Cantik, modis, dan eksotis. Penggambaran yang tepat bagi Ayesha Olumide, model ternama asal Nigeria. Untuk sampai di titik ini, ia telah berjuang dengan menekuni kariernya sejak remaja.
Di tengah gelimang uang dan ketenaran sebagai top model, cahaya hidayah menyelusup dalam sanubarinya.
“Pada awalnya, saya sangat takut menjadi ekstrem setelah memeluk Islam. Tapi, ketika mempelajari Alquran pikiran saya mengalir begitu saja,” ujar Ayesha mengisahkan awal mula hidayah menyentuh hatinya.
Saat itu, bukanlah kali pertama Ayesha mengenal Islam. Berasal dari Afrika Barat, keluarga Ayesha terbiasa berbaur dengan Muslimin dalam kehidupan sehari-hari. Begitu pun Ayesha.
Meski beragama Kristen, ia sering bergaul dan berkomunikasi dengan warga Muslim. Ini bukan hal aneh mengingat Nigeria memiliki banyak penduduk Muslim. Hanya saja, saat itu belum terbersit di benak Ayesha untuk menjadi Muslimah.
Keadaan mulai berubah ketika Ayesha menjadi mahasiswa di sebuah universitas pada 2009. Kala itu, ia mempelajari ilmu filsafat. Nah, ilmu inilah yang mengantarkan Ayesha untuk mempelajari Islam. “Saya pun mulai belajar banyak hal tentang Islam,” ujar wanita yang sekarang tinggal di Edinburgh, Inggris, ini.
Ia pun mulai terpesona dengan agama yang dirahmati Allah ini. Tapi, tiba-tiba hatinya gundah gulana. Ia takut menjadi penganut agama yang ekstrem, terlebih jika nantinya benar-benar memilih agama Islam sebagai keyakinan barunya. “Pada mulanya, saya benar-benar takut menjadi ekstrem jika saya memeluk Islam,” ujarnya seperti dikutip BBC.
Tentu saja, memeluk Islam bukanlah keputusan yang mudah bagi Ayesha. Selain takut menjadi ekstrem, ia pun berpikir, menjadi Muslimah tentu akan menghancurkan kariernya. Padahal, profesi ini telah ia rintis dan bangun selama bertahun-tahun.
Sebagai model, sudah tentu Ayesha suka mengenakan pakaian indah, berlenggak-lenggok di atas catwalk, dan berpose di depan kamera. "emua itu akan sirna jika memeluk Islam,” pikir Ayesha kala itu.
Pikiran-pikiran yang berkelebat dalam benaknya membuat model berkulit legam itu ragu. Syukurlah, keragu-raguan itu perlahan sirna. Itu terjadi setelah ia membuka, membaca, dan menghayati makna Alquran.
Ternyata, hanya satu kali membaca Alquran, Ayesha langsung jatuh hati. Lenyap sudah ketakutannya bahwa Islam akan menjadikannya seorang yang ekstrem. Hilang pula kegundahan hatinya bahwa Islam akan merenggut kariernya di jagat model.
Saat membaca Alquran, Ayesha merasakan bahwa kitab umat Islam ini memiliki kandungan ilmu luar biasa. Ia pun merasa mendapat pencerahan dari Kalamullah ini.
“Memang awalnya saya khawatir menjadi ekstrem, tapi saat saya membaca dan mempelajari Alquran, pikiran saya mengalir begitu saja. Teori-teori tentang alam dan sains begitu menarik dibahas dan saya pun merasa tercerahkan. Anda tak selalu dapat menjelaskan segala sesuatu secara ilmiah, tapi Islam membantu saya berkat Alquran,” ucap Ayesha dengan wajah berbinar.
Semakin lama mempelajari Islam, semakin terang jalan pikiran sang model. Saat melihat para Muslimah yang mengenakan jilbab, Ayesha pun merasa simpati karena mereka tak mengumbar kecantikan yang dimiliki. Ia juga menyadari betapa Islam menghargai orang lain tanpa melihat orang itu secara fisik.
Hal itu sangat berbeda dengan dunianya sebagai model. Penghargaan hanya diberikan kepada wanita berparas cantik. “Di masjid, wanita menutup kepala mereka dan berpakaian sopan, sehingga tak ada orang yang menilai Anda dari penampilan luar. Saya pun menyadari betapa banyak dari kita yang menghargai orang lain jika masyarakat menilai bahwa mereka cantik,” kata Ayesha.
Pesona demi pesona yang dilihatnya dalam Islam membulatkan tekadnya untuk segera menjadi Muslimah. Keyakinannya telah terisi penuh, jalannya pun terasa mantap. Maka, bersyahadatlah sang model berdarah Nigeria ini sekitar tiga tahun lalu. Nama Islam pun ia sematkan, yakni Ayesha untuk menggantikan nama sebelumnya, Eunice.
Di awal menjadi Muslimah, Ayesha dilanda kesulitan yang sangat. Saat itu, ia masih menjalani profesi sebagai model. Ia lalu minta nasihat dari seorang Muslimah. “Dia berkata bahwa Islam bukanlah agama yang ekstrem. Jadi, jika saya merasa Islam terlalu ekstrem maka itu tidak benar.”
Kemudian, Ayesha memutuskan untuk bertahap dalam berislam. Ia berjilbab, tapi belum sepanjang waktu. Jika sedang bekerja sebagai model, ia pun bertekad tak akan memperagakan busana-busana yang seronok.
Meski telah berjilbab, bukan berarti Ayesha menghentikan profesi dan mimpinya menjadi super model. Ia tetap berkecimpung di dunia fashion meski membatasi diri dengan tidak memperagakan busana-busana seronok. Terbaru, ia menjadi model fotografer Michael Schofield. Tanpa melepas jilbab, Ayesha menjadi model foto bertema feature wanita.
Pemotretan itu dilakukan menyusul kemunculan Ayesha dalam sebuah tayangan dokumenter di BBC, Januari lalu. Dalam program bertajuk “Make Me a Muslim” tersebut, Ayesha mengisahkan perjalanannya menuju hidayah. Seperti halnya reality show pada umumnya, para kru televisi mengikuti aktivitas Ayesha sehari-hari.
Tanpa rekayasa ataupun skrip naskah, mereka merekam aktivitas sang model setelah menjadi Muslimah. Selain Ayesha, terdapat tiga mualaf wanita lainnya yang tampil dalam film dokumenter tersebut. Salah satunya adalah polisi wanita bernama Jayne Kemp.
Hingga kini, Ayesha selalu menjaga agamanya. Ia tak pernah luput shalat wajib. Ia pun teratur hadir ke masjid untuk beribadah sekaligus bersilaturahim dengan sesama Muslim. Hanya satu harapannya kini, yakni membangun sebuah rumah tangga yang sakinah mawaddah wa rahmah dengan seorang pria Muslim. “Tak ada lagi keinginan untuk menikah dengan pria non-Muslim.”
Sumber :
https://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/mualaf/18/11/21/pijvyx313-sekali-membaca-alquran-ayesha-langsung-jatuh-hati
Di tengah gelimang uang dan ketenaran sebagai top model, cahaya hidayah menyelusup dalam sanubarinya.
“Pada awalnya, saya sangat takut menjadi ekstrem setelah memeluk Islam. Tapi, ketika mempelajari Alquran pikiran saya mengalir begitu saja,” ujar Ayesha mengisahkan awal mula hidayah menyentuh hatinya.
Saat itu, bukanlah kali pertama Ayesha mengenal Islam. Berasal dari Afrika Barat, keluarga Ayesha terbiasa berbaur dengan Muslimin dalam kehidupan sehari-hari. Begitu pun Ayesha.
Meski beragama Kristen, ia sering bergaul dan berkomunikasi dengan warga Muslim. Ini bukan hal aneh mengingat Nigeria memiliki banyak penduduk Muslim. Hanya saja, saat itu belum terbersit di benak Ayesha untuk menjadi Muslimah.
Keadaan mulai berubah ketika Ayesha menjadi mahasiswa di sebuah universitas pada 2009. Kala itu, ia mempelajari ilmu filsafat. Nah, ilmu inilah yang mengantarkan Ayesha untuk mempelajari Islam. “Saya pun mulai belajar banyak hal tentang Islam,” ujar wanita yang sekarang tinggal di Edinburgh, Inggris, ini.
Ia pun mulai terpesona dengan agama yang dirahmati Allah ini. Tapi, tiba-tiba hatinya gundah gulana. Ia takut menjadi penganut agama yang ekstrem, terlebih jika nantinya benar-benar memilih agama Islam sebagai keyakinan barunya. “Pada mulanya, saya benar-benar takut menjadi ekstrem jika saya memeluk Islam,” ujarnya seperti dikutip BBC.
Tentu saja, memeluk Islam bukanlah keputusan yang mudah bagi Ayesha. Selain takut menjadi ekstrem, ia pun berpikir, menjadi Muslimah tentu akan menghancurkan kariernya. Padahal, profesi ini telah ia rintis dan bangun selama bertahun-tahun.
Sebagai model, sudah tentu Ayesha suka mengenakan pakaian indah, berlenggak-lenggok di atas catwalk, dan berpose di depan kamera. "emua itu akan sirna jika memeluk Islam,” pikir Ayesha kala itu.
Pikiran-pikiran yang berkelebat dalam benaknya membuat model berkulit legam itu ragu. Syukurlah, keragu-raguan itu perlahan sirna. Itu terjadi setelah ia membuka, membaca, dan menghayati makna Alquran.
Ternyata, hanya satu kali membaca Alquran, Ayesha langsung jatuh hati. Lenyap sudah ketakutannya bahwa Islam akan menjadikannya seorang yang ekstrem. Hilang pula kegundahan hatinya bahwa Islam akan merenggut kariernya di jagat model.
Saat membaca Alquran, Ayesha merasakan bahwa kitab umat Islam ini memiliki kandungan ilmu luar biasa. Ia pun merasa mendapat pencerahan dari Kalamullah ini.
“Memang awalnya saya khawatir menjadi ekstrem, tapi saat saya membaca dan mempelajari Alquran, pikiran saya mengalir begitu saja. Teori-teori tentang alam dan sains begitu menarik dibahas dan saya pun merasa tercerahkan. Anda tak selalu dapat menjelaskan segala sesuatu secara ilmiah, tapi Islam membantu saya berkat Alquran,” ucap Ayesha dengan wajah berbinar.
Semakin lama mempelajari Islam, semakin terang jalan pikiran sang model. Saat melihat para Muslimah yang mengenakan jilbab, Ayesha pun merasa simpati karena mereka tak mengumbar kecantikan yang dimiliki. Ia juga menyadari betapa Islam menghargai orang lain tanpa melihat orang itu secara fisik.
Hal itu sangat berbeda dengan dunianya sebagai model. Penghargaan hanya diberikan kepada wanita berparas cantik. “Di masjid, wanita menutup kepala mereka dan berpakaian sopan, sehingga tak ada orang yang menilai Anda dari penampilan luar. Saya pun menyadari betapa banyak dari kita yang menghargai orang lain jika masyarakat menilai bahwa mereka cantik,” kata Ayesha.
Pesona demi pesona yang dilihatnya dalam Islam membulatkan tekadnya untuk segera menjadi Muslimah. Keyakinannya telah terisi penuh, jalannya pun terasa mantap. Maka, bersyahadatlah sang model berdarah Nigeria ini sekitar tiga tahun lalu. Nama Islam pun ia sematkan, yakni Ayesha untuk menggantikan nama sebelumnya, Eunice.
Di awal menjadi Muslimah, Ayesha dilanda kesulitan yang sangat. Saat itu, ia masih menjalani profesi sebagai model. Ia lalu minta nasihat dari seorang Muslimah. “Dia berkata bahwa Islam bukanlah agama yang ekstrem. Jadi, jika saya merasa Islam terlalu ekstrem maka itu tidak benar.”
Kemudian, Ayesha memutuskan untuk bertahap dalam berislam. Ia berjilbab, tapi belum sepanjang waktu. Jika sedang bekerja sebagai model, ia pun bertekad tak akan memperagakan busana-busana yang seronok.
Meski telah berjilbab, bukan berarti Ayesha menghentikan profesi dan mimpinya menjadi super model. Ia tetap berkecimpung di dunia fashion meski membatasi diri dengan tidak memperagakan busana-busana seronok. Terbaru, ia menjadi model fotografer Michael Schofield. Tanpa melepas jilbab, Ayesha menjadi model foto bertema feature wanita.
Pemotretan itu dilakukan menyusul kemunculan Ayesha dalam sebuah tayangan dokumenter di BBC, Januari lalu. Dalam program bertajuk “Make Me a Muslim” tersebut, Ayesha mengisahkan perjalanannya menuju hidayah. Seperti halnya reality show pada umumnya, para kru televisi mengikuti aktivitas Ayesha sehari-hari.
Tanpa rekayasa ataupun skrip naskah, mereka merekam aktivitas sang model setelah menjadi Muslimah. Selain Ayesha, terdapat tiga mualaf wanita lainnya yang tampil dalam film dokumenter tersebut. Salah satunya adalah polisi wanita bernama Jayne Kemp.
Hingga kini, Ayesha selalu menjaga agamanya. Ia tak pernah luput shalat wajib. Ia pun teratur hadir ke masjid untuk beribadah sekaligus bersilaturahim dengan sesama Muslim. Hanya satu harapannya kini, yakni membangun sebuah rumah tangga yang sakinah mawaddah wa rahmah dengan seorang pria Muslim. “Tak ada lagi keinginan untuk menikah dengan pria non-Muslim.”
Sumber :
https://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/mualaf/18/11/21/pijvyx313-sekali-membaca-alquran-ayesha-langsung-jatuh-hati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar