Usai masuk Islam, muallaf mantan Katolik Bandung ini diterpa ujian hidup yang bertubi-tubi.
Suaminya kecelakaan dan di-phk, hutang menggunung, kontrakan menunggak berbulan-bulan dan lingkungan yang tidak Islami.
Butuh bantuan 9,5 juta rupiah untuk memperbaiki nasib dan mempertahankan aqidah.
KEMAYORAN, Infaq Dakwah Center (IDC) – Margareta Sisca Agustina lahir 21 tahun lalu dari keluarga Katolik fanatik. Ayahnya aktif sebagai pengurus di gereja Katolik tempat kelahirannya.
Tahun 2013 lalu, mojang Bandung ini mengikrarkan dua kalimat syahadat pada Jum'at, (6/9/2013) di Masjid Istiqlal Jakarta. Hidup baru dalam kedamaian Islam, ia mendapat nama hijrah Siti Aisyah, mengacu kepada nama salah satu istri Rasulullah SAW. Pada tahun yang sama, ia menikah dengan Rizki, pemuda Muslim asal Kemayoran, Jakarta Pusat.
Masya Allah, semenjak meninggalkan kekafiran Kristen dan hijrah menjadi Muslimah, berbagai ujian datang bertubi-tubi menerpa hidup Aisyah. Betapapun derasnya ujiah hidup, Aisyah tetap istiqamah memilih Islam sebagai jalan hidupnya hingga akhir hayat.
“Alhamdulillah saya bahagia merasa masuk Islam pak, keinginan ini sudah ada sejak SMA dulu namun bisa terlaksana tahun 2013,” tuturnya kepada Relawan IDC, Sabtu pagi (28/5/2016).
Paska nikah, sang suami mengalami kecelakaan ditempat kerja. Rizki mengalami benturan di leher yang menyebabkan luka dalam. Dampak kambuh akibat kecelakaan tersebut masih dialami sampai saat ini. Bila kambuh, ia mengalami demam dadakan.
Bak jatuh tertimpa tangga, tak berselang lama sang suami di-phk karena dianggap sudah tidak produktif lagi, sebab di tempat kerja ia sering sakit sakitan.
Sang suami pun beralih profesi menjadi tukang ojek, tapi jangkauan kerja tidak bisa bebas karena terkendala SIM (Surat Izin Mengemudi).
Dalam kondisi keuangan yang goyah, mau tidak mau Aisyah Magdalena harus bekerja mencari nafkah, demi menutupi kebutuhan hidup rumah tangganya. Tapi apa daya, dengan gaji yang sangat kecil, ekonominya pun makin terpuruk. Tumpukan hutang kepada banyak pihak pun tak terbendung dan makin menggunung hingga jutaan rupiah. Kondisi ini makin berat karena kontrakan rumah petak sudah berbulan-bulan belum dibayar.
Dalam pengamatan tim survey Relawan IDC, rumah kost satu kamar super mini yang dihuni Aisyah ini sangat tidak layak. Dekat dengan lokasi stasiun kereta api, pergaulan lingkungannya tidak bagus untuk pertumbuhan iman seorang mualaf. Sampai berita ini diturunkan, Aisyah perlu suntikan dana sekitar 9,5 juta rupiah untuk melunasi hutang-hutang dan mengurus SIM untuk alat kerja sang suami.
...Kalau bisa saya ingin pindah dari sini Pak. Saya ingin pindah ke tempat yang lebih islami. Saya mohon bantuan, karena sangat mendesak dalam hidup saya, ujarnya sambil berisak tangis...
“Pak, saya punya hutang ditempat kerja, kontrakan belum bayar beberapa bulan. Saya bingung setiap hari ditagih-tagih terus,” paparnya.
Aisyah hanya berharap kepada Allah melalui tangan-tangan para dermawan (muhsinin), karena untuk saat ini rasanya mustahil melunasi hutang-hutangnya dengan mengandalkan gajinya. Jangankan untuk melunasi hutang, untuk memenuhi kebutuhan hidup saja masih minus dan harus berhutang ke sana kemari.
Selain bantuan pelunasan hutang, obsesi Aisyah yang paling urgen saat ini adalah hijrah tempat tinggal ke kawasan yang kondusif dan lebih islami.
“Kalau bisa saya ingin pindah dari sini Pak. Saya ingin pindah ke tempat yang lebih islami. Saya mohon bantuan, karena saya membutuhkan sangat mendesak dalam hidup saya,” ujarnya sambil berisak tangis.
PEDULI KASIH MUALLAF
Aisyah Magdalena sudah tiga tahun menjadi saudara seakidah kita. Saat ini muallaf yang masih perlu bimbingan ini sangat membutuhkan bantuan kita untuk memperbaiki nasib dan mempertahankan iman.
Aisyah sangat membutuhkan uluran tangan kita. Terlebih, dengan status muallaf, dia menjadi salah satu asnaf yang berhak menerima zakat (Qs At-Taubah 60). Kepedulian kita sebagai saudara sesama Muslim sangat diharapkan, karena tak mungkin ia mengiba kepada pihak keluarga yang sudah berbeda iman.
Beban berat yang harus dipikul muallaf Aisyah Magdalena adalah beban kita semua, karena persaudaraan setiap Muslim ibarat satu tubuh. Jika satu anggota tubuh sakit, maka anggota tubuh lainnya otomatis terganggu karena merasakan kesakitan juga.
“Perumpamaan kaum mukminin dalam cinta-mencintai, sayang-menyayangi dan bahu-membahu seperti satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuhnya sakit, maka seluruh anggota tubuhnya yang lain ikut merasakan sakit juga, dengan tidak bisa tidur dan demam” (Muttafaq ‘Alaih).
Infaq untuk membantu meringankan beban muallaf ini insya Allah akan mengantarkan menjadi pribadi beruntung yang berhak mendapat kemudahan dan pertolongan Allah Ta’ala. Rasulullah SAW bersabda:
“Barangsiapa menghilangkan kesulitan seorang mukmin di dunia, maka Allah akan melepaskan kesulitannya pada hari kiamat. Barang siapa memudahkan orang yang tengah dilanda kesulitan, maka Allah akan memudahkannya di dunia dan di akhirat...” (HR Muslim).
Infaq untuk membantu kesulitan hidup muallaf ini bisa disalurkan dalam program Peduli Kasih Muallaf:
Bank Muamalat, No.Rek: 34.7000.3005 a.n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
Bank BNI Syariah, No.Rek: 293.985.605 a.n: Infaq Dakwah Center.
Bank Mandiri Syar’iah (BSM), No.Rek: 7050.888.422 a.n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
Bank Mandiri, No.Rek: 156.000.728.7289 a.n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
Bank BRI, No.Rek: 0139.0100.1736.302 a.n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
Bank CIMB Niaga, No.Rek: 675.0100.407.006 a.n Yayasan Infak Dakwah Center.
Bank BCA, No.Rek: 631.0230.497 a.n Budi Haryanto (Bendahara IDC)
CATATAN:
Demi kedisiplinan amanah dan untuk memudahkan penyaluran agar tidak bercampur dengan program lainnya, tambahkan nominal Rp 9.000 (sembilan ribu rupiah). Misalnya: Rp 1.009.000,- Rp 509.000,- Rp 209.000,- Rp 109.000,- 59.000,- dan seterusnya.
Laporan penyaluran dana akan disampaikan secara online di: infaqdakwahcenter.com.
Bila bantuan sudah tercukupi/selesai, maka donasi dialihkan untuk program IDC lainnya.
Info: 08999.704050, 08567.700020; PIN BB: 2AF8061E; BBM CHANNEL: C001F2BF0
Sumber :
http://ift.tt/29J8lVq
Suaminya kecelakaan dan di-phk, hutang menggunung, kontrakan menunggak berbulan-bulan dan lingkungan yang tidak Islami.
Butuh bantuan 9,5 juta rupiah untuk memperbaiki nasib dan mempertahankan aqidah.
KEMAYORAN, Infaq Dakwah Center (IDC) – Margareta Sisca Agustina lahir 21 tahun lalu dari keluarga Katolik fanatik. Ayahnya aktif sebagai pengurus di gereja Katolik tempat kelahirannya.
Tahun 2013 lalu, mojang Bandung ini mengikrarkan dua kalimat syahadat pada Jum'at, (6/9/2013) di Masjid Istiqlal Jakarta. Hidup baru dalam kedamaian Islam, ia mendapat nama hijrah Siti Aisyah, mengacu kepada nama salah satu istri Rasulullah SAW. Pada tahun yang sama, ia menikah dengan Rizki, pemuda Muslim asal Kemayoran, Jakarta Pusat.
Masya Allah, semenjak meninggalkan kekafiran Kristen dan hijrah menjadi Muslimah, berbagai ujian datang bertubi-tubi menerpa hidup Aisyah. Betapapun derasnya ujiah hidup, Aisyah tetap istiqamah memilih Islam sebagai jalan hidupnya hingga akhir hayat.
“Alhamdulillah saya bahagia merasa masuk Islam pak, keinginan ini sudah ada sejak SMA dulu namun bisa terlaksana tahun 2013,” tuturnya kepada Relawan IDC, Sabtu pagi (28/5/2016).
Paska nikah, sang suami mengalami kecelakaan ditempat kerja. Rizki mengalami benturan di leher yang menyebabkan luka dalam. Dampak kambuh akibat kecelakaan tersebut masih dialami sampai saat ini. Bila kambuh, ia mengalami demam dadakan.
Bak jatuh tertimpa tangga, tak berselang lama sang suami di-phk karena dianggap sudah tidak produktif lagi, sebab di tempat kerja ia sering sakit sakitan.
Sang suami pun beralih profesi menjadi tukang ojek, tapi jangkauan kerja tidak bisa bebas karena terkendala SIM (Surat Izin Mengemudi).
Dalam kondisi keuangan yang goyah, mau tidak mau Aisyah Magdalena harus bekerja mencari nafkah, demi menutupi kebutuhan hidup rumah tangganya. Tapi apa daya, dengan gaji yang sangat kecil, ekonominya pun makin terpuruk. Tumpukan hutang kepada banyak pihak pun tak terbendung dan makin menggunung hingga jutaan rupiah. Kondisi ini makin berat karena kontrakan rumah petak sudah berbulan-bulan belum dibayar.
Dalam pengamatan tim survey Relawan IDC, rumah kost satu kamar super mini yang dihuni Aisyah ini sangat tidak layak. Dekat dengan lokasi stasiun kereta api, pergaulan lingkungannya tidak bagus untuk pertumbuhan iman seorang mualaf. Sampai berita ini diturunkan, Aisyah perlu suntikan dana sekitar 9,5 juta rupiah untuk melunasi hutang-hutang dan mengurus SIM untuk alat kerja sang suami.
...Kalau bisa saya ingin pindah dari sini Pak. Saya ingin pindah ke tempat yang lebih islami. Saya mohon bantuan, karena sangat mendesak dalam hidup saya, ujarnya sambil berisak tangis...
“Pak, saya punya hutang ditempat kerja, kontrakan belum bayar beberapa bulan. Saya bingung setiap hari ditagih-tagih terus,” paparnya.
Aisyah hanya berharap kepada Allah melalui tangan-tangan para dermawan (muhsinin), karena untuk saat ini rasanya mustahil melunasi hutang-hutangnya dengan mengandalkan gajinya. Jangankan untuk melunasi hutang, untuk memenuhi kebutuhan hidup saja masih minus dan harus berhutang ke sana kemari.
Selain bantuan pelunasan hutang, obsesi Aisyah yang paling urgen saat ini adalah hijrah tempat tinggal ke kawasan yang kondusif dan lebih islami.
“Kalau bisa saya ingin pindah dari sini Pak. Saya ingin pindah ke tempat yang lebih islami. Saya mohon bantuan, karena saya membutuhkan sangat mendesak dalam hidup saya,” ujarnya sambil berisak tangis.
Aisyah Magdalena sudah tiga tahun menjadi saudara seakidah kita. Saat ini muallaf yang masih perlu bimbingan ini sangat membutuhkan bantuan kita untuk memperbaiki nasib dan mempertahankan iman.
Aisyah sangat membutuhkan uluran tangan kita. Terlebih, dengan status muallaf, dia menjadi salah satu asnaf yang berhak menerima zakat (Qs At-Taubah 60). Kepedulian kita sebagai saudara sesama Muslim sangat diharapkan, karena tak mungkin ia mengiba kepada pihak keluarga yang sudah berbeda iman.
Beban berat yang harus dipikul muallaf Aisyah Magdalena adalah beban kita semua, karena persaudaraan setiap Muslim ibarat satu tubuh. Jika satu anggota tubuh sakit, maka anggota tubuh lainnya otomatis terganggu karena merasakan kesakitan juga.
“Perumpamaan kaum mukminin dalam cinta-mencintai, sayang-menyayangi dan bahu-membahu seperti satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuhnya sakit, maka seluruh anggota tubuhnya yang lain ikut merasakan sakit juga, dengan tidak bisa tidur dan demam” (Muttafaq ‘Alaih).
Infaq untuk membantu meringankan beban muallaf ini insya Allah akan mengantarkan menjadi pribadi beruntung yang berhak mendapat kemudahan dan pertolongan Allah Ta’ala. Rasulullah SAW bersabda:
“Barangsiapa menghilangkan kesulitan seorang mukmin di dunia, maka Allah akan melepaskan kesulitannya pada hari kiamat. Barang siapa memudahkan orang yang tengah dilanda kesulitan, maka Allah akan memudahkannya di dunia dan di akhirat...” (HR Muslim).
Infaq untuk membantu kesulitan hidup muallaf ini bisa disalurkan dalam program Peduli Kasih Muallaf:
Bank Muamalat, No.Rek: 34.7000.3005 a.n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
Bank BNI Syariah, No.Rek: 293.985.605 a.n: Infaq Dakwah Center.
Bank Mandiri Syar’iah (BSM), No.Rek: 7050.888.422 a.n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
Bank Mandiri, No.Rek: 156.000.728.7289 a.n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
Bank BRI, No.Rek: 0139.0100.1736.302 a.n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
Bank CIMB Niaga, No.Rek: 675.0100.407.006 a.n Yayasan Infak Dakwah Center.
Bank BCA, No.Rek: 631.0230.497 a.n Budi Haryanto (Bendahara IDC)
CATATAN:
Demi kedisiplinan amanah dan untuk memudahkan penyaluran agar tidak bercampur dengan program lainnya, tambahkan nominal Rp 9.000 (sembilan ribu rupiah). Misalnya: Rp 1.009.000,- Rp 509.000,- Rp 209.000,- Rp 109.000,- 59.000,- dan seterusnya.
Laporan penyaluran dana akan disampaikan secara online di: infaqdakwahcenter.com.
Bila bantuan sudah tercukupi/selesai, maka donasi dialihkan untuk program IDC lainnya.
Info: 08999.704050, 08567.700020; PIN BB: 2AF8061E; BBM CHANNEL: C001F2BF0
http://ift.tt/29J8lVq
INGATLAH SELALU..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar