(Israeli military shows hardware to children during an army open day in the occupied territories. Foto by Gideon Lichfield)
Banyak yang mengira bahwa Israeli Defense Force (IDF) atau Tentara Israel hanyalah para pemuda-pemudi Yahudi di Israel yang telah dilatih strategi dan cara bertempur secara professional.
Sebab itu ketika pejuang-pejuang kemerdekaan Palestina meledakkan bom di wilayah pendudukan Zionis-Israel dan melukai para perempuan dan anak-anak, ada suara-suara miring yang menyatakan bahwa upaya tersebut sebagai terror terhadap warga sipil Yahudi yang tidak bersalah.
Orang-orang yang menyatakan hal tersebut beralasan bahwa salah satu hukum perang dalam Islam adalah melarang anak-anak dan kaum perempuan sebagai target perang dan tidak boleh dibunuh. Benarkah demikian?
Hukum Perang dalam Islam memang demikian. Namun yang dimaksud adalah anak-anak dan para perempuan musuh yang tidak sebagai kombatan, bukan merupakan kekuatan tempur musuh itu sendiri. Namun kenyataan yang terjadi di Palestina berbeda sama sekali. Semua orang Yahudi yang tinggal di Tanah Palestina merupakan kombatan dan terlatih dalam mempergunakan senjata.
Tidak ada Yahudi sipil di Palestina. Semua orang Israel adalah militer. Sebab itu pernyataan yang melarang pejuang-pejuang Palestina membunuh perempuan dan anak-anak Zionis-Yahudi yang berada di wilayah Palestina tersebut adalah salah besar. Semua orang Yahudi yang berada di dalam wilayah Tanah Palestina merupakan musuh dan kombatan sampai dibebaskannya Al-Quds dan terusirnya orang-orang Yahudi dari Bumi Palestina.
Liburan di Kamp Militer
Bukan rahasia lagi jika para pelajar Yahudi yang tinggal di wilayah pendudukan senantiasa mengikuti program ‘Liburan di Kamp Militer’, sebuah program pemerintah Zionis yang mengisi masa liburan pelajar-pelajar Israel dengan program dan pelatihan menjadi bagian dari angkatan bersenjata Israel.
Israel sendiri menganut sistem militer semesta yang mewajibkan para pemudanya menjadi tentara sukarela IDF yang setiap saat siap diterjunkan ke dalam medan pertempuran. Sedang yang berada di garis belakang menjadi pasukan pendukung seperti yang bergerak di bidang logistik, apakah itu berupa obat-obatan, makanan, sampai bidang dana.
Dan yang terakhir ini, yang mendukung Israel dalam segi dana peperangan, tidak saja berasal dari dalam wilayah pendudukan saja, tapi juga berasal dari seluruh perusahaan pendukung Israel di seluruh dunia, termasuk perusahaan-perusahaan asing yang membuka perwakilannya di Indonesia, seperti perusahaan waralaba makanan Amerika dan sebagainya.
Sistem militer semesta di Israel adalah serupa dengan yang diterapkan oleh Singapura, karena negeri mini tetangga Indonesia tersebut memang 100% mengadopsi sistem angkatan bersenjata Israel. The Brown Book dan The Blue Book, dua kitab pedoman angkatan bersenjata Singapura dibuat dan disusun oleh para perwira IDF. Sebab itu, negeri mini ini disebut juga sebagai “Basis Israel di Asia Tenggara’.
Terhadap anak-anak Israel yang masih kecil, di bawah 10 tahun, sejak bayi mereka telah diindoktrinasi ayat-ayat Talmud sehingga menjadi anak-anak yang sangat anti Islam. Banyak artikel dan buku yang melukiskan betapa anak-anak Israel turut aktif membantu orangtua dan kakak-kakak mereka membunuhi orang-orang Palestina. Bahkan pernah di dalam satu sekolah taman kanak-kanak di wilayah pendudukan Israel, dilakukan percobaan untuk mengetahui sampai sejauh mana kebencian anak-anak Israel itu terhadap anak-anak Palestina.
Bocah-bocah Israel tersebut diperintahkan gurunya untuk menggambar anak-anak Palestina sesuai dengan perasaan mereka. Hasilnya sungguh membuat kita miris. Banyak dari anak-anak kecil Israel itu menggambar anak-anak Palestina dengan bagian tubuh tidak lengkap. Bahkan seorang anak kecil berusia Sembilan tahun menggambar seorang anak Palestina dengan kepala terpisah dari badan dan menulis kalimat, “Kami membenci kalian semua. Demi Tuhan, Kami akan membunuh dan memisahkan kepala kalian sehingga kalian masuk ke neraka!”
Inilah sedikit bukti-bukti bahwa tidak ada sipil Yahudi di Palestina. Sebab itu, siapa pun umat Islam yang berada di wilayah Palestina maka dia wajib untuk mengusir kaum penjajah ini dengan jalan perang. Sebagaimana para pejuang kemerdekaan Indonesia dulu mengusir penjajah. (eramuslim)
Sumber : Portal Piyungan
Banyak yang mengira bahwa Israeli Defense Force (IDF) atau Tentara Israel hanyalah para pemuda-pemudi Yahudi di Israel yang telah dilatih strategi dan cara bertempur secara professional.
Sebab itu ketika pejuang-pejuang kemerdekaan Palestina meledakkan bom di wilayah pendudukan Zionis-Israel dan melukai para perempuan dan anak-anak, ada suara-suara miring yang menyatakan bahwa upaya tersebut sebagai terror terhadap warga sipil Yahudi yang tidak bersalah.
Orang-orang yang menyatakan hal tersebut beralasan bahwa salah satu hukum perang dalam Islam adalah melarang anak-anak dan kaum perempuan sebagai target perang dan tidak boleh dibunuh. Benarkah demikian?
Hukum Perang dalam Islam memang demikian. Namun yang dimaksud adalah anak-anak dan para perempuan musuh yang tidak sebagai kombatan, bukan merupakan kekuatan tempur musuh itu sendiri. Namun kenyataan yang terjadi di Palestina berbeda sama sekali. Semua orang Yahudi yang tinggal di Tanah Palestina merupakan kombatan dan terlatih dalam mempergunakan senjata.
Tidak ada Yahudi sipil di Palestina. Semua orang Israel adalah militer. Sebab itu pernyataan yang melarang pejuang-pejuang Palestina membunuh perempuan dan anak-anak Zionis-Yahudi yang berada di wilayah Palestina tersebut adalah salah besar. Semua orang Yahudi yang berada di dalam wilayah Tanah Palestina merupakan musuh dan kombatan sampai dibebaskannya Al-Quds dan terusirnya orang-orang Yahudi dari Bumi Palestina.
Liburan di Kamp Militer
(Anak-anak Israel memakai rompi perang dan melempar granat dalam atraksi peringatan Hari 'Kemerdekaan' Israel. Foto by Gali Tibbongali AFP)
Bukan rahasia lagi jika para pelajar Yahudi yang tinggal di wilayah pendudukan senantiasa mengikuti program ‘Liburan di Kamp Militer’, sebuah program pemerintah Zionis yang mengisi masa liburan pelajar-pelajar Israel dengan program dan pelatihan menjadi bagian dari angkatan bersenjata Israel.
Israel sendiri menganut sistem militer semesta yang mewajibkan para pemudanya menjadi tentara sukarela IDF yang setiap saat siap diterjunkan ke dalam medan pertempuran. Sedang yang berada di garis belakang menjadi pasukan pendukung seperti yang bergerak di bidang logistik, apakah itu berupa obat-obatan, makanan, sampai bidang dana.
Dan yang terakhir ini, yang mendukung Israel dalam segi dana peperangan, tidak saja berasal dari dalam wilayah pendudukan saja, tapi juga berasal dari seluruh perusahaan pendukung Israel di seluruh dunia, termasuk perusahaan-perusahaan asing yang membuka perwakilannya di Indonesia, seperti perusahaan waralaba makanan Amerika dan sebagainya.
Sistem militer semesta di Israel adalah serupa dengan yang diterapkan oleh Singapura, karena negeri mini tetangga Indonesia tersebut memang 100% mengadopsi sistem angkatan bersenjata Israel. The Brown Book dan The Blue Book, dua kitab pedoman angkatan bersenjata Singapura dibuat dan disusun oleh para perwira IDF. Sebab itu, negeri mini ini disebut juga sebagai “Basis Israel di Asia Tenggara’.
Terhadap anak-anak Israel yang masih kecil, di bawah 10 tahun, sejak bayi mereka telah diindoktrinasi ayat-ayat Talmud sehingga menjadi anak-anak yang sangat anti Islam. Banyak artikel dan buku yang melukiskan betapa anak-anak Israel turut aktif membantu orangtua dan kakak-kakak mereka membunuhi orang-orang Palestina. Bahkan pernah di dalam satu sekolah taman kanak-kanak di wilayah pendudukan Israel, dilakukan percobaan untuk mengetahui sampai sejauh mana kebencian anak-anak Israel itu terhadap anak-anak Palestina.
Bocah-bocah Israel tersebut diperintahkan gurunya untuk menggambar anak-anak Palestina sesuai dengan perasaan mereka. Hasilnya sungguh membuat kita miris. Banyak dari anak-anak kecil Israel itu menggambar anak-anak Palestina dengan bagian tubuh tidak lengkap. Bahkan seorang anak kecil berusia Sembilan tahun menggambar seorang anak Palestina dengan kepala terpisah dari badan dan menulis kalimat, “Kami membenci kalian semua. Demi Tuhan, Kami akan membunuh dan memisahkan kepala kalian sehingga kalian masuk ke neraka!”
(Anak-anak Israel menulis di rudal-rudal tentara Israel: "Dear Palestinians kids, die with love. Yours, Israeli kids")
Inilah sedikit bukti-bukti bahwa tidak ada sipil Yahudi di Palestina. Sebab itu, siapa pun umat Islam yang berada di wilayah Palestina maka dia wajib untuk mengusir kaum penjajah ini dengan jalan perang. Sebagaimana para pejuang kemerdekaan Indonesia dulu mengusir penjajah. (eramuslim)
Sumber : Portal Piyungan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar