By Ust. Shamsi Ali
Saya tidak tersinggung dengan seruan dari Franklin Graham kepada umat Kristiani dunia untuk berdoa bagi kesuksesan Ahok untuk terpilih jadi gubernur Jakarta 5 tahun mendatang. Sangat wajar, dan saya kira alami, bahkan haknya untuk mendoakan.
Fanatikkah? Ekstrimkah? Tidak tolerankah? Saya kira tidak!
Beberapa waktu lalu saya menuliskan bahwa pada setiap kelompok manusia itu secara kejiwaan sosial ada yang disebut “social solidarity”. Yaitu kecenderungan semua pihak membela kelompoknya. Sekolompok kerbau saja kalau sesama kerbau diserang harimau akan bersama membela sesamanya.
Di situlah saya tidak pernah tersinggung atau marah, atau menuduh umat Kristiani dengan tuduhan macam-macam hanya karena seorang pimpinan agama Kristiani di New York mendoakan Ahok untuk menjadi pemimpin Indonesia.
Sebagaimana tentunya tidak mengejutkan jika ada yang mendoakan seorang Muslim bisa jadi walikota New York, bahkan jadi presiden Amerika Serikat.
Itu biasa, alami, dan menjadi hak sosial. Lalu kenapa sewot? Kata Gus Dur: “gitu aja kok repot”.
Yang saya memang tidak habis pikir adalah ketika umat Islam saling menasehati, saling memotivasi, saling mendorong untuk memilih sesama Muslim. Lalu tiba-tiba tuduhan bermunculan. Umat ini tidak lagi toleran, umat ini sempit dan ekslusif, umat ini ekstrim, dan seterusnya. Padahal yang terjadi pada umat ini adalah tumbuhnya kesadaran “solidaritas sosial” tentu karena faktor-faktor sosial lainnya.
Oleh karenanya saya doakan semoga calon Gubernur Anies Baswedan dan Sandiaga Uno berhasil memenangkan pemilihan gubernur Jakarta, dan yang paling penting mampu membawa perbaikan yang lebih di ibukota negara.
Harapan dan doa saya ini sama sekali tidak bermaksud mengurangi sikap toleransi, apalagi menghalagi hak-hak politik teman-teman Kristiani di Indonesia. Mari menjalani proses demokrasi itu dengan berbagai pertimbangan yang ada. Tidak diingkari tentunya juga termasuk pertimbangan solidaritas sosial itu.
Itulah yang dilakukan oleh Franklin Graham, seorang penginjil besar dari Amerika untuk sesama Kristen di Indonesia, negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia.
Peace!
*Imam Shamsi Ali, Imam Masjid New York USA (mc).
Sumber :
http://ift.tt/2miWNyi
Saya tidak tersinggung dengan seruan dari Franklin Graham kepada umat Kristiani dunia untuk berdoa bagi kesuksesan Ahok untuk terpilih jadi gubernur Jakarta 5 tahun mendatang. Sangat wajar, dan saya kira alami, bahkan haknya untuk mendoakan.
Fanatikkah? Ekstrimkah? Tidak tolerankah? Saya kira tidak!
Beberapa waktu lalu saya menuliskan bahwa pada setiap kelompok manusia itu secara kejiwaan sosial ada yang disebut “social solidarity”. Yaitu kecenderungan semua pihak membela kelompoknya. Sekolompok kerbau saja kalau sesama kerbau diserang harimau akan bersama membela sesamanya.
Di situlah saya tidak pernah tersinggung atau marah, atau menuduh umat Kristiani dengan tuduhan macam-macam hanya karena seorang pimpinan agama Kristiani di New York mendoakan Ahok untuk menjadi pemimpin Indonesia.
Sebagaimana tentunya tidak mengejutkan jika ada yang mendoakan seorang Muslim bisa jadi walikota New York, bahkan jadi presiden Amerika Serikat.
Itu biasa, alami, dan menjadi hak sosial. Lalu kenapa sewot? Kata Gus Dur: “gitu aja kok repot”.
Yang saya memang tidak habis pikir adalah ketika umat Islam saling menasehati, saling memotivasi, saling mendorong untuk memilih sesama Muslim. Lalu tiba-tiba tuduhan bermunculan. Umat ini tidak lagi toleran, umat ini sempit dan ekslusif, umat ini ekstrim, dan seterusnya. Padahal yang terjadi pada umat ini adalah tumbuhnya kesadaran “solidaritas sosial” tentu karena faktor-faktor sosial lainnya.
Oleh karenanya saya doakan semoga calon Gubernur Anies Baswedan dan Sandiaga Uno berhasil memenangkan pemilihan gubernur Jakarta, dan yang paling penting mampu membawa perbaikan yang lebih di ibukota negara.
Harapan dan doa saya ini sama sekali tidak bermaksud mengurangi sikap toleransi, apalagi menghalagi hak-hak politik teman-teman Kristiani di Indonesia. Mari menjalani proses demokrasi itu dengan berbagai pertimbangan yang ada. Tidak diingkari tentunya juga termasuk pertimbangan solidaritas sosial itu.
Itulah yang dilakukan oleh Franklin Graham, seorang penginjil besar dari Amerika untuk sesama Kristen di Indonesia, negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia.
Peace!
*Imam Shamsi Ali, Imam Masjid New York USA (mc).
Sumber :
http://ift.tt/2miWNyi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar