Umat Nasrani Papua & NTT: Berkat Muhammadiyah Kami Bisa Sekolah
Tak hanya untuk sesama Muslim, Muhammadiyah juga membuka diri selebar-lebarnya untuk non Muslim.
Di Kupang NTT yang jumlah Muslim-nya hanya 9%, Muhammadiyah hadir dengan Universitas Muhammadiyah Kupang-nya yang megah dan mentereng. Alhasil, banyak mahasiswa non Muslim yang berkuliah disana.
Tak hanya di Kupang, di Ende NTT, mayoritas siswa di SMA Muhammadiyah Ende adalah non Muslim. Bahkan, pihak sekolah menyediakan guru mata pelajaran agama Katolik. Hal yang sama juga terjadi di SMP Muhammadiyah di Serui Teluk Cenderawasih Papua dan SMA Muhammadiyah di Putussibau Kalimantan Barat. Siswi non Muslim pun tak diwajibkan untuk menggunakan jilbab, sebagaimana siswi-siswi sekolah Islam pada umumnya.
Muhammadiyah juga ada di Papua. di tanah Cenderawasih, Muhammadiyah mempunyai empat Perguruan Tinggi, yaitu Universitas Muhammadiyah Sorong di Kota Sorong, STKIP Muhammadiyah Sorong di Kabupaten Sorong, Sekolah Tinggi Muhammadiyah Manokwari dan STIKOM Muhammadiyah di Jayapura, serta beberapa sekolah TK-SMA dan panti asuhan yang tersebar di wilayah Papua-Papua Barat. Bahkan ketika wisuda STIKOM Muhammadiyah mayoritas adalah mahasiswa nasrani setempat.
Frans Takanyuai, S.Th., dan Kris Kobogo adalah dua guru beragama Nasrani yang menjadi bagian dari SMP-SMK Muhammadiyah Yapen, Papua. Frans menjadi Guru Agama Nasrani di SMP Muhammadiyah Yapen sejak 2003, sementara Kris mulai mengajar Pendidikan Jasmani dan Kesehatan di SMK Muhammadiyah Yapen. Menurut Frans, dari 125 siswa di SMP Muhammadiyah Yapen, sebagian besar Nasrani.
Hal sama diungkapkan Kris, dia di SMK Muhammadiyah Yapen membina ratusan siswa, 90 persen di antaranya adalah siswa Nasrani. Dia bersyukur dan sangat berterima kasih kepada Pak Adhan (Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Kepulauan Yapen Papua) karena telah diberi kesempatan kepada anak-anak Yapen yang mayoritas nasrani untuk belajar di SMK Muhammadiyah.
Begitulah Muhammadiyah, kehadirannya layaknya matahari yang menyinari seluruh makhluk di muka bumi tanpa memilih, Muhammadiyah tidak perlu mengklaim sebagai ormas yang pluralis, paling moderat dan sebagainya tapi Muhammadiyah memilih jalan lewat aksi nyata menunjukkan Islam sebagai agama rahmatan lil alamin.(dm).
Sumber :
http://ift.tt/1Ny5o73
http://ift.tt/1OGgnw7
Tak hanya untuk sesama Muslim, Muhammadiyah juga membuka diri selebar-lebarnya untuk non Muslim.
Di Kupang NTT yang jumlah Muslim-nya hanya 9%, Muhammadiyah hadir dengan Universitas Muhammadiyah Kupang-nya yang megah dan mentereng. Alhasil, banyak mahasiswa non Muslim yang berkuliah disana.
Tak hanya di Kupang, di Ende NTT, mayoritas siswa di SMA Muhammadiyah Ende adalah non Muslim. Bahkan, pihak sekolah menyediakan guru mata pelajaran agama Katolik. Hal yang sama juga terjadi di SMP Muhammadiyah di Serui Teluk Cenderawasih Papua dan SMA Muhammadiyah di Putussibau Kalimantan Barat. Siswi non Muslim pun tak diwajibkan untuk menggunakan jilbab, sebagaimana siswi-siswi sekolah Islam pada umumnya.
Muhammadiyah juga ada di Papua. di tanah Cenderawasih, Muhammadiyah mempunyai empat Perguruan Tinggi, yaitu Universitas Muhammadiyah Sorong di Kota Sorong, STKIP Muhammadiyah Sorong di Kabupaten Sorong, Sekolah Tinggi Muhammadiyah Manokwari dan STIKOM Muhammadiyah di Jayapura, serta beberapa sekolah TK-SMA dan panti asuhan yang tersebar di wilayah Papua-Papua Barat. Bahkan ketika wisuda STIKOM Muhammadiyah mayoritas adalah mahasiswa nasrani setempat.
Frans Takanyuai, S.Th., dan Kris Kobogo adalah dua guru beragama Nasrani yang menjadi bagian dari SMP-SMK Muhammadiyah Yapen, Papua. Frans menjadi Guru Agama Nasrani di SMP Muhammadiyah Yapen sejak 2003, sementara Kris mulai mengajar Pendidikan Jasmani dan Kesehatan di SMK Muhammadiyah Yapen. Menurut Frans, dari 125 siswa di SMP Muhammadiyah Yapen, sebagian besar Nasrani.
Hal sama diungkapkan Kris, dia di SMK Muhammadiyah Yapen membina ratusan siswa, 90 persen di antaranya adalah siswa Nasrani. Dia bersyukur dan sangat berterima kasih kepada Pak Adhan (Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Kepulauan Yapen Papua) karena telah diberi kesempatan kepada anak-anak Yapen yang mayoritas nasrani untuk belajar di SMK Muhammadiyah.
Begitulah Muhammadiyah, kehadirannya layaknya matahari yang menyinari seluruh makhluk di muka bumi tanpa memilih, Muhammadiyah tidak perlu mengklaim sebagai ormas yang pluralis, paling moderat dan sebagainya tapi Muhammadiyah memilih jalan lewat aksi nyata menunjukkan Islam sebagai agama rahmatan lil alamin.(dm).
Sumber :
http://ift.tt/1Ny5o73
http://ift.tt/1OGgnw7
TERBUKTI ISLAM SANGAT TOLERAN..
BAGAIMANA DENGAN SEKOLAH KRISTEN DI TENGAN MAYORITAS MUSLIM ?
MEREKA AKAN GUNAKAN UNTUK MISI KRISTENISASI...
TOLERANSINYA DIBUANG KETEMPAT SAMPAH !
Silahkan Baca Disini :
Silahkan Baca Disini :
Silahkan Baca Disini :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar