Petisi agar Ahok menjadi Bali 1 dibuat oleh Wika Ganesha pada Rabu (19/4), masih di hari pelaksanaan Pilkada DKI.
Wika menilai Pilkada DKI mencerminkan ketidakadilan demokrasi, serta tidak sejalan dengan rasionalitas. Dia berharap kekalahan Ahok dalam Pilkada DKI tidak membuat lelaki asal Bangka Belitung itu jadi ciut. Sebaliknya dia memandang Ahok sebagai aset bangsa yang harus diselamatkan dan dimanfaatkan.
"Petisi ini ditujukan untuk menggalang dukungan Ahok menjadi Gubernur Bali, bukan hanya untuk warga Bali, melainkan juga untuk warga Indonesia, bahwa Ahok merupakan individu yang tepat untuk Bali 1 atau Guberur Bali," tulis Wika.
"Apa yang ditunjukkan pada PILKADA DKI hari ini merupakan contoh yang sahih 'ketidakadilan' demokrasi, bahwa ia tidak harus sejalan dengan nilai-nilai universal dan rasionalitas," urai Wika.
Namun, petisi ini ternyata mendapat penolakan dari warga Bali yang mayoritas Hindu.
"Jangan jadi gubernur Bali. Meskipun saya suka kerjanya ahok, sebagai orang bali saya lebih suka punya gubernur orang bali hindu. Masih banyak jabatan lain yg lebih pantas buat pak ahok. Ayo pak tetep semangat," ujar salah satu komentar di sosial media.
"Betol itu,” timpal Kadek Sugiartha
Penolakan warga hindu Bali ini pun ditimpali oleh warga muslim, katanya Bali orang paling toleran no.1 kok tolak Ahok.
"Bagos ajarin tuh si Ahok ga perlu bawa bawa agama islam lagi lain kali, dah tau toh dampaknya? Mau jadi gubernur lagi dah ga bisa. Ajak aja dia jadi gubernur di Bali. Katanya lo orang paling toleran no 1? Coba mana buktikan klo bali itu toleransi dgn agama lain. Wkwk," timpal netizen muslim.
“Pulau Bali beda mbak. Yg mau jadi pemimpin harus diupacarai secara hindu Bali dan scr tdk langsung beragama harus hindu. Bukan krn tidak toleran tapi untuk menjaga kekuatan yg menjadi sumber daya tarik pulau kami,” balas Ida Bagus Udyana Putra.
PENOLAKAN warga hindu Bali ini tidak mendapat reaksi dari Bani Taplak maupun aktivis JIL yang biasanya jualan Toleransi, Bhinneka, Pluralisme, apalah apalah.
Tak ada tudingan "Hindu Garis Keras" atau "Hindu Radikal".
Mereka mingkem. Karena sejatinya selama ini bukan persoalan BHINNEKA maupun TOLERANSI, tapi karena sejatinya mereka BENCI ISLAM.
Jadi kalau yang 'INTOLERAN' atau 'ANTI BHINNEKA' bukan dari kalangan Islam, maka tak dipersoalkan.
Sumber :
http://ift.tt/2oAe8Bc
Tidak ada komentar:
Posting Komentar