Ancaman kekerasan terhadap Muslim meningkat 300% dalam setahun terakhir.Dari 14 kejahatan (2016) menjadi 49 kejahatan pada 2017
Dipublikasikan oleh CJ Werleman Independent, sebuah proyek jurnalisme investigasi dengan pendanaan patungan yang bertujuan membongkar dan mengakhiri ketidakadilan Barat terhadap Muslim.
Dalam satu periode 24-jam pada musim dingin tahun 1938, lebih dari 1.000 sinagog Yahudi menjadi korban vandalisme di sepanjang Jerman Nazi. Kristallnacht (malam kaca pecah) tidak hanya menandakan awal definitif dari Holocaust, tetapi ingatannya telah menjadi lampu kuning bagi masyarakat akan bahaya serupa yang akan datang.
Jadi, inilah lampu kuning itu:
Dalam 12 bulan terakhir, sejumlah 201 masjid telah menjadi target kejahatan kebencian di sepanjang Eropa dan Inggris.
Sejarah manusia itu singkat, dan ingatan kolektif kita bahkan lebih singkat lagi. Selama tujuh dekade terakhir, Eropa telah menerapkan serangkaian langkah-langkah sosiopolitik untuk memastikan hal itu “tidak pernah lagi.” Kesepakatan keamanan antar negara, komitmen tersumpah pada cita-cita liberal dari pluralisme dan toleransi, sejalan dengan kurikulum sekolah yang mengajarkan pelajaran yang didapat dari babak paling gelap Eropa telah menjadi pertahanan dari kembalinya kejadian yang tidak mungkin itu.
Tetapi yang tidak mungkin itu dengan cepat menjadi mungkin bagi 25 juta Muslim yang menyebut Eropa dan Inggris rumah bagi mereka.
Kejahatan kebencian yang menarget masjid-masjid disepanjang Inggris telah meningkat dua kali lipat antara tahun 2016 dan 2017, sebuah laporan baru mengungkapkan, sementara pemerintah Jerman baru-baru ini merilis statistik yang menunjukkan meningkatnya perhatian terhadap serangan-serangan pada masjid.
Bersama-sama laporan ini mengungkapkan kecenderungan ketakutan dan meningkatnya kekerasan dan intimidasi anti-Muslim:
Ancaman kekerasan terhadap Muslim di luar tempat ibadah mereka meningkat 300% dalam setahun terakhir, meningkat dari 14 kejahatan pada 2016 menjadi 49 kejahatan pada 2017.
Kejahatan dengan kekerasan terhadap Muslim di tempat ibadah mereka meningkat 200% dalam setahun terakhir.
Kejahatan yang dicatat sebagai vandalisme atau kerusakan meningkat dari 12 pada 2016 menjadi 15 pada 2017.
Tetapi sementara judul-judul berita sudah tidak asing lagi, wacana publik disekitar mereka masih tetap mengganggu. Ketika seorang simpatisan gila ISIS melancarkan serangan terhadap target-target Barat, kita berusaha menyelidiki apa yang salah dengan budaya Islam, tetapi ketika orang Barat menarget Muslim, kita tidak pernah sekalipun bertanya apa yang salah dengan kita.
Jika kita telah secara sukses menyerap pelajaran-pelajaran yang dipelajari dari dekade sebelum kamp konsentrasi Yahudi pertama di Eropa, maka kita akan menyadari bahwa Muslim telah menggantikan orang-orang Yahudi sebagai Orang Lain di abad 21. (Orang Yahudi pada zaman Nazi Jerman dianggap sebagai Orang Lain)
“Dalam pengelompokan migrasi terakhir Eropa – salah satu yang telah mewarnai budaya dan peradabannya – yaitu Yahudi yang selalu dicap sebagai ‘orang asing,’ ‘orang lain,’ sebuah kehadiran yang mengancam… Hari ini, Yahudi yang berkeliarang bukan lagi masalah… Hari ini [Eropa] sedang bersiap untuk melindungi diri mereka dari … imigran, lebih spesifiknya, imigran Muslim… Yahudi, prototip ‘orang lain’ Eropa, sekarang telah digantikan oleh ‘orang lain’ Muslim … Prasangka dan diskriminasi yang dulu pernah diarahkan pada Yahudi Eropa saat ini ditujukan pada Muslim Eropa,” kata ilmuan politik Amikam Nachmani.
Tidak diragukan lagi, gelombang kekerasan yang dilancarkan dan diinspirasi oleh mereka yang mengaku Islamic State merupakan akar dari diskriminasi anti-Muslim, disamping para pengusaha politik yang berupaya memperbesar dan mengumpulkan dukungan politik dengan menggambarkan ‘Muslim baik’ sebagai ‘Muslim buruk’. Tetapi intinya di sini adalah bahwa dengan jelas, pertahanan yang kita tempatkan untuk mencegah terulangnya sejarah sedang mengecewakan kita, dan karena itulah sekarang saatnya bagi introspeksi kolektif yang terbuka dan jujur.
Untuk tujuan ini, para elit politik yang mengatur kebijakan yang dimaksudkan dengan tidak adil menarget komunitas Muslim harus menanggung ketidaktanggungjawaban berbahaya mereka. Muslim yang hidup di Eropa, Inggris, dan Amerika Serikat telah menjadi target kebijakan-kebijakan konter-terorisme yang tidak hanya bersikap diskriminatif, tetapi juga merusak diri sendiri.
Kita sedang berada di lintasan yang sebelumnya pernah dilewati. Jika anda pernah melihat film tentang Holocaust dan berpikir bahwa tidak mungkin anda akan diam saja di saat 6 juta Yahudi berarak menuju kematian mereka, maka inilah saat anda untuk berdiri melawan Islamophobia, karena seperti pada tahun 1930an, bara api yang dianggap tidak mungkin sedang terbakar hari ini.*
Rep: Nashirul Haq AR
Sumber :
https://www.hidayatullah.com/berita/internasional/read/2017/10/15/125692/lebih-dari-200-masjid-diserang-di-eropa-dan-inggris-dalam-12-bulan-terakhir.html
Dipublikasikan oleh CJ Werleman Independent, sebuah proyek jurnalisme investigasi dengan pendanaan patungan yang bertujuan membongkar dan mengakhiri ketidakadilan Barat terhadap Muslim.
Dalam satu periode 24-jam pada musim dingin tahun 1938, lebih dari 1.000 sinagog Yahudi menjadi korban vandalisme di sepanjang Jerman Nazi. Kristallnacht (malam kaca pecah) tidak hanya menandakan awal definitif dari Holocaust, tetapi ingatannya telah menjadi lampu kuning bagi masyarakat akan bahaya serupa yang akan datang.
Jadi, inilah lampu kuning itu:
Dalam 12 bulan terakhir, sejumlah 201 masjid telah menjadi target kejahatan kebencian di sepanjang Eropa dan Inggris.
Sejarah manusia itu singkat, dan ingatan kolektif kita bahkan lebih singkat lagi. Selama tujuh dekade terakhir, Eropa telah menerapkan serangkaian langkah-langkah sosiopolitik untuk memastikan hal itu “tidak pernah lagi.” Kesepakatan keamanan antar negara, komitmen tersumpah pada cita-cita liberal dari pluralisme dan toleransi, sejalan dengan kurikulum sekolah yang mengajarkan pelajaran yang didapat dari babak paling gelap Eropa telah menjadi pertahanan dari kembalinya kejadian yang tidak mungkin itu.
Tetapi yang tidak mungkin itu dengan cepat menjadi mungkin bagi 25 juta Muslim yang menyebut Eropa dan Inggris rumah bagi mereka.
Kejahatan kebencian yang menarget masjid-masjid disepanjang Inggris telah meningkat dua kali lipat antara tahun 2016 dan 2017, sebuah laporan baru mengungkapkan, sementara pemerintah Jerman baru-baru ini merilis statistik yang menunjukkan meningkatnya perhatian terhadap serangan-serangan pada masjid.
Bersama-sama laporan ini mengungkapkan kecenderungan ketakutan dan meningkatnya kekerasan dan intimidasi anti-Muslim:
Ancaman kekerasan terhadap Muslim di luar tempat ibadah mereka meningkat 300% dalam setahun terakhir, meningkat dari 14 kejahatan pada 2016 menjadi 49 kejahatan pada 2017.
Kejahatan dengan kekerasan terhadap Muslim di tempat ibadah mereka meningkat 200% dalam setahun terakhir.
Kejahatan yang dicatat sebagai vandalisme atau kerusakan meningkat dari 12 pada 2016 menjadi 15 pada 2017.
Tetapi sementara judul-judul berita sudah tidak asing lagi, wacana publik disekitar mereka masih tetap mengganggu. Ketika seorang simpatisan gila ISIS melancarkan serangan terhadap target-target Barat, kita berusaha menyelidiki apa yang salah dengan budaya Islam, tetapi ketika orang Barat menarget Muslim, kita tidak pernah sekalipun bertanya apa yang salah dengan kita.
Jika kita telah secara sukses menyerap pelajaran-pelajaran yang dipelajari dari dekade sebelum kamp konsentrasi Yahudi pertama di Eropa, maka kita akan menyadari bahwa Muslim telah menggantikan orang-orang Yahudi sebagai Orang Lain di abad 21. (Orang Yahudi pada zaman Nazi Jerman dianggap sebagai Orang Lain)
“Dalam pengelompokan migrasi terakhir Eropa – salah satu yang telah mewarnai budaya dan peradabannya – yaitu Yahudi yang selalu dicap sebagai ‘orang asing,’ ‘orang lain,’ sebuah kehadiran yang mengancam… Hari ini, Yahudi yang berkeliarang bukan lagi masalah… Hari ini [Eropa] sedang bersiap untuk melindungi diri mereka dari … imigran, lebih spesifiknya, imigran Muslim… Yahudi, prototip ‘orang lain’ Eropa, sekarang telah digantikan oleh ‘orang lain’ Muslim … Prasangka dan diskriminasi yang dulu pernah diarahkan pada Yahudi Eropa saat ini ditujukan pada Muslim Eropa,” kata ilmuan politik Amikam Nachmani.
Tidak diragukan lagi, gelombang kekerasan yang dilancarkan dan diinspirasi oleh mereka yang mengaku Islamic State merupakan akar dari diskriminasi anti-Muslim, disamping para pengusaha politik yang berupaya memperbesar dan mengumpulkan dukungan politik dengan menggambarkan ‘Muslim baik’ sebagai ‘Muslim buruk’. Tetapi intinya di sini adalah bahwa dengan jelas, pertahanan yang kita tempatkan untuk mencegah terulangnya sejarah sedang mengecewakan kita, dan karena itulah sekarang saatnya bagi introspeksi kolektif yang terbuka dan jujur.
Untuk tujuan ini, para elit politik yang mengatur kebijakan yang dimaksudkan dengan tidak adil menarget komunitas Muslim harus menanggung ketidaktanggungjawaban berbahaya mereka. Muslim yang hidup di Eropa, Inggris, dan Amerika Serikat telah menjadi target kebijakan-kebijakan konter-terorisme yang tidak hanya bersikap diskriminatif, tetapi juga merusak diri sendiri.
Kita sedang berada di lintasan yang sebelumnya pernah dilewati. Jika anda pernah melihat film tentang Holocaust dan berpikir bahwa tidak mungkin anda akan diam saja di saat 6 juta Yahudi berarak menuju kematian mereka, maka inilah saat anda untuk berdiri melawan Islamophobia, karena seperti pada tahun 1930an, bara api yang dianggap tidak mungkin sedang terbakar hari ini.*
Rep: Nashirul Haq AR
Sumber :
https://www.hidayatullah.com/berita/internasional/read/2017/10/15/125692/lebih-dari-200-masjid-diserang-di-eropa-dan-inggris-dalam-12-bulan-terakhir.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar