sering mengikuti kelas kajian Alquran dan studi mengenai kebudayaan Islam,” ujar Direktur The Batha Center, Nouh bin Nasser, kepada kantor berita Prancis, AFP.
Nasser menjelaskan, Cardilli masuk Islam dengan penuh kesadaran dan keikhlasan. “Tak ada paksaan sama sekali. Ia masuk Islam atas keinginannya sendiri. Apalagi, agama Islam memang tidak pernah memaksakan seseorang untuk menjadi Muslim,” imbuh Nouh.
Cardilli bukan satu-satunya diplomat Italia yang masuk Islam. Pada pengujung 1988 Mario Scialoja sempat mengejutkan publik Italia atas keputusannya menjadi mualaf. Ketika itu, Scialoja tengah ditugaskan sebagai perwakilan permanen Italia untuk PBB di New York. Ia kemudian dikirim ke Arab Saudi sebagai Dubes Italia pada 1994-1995.
Dengan begitu, Cardilli tercatat sebagai mualaf Italia kedua yang pernah memegang jabatan dubes di Arab Saudi. “Sebaliknya, menurut keterangan Kedutaan Besar Arab Saudi di Roma, tidak ada satu pun dubes Saudi di Italia yang pernah berpindah keyakinan dari Islam ke Katolik,” tulis CNN.
Menurut badan statistik Istat, jumlah populasi Muslim di Italia saat ini diperkirakan mencapai 1,7 juta jiwa. Sebanyak 20 ribu di antara mereka adalah mualaf, seperti halnya Cardilli.
Dalam sembilan tahun terakhir, Islam mengalami pertumbuhan pesat di Italia. Pada 2006 lalu jumlah Muslim hanya 1,9 persen dari total penduduk Italia. Hari ini, angka tersebut naik menjadi 2,6 persen.
Sumber :
https://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/mualaf/18/11/24/pinkdt313-rutin-membaca-alquran-torquato-cardilli-peroleh-hidayah
Kitab Suci Alquran memiliki sejumlah nama. Salah satu di antaranya adalah al-Huda yang berarti "petunjuk". Bagi Torquato Cardilli, nama tersebut menjadi bukti nyata atas hidayah Islam yang diperolehnya, dua dekade yang silam.
“Saya benar-benar meyakini kebenaran Islam setelah membaca Alquran secara rutin,” ungkap mantan duta besar Italia untuk Arab Saudi itu, seperti dikutip laman I Found Islam.
Cardilli lahir di Provinsi L'Aquila, Italia, pada 24 November 1942. Pria yang fasih berbahasa Arab itu merupakan lulusan Universitas Naples di bidang linguistik dan kebudayaan timur.
Dia mengawali kariernya di Kementerian Luar Negeri Italia pada 1967. Selanjutnya, ditugaskan sebagai diplomat Italia untuk Sudan, Suriah, Irak, Libya, Albania, dan Tanzania.
Seperti mayoritas penduduk di negeri asalnya, Cardilli lahir dan dibesarkan sebagai pemeluk Katolik. Agama itu terus ia anut hingga berpuluh-puluh tahun lamanya.
Namun, pada 15 November 2001 atau hanya berselang beberapa hari sebelum ulang tahunnya yang ke-59, Cardilli mengungkapkan keputusannya menjadi mualaf. Ketika itu, dia masih menjabat sebagai dubes Italia untuk Arab Saudi.
Cardilli secara resmi mengucapkan dua kalimat syahadat setelah melakukan penelitian tentang Islam selama bertahun-tahun. Yang lebih menarik lagi, keputusan itu ia buat bertepatan dengan malam 1 Ramadhan 1422 H. “Saya merasa sangat bahagia bisa menjadi bagian dari kaum Muslimin,” ucapnya.
Bisa dikatakan, keputusan Cardilli tersebut muncul pada waktu yang sensitif. Pasalnya, dua bulan sebelum itu, Perdana Menteri Italia Silvio Berlusconi menyebut peradaban Kristen Barat lebih unggul dari Islam.
Pernyataan semacam itu jelas-jelas menyakiti hati kaum Muslimin. Namun demikian, kabar beralihnya keyakinan Cardilli dari Katolik ke Islam ketika itu justru menjadi 'tamparan' bagi Berlusconi dan dunia Barat.
Dalam sebuah wawancara dengan Saudi Gazette, Cardilli mengatakan tujuan awalnya mempelajari bahasa Arab--ketika masih berstatus sebagai mahasiswa di Universitas Naples--adalah supaya bisa bekerja di bisnis perminyakan Arab.
Namun, takdir malah mengantarkannya menjadi diplomat. Dan, tanpa disangka-sangka ilmu yang dipelajarinya di kampus dulu justru sangat membantunya dalam memahami Alquran dan ajaran Islam.
Cardilli mengaku, merasakan kesucian dan keagungan Alquran yang kerap dibacanya ketika masih memeluk agama Katolik. “Setelah membaca Alquran berkali-kali, saya menyadari bahwa Islam adalah agama yang benar dan lurus. Alquran sangat menakjubkan dan tak ada yang mampu meragukannya,” ungkap bapak dua anak itu lagi.
Sebelum menjadi Muslim, Cardilli diketahui kerap mengikuti kelas-kelas kajian Islam yang diselenggarakan oleh The Batha Center, sebuah lembaga yang berfokus pada program pembinaan calon mualaf. “Dia (Cardilli) sering mengikuti kelas kajian Alquran dan studi mengenai kebudayaan Islam,” ujar Direktur The Batha Center, Nouh bin Nasser, kepada kantor berita Prancis, AFP.
Nasser menjelaskan, Cardilli masuk Islam dengan penuh kesadaran dan keikhlasan. “Tak ada paksaan sama sekali. Ia masuk Islam atas keinginannya sendiri. Apalagi, agama Islam memang tidak pernah memaksakan seseorang untuk menjadi Muslim,” imbuh Nouh.
Cardilli bukan satu-satunya diplomat Italia yang masuk Islam. Pada pengujung 1988 Mario Scialoja sempat mengejutkan publik Italia atas keputusannya menjadi mualaf. Ketika itu, Scialoja tengah ditugaskan sebagai perwakilan permanen Italia untuk PBB di New York. Ia kemudian dikirim ke Arab Saudi sebagai Dubes Italia pada 1994-1995.
Dengan begitu, Cardilli tercatat sebagai mualaf Italia kedua yang pernah memegang jabatan dubes di Arab Saudi. “Sebaliknya, menurut keterangan Kedutaan Besar Arab Saudi di Roma, tidak ada satu pun dubes Saudi di Italia yang pernah berpindah keyakinan dari Islam ke Katolik,” tulis CNN.
Menurut badan statistik Istat, jumlah populasi Muslim di Italia saat ini diperkirakan mencapai 1,7 juta jiwa. Sebanyak 20 ribu di antara mereka adalah mualaf, seperti halnya Cardilli.
Dalam sembilan tahun terakhir, Islam mengalami pertumbuhan pesat di Italia. Pada 2006 lalu jumlah Muslim hanya 1,9 persen dari total penduduk Italia. Hari ini, angka tersebut naik menjadi 2,6 persen.
Sumber :
https://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/mualaf/18/11/24/pinkdt313-rutin-membaca-alquran-torquato-cardilli-peroleh-hidayah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar