Tak berselang lama setelah berikrar masuk Islam bersama 9 keluarganya, Ganda Korwa wafat pada Februari 2016.
Pria asal Timor ini meninggalkan seorang istri, 6 anak yatim dan kedua mertua yang sudah menjadi satu aqidah Islam.
Kondisi keluarga yatim muallaf ini sangat mengenaskan, serba kekurangan. Hidup ditopang sang kakek yang renta dan sakit-sakitan, mereka tinggal di kontrakan sempit dan kumuh.
Ayo bantu beasiswa dan modal usaha untuk merajut masa depan Islam dari jiwa-jiwa yatim muallaf ini.
JAKARTA, Infaq Dakwah Center (IDC) – Dengan wajah sumringah, Relawan IDC melakukan blusukan ke rumah keluarga muallaf yang berstatus yatim dan dhuafa di kawasan Srenseng Sawah Jagakarsa, Jakarta Selatan. Kali ini didampingi sang pelapor, Ustadz Insan LS Wenseslaus Mokoginta, tokoh muallaf nasional dan pakar kristologi terkemuka.
Masya Allah, setelah menyusuri beberapa gang, Relawan IDC tiba di rumah berukuran 3x7 meter. Rumah kontrakan kumuh ini dihuni oleh dua keluarga yang terdiri dari 9 muallaf, di antaranya 6 anak yatim.
Anak-anak ini menjadi yatim setelah sang ayah, Ganda Korwa (37) berpulang menghadap Ilahi pada bulan Februari 2016. Almarhum adalah pria asal Indonesia Timur mantan penganut Kristen taat yang pernah menjadi anggota polisi.
Alhamdulillah, ia mendapat hidayah Allah dan mengikrarkan dua kalimat syahadat bersama seluruh keluarganya. Wafat sebagai seorang Muslim, Ganda Korwa meninggalkan seorang istri Inge Fransiska Natalia Kawengian (34), beserta enam orang anak: Ricky Petrus Cornelius Kawengian (15 th), Agnes Korwa (12 th), Marcello Korwa (10 th), Angeline Korwa (7 th), Michella Korwa (6 th), dan Indira Korwa (1 th).
...Seberapapun infaq yang diberikan, akan membuka peluang masuk surga bersama Rasulullah SAW sedekat dua jari...
Sepeninggal Ganda Korwa, tak ada lagi penopang yang mencari nafkah untuk menyambung hidup keluarga. Kini sang kakek, Harry Kawengian (57), mau tidak mau harus menjadi tulang punggung keluarga yang menghidupi anak cucunya. Beban yang harus ditanggungnya pun makin berat karena sang istri, Sa’diyah (52) juga sakit-sakitan.
Pria Manado yang mulai renta itu tak bisa menikmati usia tuanya untuk beristirahat santai. Meski kemiskinan menjadi ujian berat dalam hidupnya, ia tak mau membiarkan enam cucunya dililit kelaparan dan kebodohan. Mereka adalah harapan di masa depan!!
Tak peduli kondisi sakit jantungnya sering kambuh, Harry Kawengian berusaha sekuat tenaga mengais rezeki sebagai tukang parkir dan penjual kopi keliling. Suasana hujan dan panas diterjangnya demi menyekolahkan Ricky yang menginjak SMA, Agnes di SMP, Marcello dan Angeline di bangku SD. Kalau sedang mujur, ia bisa memboyong 30-50 ribu rupiah perhari.
Penghasilan itu tentu jauh dari cukup bila digunakan untuk makan sehari-hari, membayar kontrakan 600 ribu rupiah perbulan, listrik 200 ribu rupiah perbulan, dan biaya sekolah para cucunya yang mencapai Rp 1,2 juta setiap bulan.
SERING DIGODA SUPAYA MURTAD KE KRISTEN LAGI
Sejak hijrah meninggalkan Kristen, pahit getir kehidupan terus dilakoni Harry bersama istri dan 6 cucu yatimnya. Di saat kondisi sedang terpuruk dan butuh bantuan, berulang kali keluarga besarnya menawarkan berbagai jaminan harta bila Harry dan anak cucunya putar haluan menjadi Kristen lagi. Tapi sejengkal pun mereka mundur ke belakang, demi memegang teguh dua kalimat syahadat yang sudah diikrarkan.
“Datang satu keluarga, mereka bilang ‘udah lebih baik ngana kembali lagi, ikut lagi datang ke gereja kebaktian. Saya jawab: “Ah, nggak deh tante, kita nggak bisa kalau begitu. Kita nggak bisa lagi menduakan Tuhan. Saya takut nanti dosa saya tambah lebih besar, tambah berdosa lagi saya nantinya. Saya ingin diri saya bila nanti mati bisa masuk surga,” ungkapnya kepada Relawan IDC di rumahnya, Rabu (3/8) lalu.
Ketegaran sang kakek mendapat dukungan para cucunya. Ricky Petrus, putra sulung almarhum Ganda Korwa, berusaha tegar meski ia tak lagi merasakan belai kasih sayang seorang ayah. Sang putra sulung itu yang menginjak bangku SMA itu bertekad menyelesaikan pendidikannya, bahkan jika mampu ia ingin melanjutkan hingga bangku kuliah di perguruan tinggi, agar kelak mendapat pekerjaan yang layak dan bisa membantu ekonomi keluarganya.
Harry bersama istri, anak dan enam cucunya tinggal di sebuah kontrakan sempit. Di rumah berukuran 3x7 meter ini difungsikan menjadi ruang tamu, kamar tidur, dapur jadi satu, untuk tempat aktivitas harian 9 orang. Tak terbayang bagaimana mereka bisa tidur di ruangan sesempit itu.
Inge Fransiska Kawengian, istri almarhum Ganda Korwa mengaku masih bisa bertahan jika untuk makan sehari-hari. Namun, ia tak sanggup memenuhi biaya sekolah anak-anaknya.
"Kalau untuk makan kami sembilan orang, kami masih bisa bertahan dengan uang hasil usaha parkir kakek, tapi anak-anak butuh sekolah, butuh pendidikan,” ujarnya kepada Relawan IDC.
...Dalam kondisi sangat terpuruk, berulang kali keluarga besarnya menawarkan bantuan dengan syarat balik menjadi Kristen lagi. Sejengkal pun mereka tak bergeming demi dua kalimat syahadat...
Dalam kunjungan itu, Relawan IDC mendata berbagai kebutuhan darurat keluarga yatim muallaf almarhum Ganda Korwa yang cukup berat. Di antaranya biaya kontrakan dan biaya sekolah yang menunggak beberapa bulan. Anak kedua membutuhkan biaya Rp 2.425.000 untuk biaya masuk SMP. Sedangkan pertama membutuhkan biaya sebesar Rp 6.610.000 masuk sekolah SMA dan menebus ijazah SMP.
Harry sudah berusaha untuk meminta keringanan dari pihak sekolah, mengingat cucu-cucunya adalah muallaf yang berstatus yatim. Tapi upayanya menemui jalan buntu alias tidak dikabulkan.
Setelah kunjungan pertama hingga berita ini ditulis, IDC telah menyalurkan donasi umat untuk melunasi berbagai hutang/tunggakan, biaya pengobatan, khitan/sunatan, beasiswa dan santunan bulanan. Anggaran rutin selama ini mencapai 3 juta hingga 7 juta perbulan.
Untuk memaksimalkan bantuan agar lebih produktif, IDC akan mengupayakan bantuan modal usaha warung di tempat yang strategis, pindah kontrakan ke rumah yang lebih sehat dan beasiswa penuh selama setahun ke depan.
PEDULI KASIH MUALLAF YANG SEKALIGUS YATIM
Allah Ta’ala menunjuk muallaf dan fakir miskin sebagai salah satu asnaf yang berhak menerima zakat. Istri dan anak-anak keluarga almarhum Ganda Korwa otomatis sangat berhak menerima zakat karena menyandang status muallaf dan yatim faqir miskin.
إِنَّمَا الصَّدَقَاتُ لِلْفُقَرَاءِ وَالْمَسَاكِينِ وَالْعَامِلِينَ عَلَيْهَا وَالْمُؤَلَّفَةِ قُلُوبُهُمْ وَفِي الرِّقَابِ وَالْغَارِمِينَ وَفِي سَبِيلِ اللَّهِ وَابْنِ السَّبِيلِ فَرِيضَةً مِنَ اللَّهِ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ
“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana” (Qs At-Taubah 60).
Uluran tangan dan kepedulian kaum Muslimin kepada keluarga yatim muallaf insya Allah memiliki banyak keutamaan, kebaikan dan manfaat baik bagi donatur maupun keluarga yatim yang dibantu.
Bagi keluarga yatim yang dibantu, infaq akan menjadi solusi mujarab untuk melahirkan 6 generasi pejuang Islam, memutus mata rantai kemiskinan dan menghapus keterbelakangan umat menuju izzul Islam wal Muslimin.
Sementara bagi para donatur, berapapun infaq yang diberikan, akan mendatangkan keberkahan, melimpahkan rezeki, membersihkan harta, mensucikan jiwa, menolak bencana, dan membuka peluang masuk surga bersama Rasulullah SAW sedekat dua jari:
أَنَا وَكَافِلُ الْيَتِيمِ فِي الْجَنَّةِ كَهَاتَيْنِ، يُشِيرُ بِإِصْبَعَيْهِ
“Aku dan pengasuh anak yatim kelak di surga seperti dua jari ini” (HR Bukhari). Rasulullah SAW bersabda demikian sambil menunjukkan jari telunjuk dan jari tengah dan merapatkan keduanya.
Infaq untuk membantu keluarga yatim muallaf ini bisa disalurkan dalam program Peduli Kasih Muallaf:
Bank Muamalat, No.Rek: 34.7000.3005 a.n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
Bank BNI Syariah, No.Rek: 293.985.605 a.n: Infaq Dakwah Center.
Bank Mandiri Syar’iah (BSM), No.Rek: 7050.888.422 a.n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
Bank Mandiri, No.Rek: 156.000.728.7289 a.n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
Bank BRI, No.Rek: 0139.0100.1736.302 a.n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
Bank CIMB Niaga, No.Rek: 675.0100.407.006 a.n Yayasan Infak Dakwah Center.
Bank BCA, No.Rek: 631.0230.497 a.n Budi Haryanto (Bendahara IDC)
CATATAN:
Demi kedisiplinan amanah dan untuk memudahkan penyaluran agar tidak bercampur dengan program lainnya, tambahkan nominal Rp 9.000 (sembilan ribu rupiah). Misalnya: Rp 1.009.000,- Rp 509.000,- Rp 209.000,- Rp 109.000,- 59.000,- dan seterusnya.
Laporan penyaluran dana akan disampaikan secara online di: infaqdakwahcenter.com.
Target donasi sebesar 50 juta rupiah, insya Allah disalurkan untuk santunan, kontrakan rumah, beasiswa dan bantuan modal usaha. Bila biaya program ini sudah tercukupi/selesai, maka donasi dialihkan untuk membantu anak-anak yatim, muallaf dan program IDC lainnya.
Info: 08122.700020
Video: https://www.youtube.com/watch?v=zpACPDeJr3Q
Sumber :
http://ift.tt/2kKmFnY
Pria asal Timor ini meninggalkan seorang istri, 6 anak yatim dan kedua mertua yang sudah menjadi satu aqidah Islam.
Kondisi keluarga yatim muallaf ini sangat mengenaskan, serba kekurangan. Hidup ditopang sang kakek yang renta dan sakit-sakitan, mereka tinggal di kontrakan sempit dan kumuh.
Ayo bantu beasiswa dan modal usaha untuk merajut masa depan Islam dari jiwa-jiwa yatim muallaf ini.
JAKARTA, Infaq Dakwah Center (IDC) – Dengan wajah sumringah, Relawan IDC melakukan blusukan ke rumah keluarga muallaf yang berstatus yatim dan dhuafa di kawasan Srenseng Sawah Jagakarsa, Jakarta Selatan. Kali ini didampingi sang pelapor, Ustadz Insan LS Wenseslaus Mokoginta, tokoh muallaf nasional dan pakar kristologi terkemuka.
Masya Allah, setelah menyusuri beberapa gang, Relawan IDC tiba di rumah berukuran 3x7 meter. Rumah kontrakan kumuh ini dihuni oleh dua keluarga yang terdiri dari 9 muallaf, di antaranya 6 anak yatim.
Anak-anak ini menjadi yatim setelah sang ayah, Ganda Korwa (37) berpulang menghadap Ilahi pada bulan Februari 2016. Almarhum adalah pria asal Indonesia Timur mantan penganut Kristen taat yang pernah menjadi anggota polisi.
Alhamdulillah, ia mendapat hidayah Allah dan mengikrarkan dua kalimat syahadat bersama seluruh keluarganya. Wafat sebagai seorang Muslim, Ganda Korwa meninggalkan seorang istri Inge Fransiska Natalia Kawengian (34), beserta enam orang anak: Ricky Petrus Cornelius Kawengian (15 th), Agnes Korwa (12 th), Marcello Korwa (10 th), Angeline Korwa (7 th), Michella Korwa (6 th), dan Indira Korwa (1 th).
...Seberapapun infaq yang diberikan, akan membuka peluang masuk surga bersama Rasulullah SAW sedekat dua jari...
Sepeninggal Ganda Korwa, tak ada lagi penopang yang mencari nafkah untuk menyambung hidup keluarga. Kini sang kakek, Harry Kawengian (57), mau tidak mau harus menjadi tulang punggung keluarga yang menghidupi anak cucunya. Beban yang harus ditanggungnya pun makin berat karena sang istri, Sa’diyah (52) juga sakit-sakitan.
Pria Manado yang mulai renta itu tak bisa menikmati usia tuanya untuk beristirahat santai. Meski kemiskinan menjadi ujian berat dalam hidupnya, ia tak mau membiarkan enam cucunya dililit kelaparan dan kebodohan. Mereka adalah harapan di masa depan!!
Tak peduli kondisi sakit jantungnya sering kambuh, Harry Kawengian berusaha sekuat tenaga mengais rezeki sebagai tukang parkir dan penjual kopi keliling. Suasana hujan dan panas diterjangnya demi menyekolahkan Ricky yang menginjak SMA, Agnes di SMP, Marcello dan Angeline di bangku SD. Kalau sedang mujur, ia bisa memboyong 30-50 ribu rupiah perhari.
Penghasilan itu tentu jauh dari cukup bila digunakan untuk makan sehari-hari, membayar kontrakan 600 ribu rupiah perbulan, listrik 200 ribu rupiah perbulan, dan biaya sekolah para cucunya yang mencapai Rp 1,2 juta setiap bulan.
SERING DIGODA SUPAYA MURTAD KE KRISTEN LAGI
Sejak hijrah meninggalkan Kristen, pahit getir kehidupan terus dilakoni Harry bersama istri dan 6 cucu yatimnya. Di saat kondisi sedang terpuruk dan butuh bantuan, berulang kali keluarga besarnya menawarkan berbagai jaminan harta bila Harry dan anak cucunya putar haluan menjadi Kristen lagi. Tapi sejengkal pun mereka mundur ke belakang, demi memegang teguh dua kalimat syahadat yang sudah diikrarkan.
“Datang satu keluarga, mereka bilang ‘udah lebih baik ngana kembali lagi, ikut lagi datang ke gereja kebaktian. Saya jawab: “Ah, nggak deh tante, kita nggak bisa kalau begitu. Kita nggak bisa lagi menduakan Tuhan. Saya takut nanti dosa saya tambah lebih besar, tambah berdosa lagi saya nantinya. Saya ingin diri saya bila nanti mati bisa masuk surga,” ungkapnya kepada Relawan IDC di rumahnya, Rabu (3/8) lalu.
Ketegaran sang kakek mendapat dukungan para cucunya. Ricky Petrus, putra sulung almarhum Ganda Korwa, berusaha tegar meski ia tak lagi merasakan belai kasih sayang seorang ayah. Sang putra sulung itu yang menginjak bangku SMA itu bertekad menyelesaikan pendidikannya, bahkan jika mampu ia ingin melanjutkan hingga bangku kuliah di perguruan tinggi, agar kelak mendapat pekerjaan yang layak dan bisa membantu ekonomi keluarganya.
Harry bersama istri, anak dan enam cucunya tinggal di sebuah kontrakan sempit. Di rumah berukuran 3x7 meter ini difungsikan menjadi ruang tamu, kamar tidur, dapur jadi satu, untuk tempat aktivitas harian 9 orang. Tak terbayang bagaimana mereka bisa tidur di ruangan sesempit itu.
Inge Fransiska Kawengian, istri almarhum Ganda Korwa mengaku masih bisa bertahan jika untuk makan sehari-hari. Namun, ia tak sanggup memenuhi biaya sekolah anak-anaknya.
"Kalau untuk makan kami sembilan orang, kami masih bisa bertahan dengan uang hasil usaha parkir kakek, tapi anak-anak butuh sekolah, butuh pendidikan,” ujarnya kepada Relawan IDC.
...Dalam kondisi sangat terpuruk, berulang kali keluarga besarnya menawarkan bantuan dengan syarat balik menjadi Kristen lagi. Sejengkal pun mereka tak bergeming demi dua kalimat syahadat...
Dalam kunjungan itu, Relawan IDC mendata berbagai kebutuhan darurat keluarga yatim muallaf almarhum Ganda Korwa yang cukup berat. Di antaranya biaya kontrakan dan biaya sekolah yang menunggak beberapa bulan. Anak kedua membutuhkan biaya Rp 2.425.000 untuk biaya masuk SMP. Sedangkan pertama membutuhkan biaya sebesar Rp 6.610.000 masuk sekolah SMA dan menebus ijazah SMP.
Harry sudah berusaha untuk meminta keringanan dari pihak sekolah, mengingat cucu-cucunya adalah muallaf yang berstatus yatim. Tapi upayanya menemui jalan buntu alias tidak dikabulkan.
Setelah kunjungan pertama hingga berita ini ditulis, IDC telah menyalurkan donasi umat untuk melunasi berbagai hutang/tunggakan, biaya pengobatan, khitan/sunatan, beasiswa dan santunan bulanan. Anggaran rutin selama ini mencapai 3 juta hingga 7 juta perbulan.
Untuk memaksimalkan bantuan agar lebih produktif, IDC akan mengupayakan bantuan modal usaha warung di tempat yang strategis, pindah kontrakan ke rumah yang lebih sehat dan beasiswa penuh selama setahun ke depan.
PEDULI KASIH MUALLAF YANG SEKALIGUS YATIM
Allah Ta’ala menunjuk muallaf dan fakir miskin sebagai salah satu asnaf yang berhak menerima zakat. Istri dan anak-anak keluarga almarhum Ganda Korwa otomatis sangat berhak menerima zakat karena menyandang status muallaf dan yatim faqir miskin.
إِنَّمَا الصَّدَقَاتُ لِلْفُقَرَاءِ وَالْمَسَاكِينِ وَالْعَامِلِينَ عَلَيْهَا وَالْمُؤَلَّفَةِ قُلُوبُهُمْ وَفِي الرِّقَابِ وَالْغَارِمِينَ وَفِي سَبِيلِ اللَّهِ وَابْنِ السَّبِيلِ فَرِيضَةً مِنَ اللَّهِ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ
“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana” (Qs At-Taubah 60).
Uluran tangan dan kepedulian kaum Muslimin kepada keluarga yatim muallaf insya Allah memiliki banyak keutamaan, kebaikan dan manfaat baik bagi donatur maupun keluarga yatim yang dibantu.
Bagi keluarga yatim yang dibantu, infaq akan menjadi solusi mujarab untuk melahirkan 6 generasi pejuang Islam, memutus mata rantai kemiskinan dan menghapus keterbelakangan umat menuju izzul Islam wal Muslimin.
Sementara bagi para donatur, berapapun infaq yang diberikan, akan mendatangkan keberkahan, melimpahkan rezeki, membersihkan harta, mensucikan jiwa, menolak bencana, dan membuka peluang masuk surga bersama Rasulullah SAW sedekat dua jari:
أَنَا وَكَافِلُ الْيَتِيمِ فِي الْجَنَّةِ كَهَاتَيْنِ، يُشِيرُ بِإِصْبَعَيْهِ
“Aku dan pengasuh anak yatim kelak di surga seperti dua jari ini” (HR Bukhari). Rasulullah SAW bersabda demikian sambil menunjukkan jari telunjuk dan jari tengah dan merapatkan keduanya.
Infaq untuk membantu keluarga yatim muallaf ini bisa disalurkan dalam program Peduli Kasih Muallaf:
Bank Muamalat, No.Rek: 34.7000.3005 a.n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
Bank BNI Syariah, No.Rek: 293.985.605 a.n: Infaq Dakwah Center.
Bank Mandiri Syar’iah (BSM), No.Rek: 7050.888.422 a.n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
Bank Mandiri, No.Rek: 156.000.728.7289 a.n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
Bank BRI, No.Rek: 0139.0100.1736.302 a.n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
Bank CIMB Niaga, No.Rek: 675.0100.407.006 a.n Yayasan Infak Dakwah Center.
Bank BCA, No.Rek: 631.0230.497 a.n Budi Haryanto (Bendahara IDC)
CATATAN:
Demi kedisiplinan amanah dan untuk memudahkan penyaluran agar tidak bercampur dengan program lainnya, tambahkan nominal Rp 9.000 (sembilan ribu rupiah). Misalnya: Rp 1.009.000,- Rp 509.000,- Rp 209.000,- Rp 109.000,- 59.000,- dan seterusnya.
Laporan penyaluran dana akan disampaikan secara online di: infaqdakwahcenter.com.
Target donasi sebesar 50 juta rupiah, insya Allah disalurkan untuk santunan, kontrakan rumah, beasiswa dan bantuan modal usaha. Bila biaya program ini sudah tercukupi/selesai, maka donasi dialihkan untuk membantu anak-anak yatim, muallaf dan program IDC lainnya.
Info: 08122.700020
Video: https://www.youtube.com/watch?v=zpACPDeJr3Q
Sumber :
http://ift.tt/2kKmFnY
Tidak ada komentar:
Posting Komentar