Faktanya...
Crusade War (Perang Salib, dalam tata bahasa Inggris Crusade bermakna juga pembasmian dan pemberantasan) yang terjadi selama dua abad (1095-1291) berawal dari pembangkangan kaum Kristen Eropa atas Kekhalifahan Abbasiyah (750-1258).
Padahal, sejak Kekhalifahan Umar ibn Khatthab, dalam sistem pemerintahan Islam, negeri-negeri Kristen, mendapatkan hak otonomi khusus untuk memgatur dan mengelola negeri mereka sendiri.
Bahkan, orang-orang Nasrani, Yahudi, dan agama apa pun yang tinggal di negeri-negeri Islam mendapatkan hak yang sama seperti umat Islam lainnya. Mereka tinggal secara damai, makmur, sejahtera dibawah panji Islam sebagai rahmat bagi alam semesta.
Namun, pada tanggal 25 November 1095 (era Kekhalifahan Abbasiyah), Paus Urbanus II menyerukan untuk melakukan pembangkangan, penyerangan dan perebutan ke wilayah Al Quds (Yerussalem sekarang). Tahun 1099 Pasukan Salib menaklukkan Al Quds. Mereka membantai sekitar 30.000 warga Al Quds (termasuk wanita, orangtua dan anak-anak) dengan sadis.
Tanpa kecuali pula termasuk 300 orang Yahudi yang bersembunyi di Sinagog kota Al Quds. Sampai-sampai dikisahkan bahwa darah yang mengalir dari pembantaian kaum muslimin saat direbutnya Al Quds pada saat itu tingginya selutut. Dan Al Quds masih berbau darah hingga 6 bulan kemudian.
Selama 87 tahun terlepasnya Al Quds dari penguasaan Islam, masjid Al Aqsho dijadikan perkantoran, masjid Kubah Sakhra dijadikan gereja, lorong Marwah dijadikan kandang kuda. Serta tak terdangar lagi suara adzan membahana di sana.
Pada tahun 1187, Shalahuddin Al Ayyubi sebagai panglima pasukan Islam berhasil membebaskan Al Quds dari Pasukan Salib yang telah memduduki selama 88 tahun (1099-1187).
Perhatikan bedanya, bala tentara pimpinan Shalahuddin (orang Barat menyebutnya dengan Saladin) ketika memasuki Al Quds hampir sebagian besar penduduk kota itu terselamatkan. Hanya prajurit-prajurit dari Ksatria Ordo Templar dan Hospitaler saja lah yang sangat fanatik dan menjadi kekuatan inti Tentara Salib yang semuanya dieksekusi. Sedangkan ribuan prajurit biasa dimaafkan oleh Shalahuddin Al Ayubi dan dibiarkan bebas menentukan nasibnya sendiri.
Hal ini menegaskan siapa dan kapan asal mula teroris itu muncul. Siapa dan kapan yang memulai peperangan yang kemudian diberikan label nama Perang Salib itu.
Hal ini menegaskan bahwa penaklukan Al Quds pada 1099 oleh Pasukan Salib di bawah komando Godfrey dari Bouillon merupakan aib bagi kalangan Kristen. Namun sebaliknya perebutan kembali Al Quds oleh pasukan Islam pimpinan Shalahuddin Al Ayubi pada tahun 1187 merupakan ‘kisah mutiara’ kaum Muslimin yang melambungkan nama dan citra Islam ke langit paling tinggi.
Setelah penaklukan Al Quds oleh Shalahuddin Al Ayubi, banyak ditemukan dalam tulisan-tulisan Barat yang melakukan propaganda bahwa umat Islam menyebarkan agamanya dengan 'pedang'. Hal ini dilakukan guna mengajak orang-orang Kristen untuk turut membenci, membangkang dan menggempur umat Islam pada saat itu (tahun 1099). (*by Azzam Mujahid Izzulhaq).
__
Source:
"The Crusade; Islamic Prespective", karya Carole Hillenbrand, Edinburgh University, 1999.
Carole Hillenbrand adalah seorang profesor pada bidang Sejarah Islam di Universitas Edinburgh, Skotlandia. Ia juga adalah Vice President dari British Society of Middle Eastern Studies dan anggota dari The Council for Assisting Refugee Academics.
Sumber :
PortalPiyungan
Crusade War (Perang Salib, dalam tata bahasa Inggris Crusade bermakna juga pembasmian dan pemberantasan) yang terjadi selama dua abad (1095-1291) berawal dari pembangkangan kaum Kristen Eropa atas Kekhalifahan Abbasiyah (750-1258).
Padahal, sejak Kekhalifahan Umar ibn Khatthab, dalam sistem pemerintahan Islam, negeri-negeri Kristen, mendapatkan hak otonomi khusus untuk memgatur dan mengelola negeri mereka sendiri.
Bahkan, orang-orang Nasrani, Yahudi, dan agama apa pun yang tinggal di negeri-negeri Islam mendapatkan hak yang sama seperti umat Islam lainnya. Mereka tinggal secara damai, makmur, sejahtera dibawah panji Islam sebagai rahmat bagi alam semesta.
Namun, pada tanggal 25 November 1095 (era Kekhalifahan Abbasiyah), Paus Urbanus II menyerukan untuk melakukan pembangkangan, penyerangan dan perebutan ke wilayah Al Quds (Yerussalem sekarang). Tahun 1099 Pasukan Salib menaklukkan Al Quds. Mereka membantai sekitar 30.000 warga Al Quds (termasuk wanita, orangtua dan anak-anak) dengan sadis.
Tanpa kecuali pula termasuk 300 orang Yahudi yang bersembunyi di Sinagog kota Al Quds. Sampai-sampai dikisahkan bahwa darah yang mengalir dari pembantaian kaum muslimin saat direbutnya Al Quds pada saat itu tingginya selutut. Dan Al Quds masih berbau darah hingga 6 bulan kemudian.
Selama 87 tahun terlepasnya Al Quds dari penguasaan Islam, masjid Al Aqsho dijadikan perkantoran, masjid Kubah Sakhra dijadikan gereja, lorong Marwah dijadikan kandang kuda. Serta tak terdangar lagi suara adzan membahana di sana.
Pada tahun 1187, Shalahuddin Al Ayyubi sebagai panglima pasukan Islam berhasil membebaskan Al Quds dari Pasukan Salib yang telah memduduki selama 88 tahun (1099-1187).
Perhatikan bedanya, bala tentara pimpinan Shalahuddin (orang Barat menyebutnya dengan Saladin) ketika memasuki Al Quds hampir sebagian besar penduduk kota itu terselamatkan. Hanya prajurit-prajurit dari Ksatria Ordo Templar dan Hospitaler saja lah yang sangat fanatik dan menjadi kekuatan inti Tentara Salib yang semuanya dieksekusi. Sedangkan ribuan prajurit biasa dimaafkan oleh Shalahuddin Al Ayubi dan dibiarkan bebas menentukan nasibnya sendiri.
Hal ini menegaskan siapa dan kapan asal mula teroris itu muncul. Siapa dan kapan yang memulai peperangan yang kemudian diberikan label nama Perang Salib itu.
Hal ini menegaskan bahwa penaklukan Al Quds pada 1099 oleh Pasukan Salib di bawah komando Godfrey dari Bouillon merupakan aib bagi kalangan Kristen. Namun sebaliknya perebutan kembali Al Quds oleh pasukan Islam pimpinan Shalahuddin Al Ayubi pada tahun 1187 merupakan ‘kisah mutiara’ kaum Muslimin yang melambungkan nama dan citra Islam ke langit paling tinggi.
Setelah penaklukan Al Quds oleh Shalahuddin Al Ayubi, banyak ditemukan dalam tulisan-tulisan Barat yang melakukan propaganda bahwa umat Islam menyebarkan agamanya dengan 'pedang'. Hal ini dilakukan guna mengajak orang-orang Kristen untuk turut membenci, membangkang dan menggempur umat Islam pada saat itu (tahun 1099). (*by Azzam Mujahid Izzulhaq).
__
Source:
"The Crusade; Islamic Prespective", karya Carole Hillenbrand, Edinburgh University, 1999.
Carole Hillenbrand adalah seorang profesor pada bidang Sejarah Islam di Universitas Edinburgh, Skotlandia. Ia juga adalah Vice President dari British Society of Middle Eastern Studies dan anggota dari The Council for Assisting Refugee Academics.
Sumber :
PortalPiyungan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar