“Setelah Aksi Bela Islam 212 yang menghadirkan jutaan orang, umat seolah disadarkan kekuatan berjamaah. Perbedaan pendapat dalam furuiyyah tak lagi penting. Kini semua bergandengan tangan menyongsong kembalinya masa kejayaan. Termasuk kejayaan Ekonomi Islam”
Jakarta,- Azan ashar berkumandang, seluruh aktifitas di 212 Mart yang berlokasi di Taman Yasmin Sektor VI Kota Bogor dihentikan sejenak, semua beranjak naik ke lantai dua untuk melaksanakan salat berjamaah.
“Selama waktu salat, minimarket 212 tutup 10 sampai 15 menit. Jika ada pelanggan, maka akan diselesaikan dulu. Namun, jika belum selesai, pelanggan akan diajak salat berjamaah di lantai atas,” kata manajer toko 212 Mart, Ilham kepada AHAD.CO.ID, Kamis (15/6).
Mendahulukan salat jadi aturan utama di 212 Mart yang beroperasi sejak 6 Mei 2017, namun peresmiannya baru dilakukan pada 10 Mei 2017. Alasannya sederhana, selain berharap keberkahan, dengan salat tepat waktu maka semua urusan akan terbiasa diselesaikan tepat waktu juga.
Berdirinya 212 Mart ditunjuk oleh Koperasi Syariah 212. Setiap wilayah terdapat pengelola yang ditunjuk koperasi untuk mengakomodir. Di Bogor sendiri terdapat dua manajemen: 212 Yasmin dan 212 di Atang Sanjaya.
Biaya pendirian minimarket 212 dikumpulkan secara berjamaah dari dana umat. Aturannya tidak boleh ada pemegang saham terbesar. Dana investasi individu dibatasi jumlahnya, maksimal 5 juta per orang. Selain investasi uang, ada pula yang wakaf. Di Yasmin ada 80 investor dan 20 orang pengurus.
Ilham mengatakan, selama satu bulan beroperasi, margin keuntungan belum memenuhi target. Namun berbicara prospek, Ilham optimistis karena komunitas muslim di Kota Bogor yang menjadi target utama cukup banyak.
Syiar Islam: Pembentukan Karakter dan Ekonomi Muslim
212 Mart Yasmin menjual berbagai produk UKM. Saat AHAD.CO.ID berkunjung, ada produk pembersih lantai dan pakaian buatan UKM yang dijual. “Hal ini juga membedakan minimarket 212 Yasmin dengan minimarket 212 lainnya karena tidak semuanya menjual produk UKM,” terang Ilham.
Ada barang yang terlarang dijual di 212 Mart: rokok, alat kontrasepsi, dan minuman beralkohol. Menariknya tidak hanya barang-barang yang jelas haram, barang yang tidak thayib (baik) juga tidak dijual, misalnya minuman ringan bersoda. Kendati minuman bersoda halal, namun dianggap tidak thayib untuk kesehatan.
“Untuk minimarket 212 Yasmin, stok barang disuplai dari SB Mart yang bekerja sama dengan Koperasi Syariah 212. Saat ini ada lebih dari 1.000 item yang dijual di minimarket 212 Yasmin,” kata Ilham.
Lebih lanjut dia menjelaskan, konsep marketing berbasis syariah yang diusung 212 Mart mengutamakan nilai-nilai Islami, seperti tidak berbohong, harga harus jelas serta bersaing walaupun bukan termurah murah. AHAD.CO.ID mendapati harga teh kemasan kecil lebih murah Rp 300 dibanding di minimarket lain yang djual seharga Rp 3.200.
Karena yang diutamakan 212 Mart syiar Islam, maka pendekatan yang dibangun adalah pembentukan karakter. Misalnya dengan membangun salat tepat waktu dan semua kasir laki-laki. Selain itu, 212 Mart menurut Ilham salah satu ikhtiar untuk memperkuat sektor ekonomi muslim.
“Diharapkan dengan hadirnya minimarket 212, dapat memacu pengusaha-pengusaha muda muslim untuk menelurkan produk halalan thayiban yang pangsa pasarnya dikuasai muslim,” kata Ilham.
Pengamat Ekonomi, Aviliani menyarankan 212 Mart harus mulai dengan model bagi hasil dalam pengembangan bisnis ritel dan lainnya. Karena Aviliani menilai saat ini pengelola bisnis atau usaha bisnis syariah yang menjalankan sistem bagi hasil baru Hotel Sofyan dan rumah makan Padang Sederhana.
”Nah, 212 Mart ini dengan mengedepankan sistem syariah harus mengedepankan sistem bagi hasil kepada anggotanya dari keuntungan yang diraih,” ujarnya seperti dikutip dari laman resmi Koperasi Syariah 212.
Apalagi, lanjut dia, saat ini di negara manapun sedang mengembangkan sistem syariah. Menurut Aviliani, sistem syariah membuat termotivasi untuk berkembang. Karena ada sistem bagi hasil selain fixed income.
”Misalnya, rajin belanja di 212 Mart, banyak untungnya dapat bonus dan berkah. Sistem bagi hasil ini dikembangkan lebih baik akan menjadi contoh buat yang lainnya,” ujar Aviliani.
Umat Harus Berdaulat, Kuasai Pasar Ekonomi
Manajer PT Hydro Perdana Retailindo, Ahmad Zaky menegaskan bisnis kebutuhan pokok adalah bisnis yang paling dasar. Pasarnya sangat besar. “Kalau 250 juta penduduk Indonesia kebutuhannya 500 ribu perbulan, maka potensinya kurang lebih Rp 1500 triliun,” kata Zaky saat berbincang dengan AHAD.CO.ID, Selasa (13/6).
Saat ini kepemilikan bisnis kebutuhan pokok biasanya hanya dikuasai segelintir orang. “Kami ingin bisnis ini dikembalikan lagi ke umat, agar umat bisa menguasai ekonomi yang paling mendasar ini,” kata dia.
Menurut Zaky, Minimarket Sodaqo, 212 Mart, Kitamart semua barangnya disediakan dari PT. Hydro Perdana Retailindo. Perusahaan distributor itu sendiri merupakan joint venture Presiden Direktur PT Hydro Perdana Retailindo, Syahru Aryansyah dengan Global Islamic Philanthropy yang membawahi Global Wakaf, Global Zakat, dan Aksi Cepat Tanggap (ACT).
“Tapi 70% saham PT. Hydro sudah diwakafkan, jadi sebenarnya PT. Hydro ini milik umat. Karena itu, visi bisnisnya harus hati-hati sekali, harus bisa amanah, terpercaya, istiqamah, professional intinya,” jelas Zaky.
Bisnis ini menurutnya terkait dengan jumlah outlet, karena itu harus berjamaah. Yang penting bagi bisnis consumer goods adalah memberikan produk yang lengkap, yang menjadi kebutuhan umat, dengan harga murah.
Agar mendapatkan harga yang murah, minimarket harus punya jumlah pembelian yang besar ke supplier. Akhirnya dibutuhkan 1 distribution center, sehingga pembelian di minimarket-minimarket dikoordinir oleh 1 distribution center.
“Kalau sendiri-sendiri, pembelian tidak akan bisa besar. Tapi dengan berjamaah, pembelian jadi lebih banyak, dan bargaining position ke supplier lebih besar. Harga jadi lebih murah,” terangnya.
Jika perusahaan retail konvensional menggunakan konsep franchise, maka PT Hydro mengagagas konsep sharing ekonomi. Outlet tidak hanya dimiliki satu orang yang punya uang. “Tapi, bagaimana komunitas, society, masyarakat bisa memiliki outlet bersama-sama,” katanya.
Zaky mengaku banyak yang menawarkan investasi besar untuk langsung membuat 1000 toko atau 100 distribution center. “Kami tidak mau. Kami ingin bisnis ini dimiliki umat. Kami ingin cepat, tapi tidak mau individual. Tetap harus bersama-sama umat,” ungkapnya.
Hal tersebut diamini Presiden Direktur PT Hydro Perdana Retailindo, Syahru Aryansyah. Menurutnya modal tidak hanya dari konglomerat, bahkan tidak harus dari institusi keuangan konvensional. “Kapital itu ada di masyarakat dengan cara melibatkan mereka, tidak hanya menjadi objek. Jangan biarkan mereka hanya menjadi market kita,” katanya kepada AHAD.CO.ID.
Bisnis ini menurut Syahru memiliki tujuan jangka panjang: visi akhirat. “Yang kita bawa mati adalah apa yang kita berikan untuk umat, bukan yang kita simpan untuk anak-cucu kita. Semangatnya ke sana,” tegasnya.
Usaha Agar Warung-Warung Tradisional Naik Kelas
Syahru juga menjelaskan, salah satu motivasi PT Hydro bermain di bisnis retail untuk menyelamatkan warung-warung tradisional yang lama-lama akan mati dimakan modernitas. Jumlah warung di Indonesia ada 3,3 juta. Jumlah ini akan turun karena pasar-pasar modern; hypermarket, supermarket, dan minimarket akan memakan mereka.
“Makanya, kami ingin menjamaahkan mereka. Tidak hanya membuka toko baru, tapi mereka kita upgrade supaya naik kelas,” kata Syahru.
Caranya dengan mengajak para pemilik warung bergabung. Berjamaah membuka toko retail. Sehingga mereka naik kelas menjadi pebisnis, tidak hanya pedagang.
“Enterpreneur pasti akan melahirkan pengusaha baru dan akan membuka lapangan kerja. Terbayang kalau ada jutaan warung yang kami convert, ribuan toko baru yang akan kami buka, berapa banyak masyarakat yang akan menjadi enterpreneur dan berapa banyak yang bisa ditampung sebagai pekerjanya,” katanya berapi-api.(dm).
Sumber :
http://ift.tt/2xYeGK4
KETERANGAN LENGKAP KUNJUNGI :
http://ift.tt/2l7OJS3
Jakarta,- Azan ashar berkumandang, seluruh aktifitas di 212 Mart yang berlokasi di Taman Yasmin Sektor VI Kota Bogor dihentikan sejenak, semua beranjak naik ke lantai dua untuk melaksanakan salat berjamaah.
“Selama waktu salat, minimarket 212 tutup 10 sampai 15 menit. Jika ada pelanggan, maka akan diselesaikan dulu. Namun, jika belum selesai, pelanggan akan diajak salat berjamaah di lantai atas,” kata manajer toko 212 Mart, Ilham kepada AHAD.CO.ID, Kamis (15/6).
Mendahulukan salat jadi aturan utama di 212 Mart yang beroperasi sejak 6 Mei 2017, namun peresmiannya baru dilakukan pada 10 Mei 2017. Alasannya sederhana, selain berharap keberkahan, dengan salat tepat waktu maka semua urusan akan terbiasa diselesaikan tepat waktu juga.
Berdirinya 212 Mart ditunjuk oleh Koperasi Syariah 212. Setiap wilayah terdapat pengelola yang ditunjuk koperasi untuk mengakomodir. Di Bogor sendiri terdapat dua manajemen: 212 Yasmin dan 212 di Atang Sanjaya.
Biaya pendirian minimarket 212 dikumpulkan secara berjamaah dari dana umat. Aturannya tidak boleh ada pemegang saham terbesar. Dana investasi individu dibatasi jumlahnya, maksimal 5 juta per orang. Selain investasi uang, ada pula yang wakaf. Di Yasmin ada 80 investor dan 20 orang pengurus.
Ilham mengatakan, selama satu bulan beroperasi, margin keuntungan belum memenuhi target. Namun berbicara prospek, Ilham optimistis karena komunitas muslim di Kota Bogor yang menjadi target utama cukup banyak.
Syiar Islam: Pembentukan Karakter dan Ekonomi Muslim
212 Mart Yasmin menjual berbagai produk UKM. Saat AHAD.CO.ID berkunjung, ada produk pembersih lantai dan pakaian buatan UKM yang dijual. “Hal ini juga membedakan minimarket 212 Yasmin dengan minimarket 212 lainnya karena tidak semuanya menjual produk UKM,” terang Ilham.
Ada barang yang terlarang dijual di 212 Mart: rokok, alat kontrasepsi, dan minuman beralkohol. Menariknya tidak hanya barang-barang yang jelas haram, barang yang tidak thayib (baik) juga tidak dijual, misalnya minuman ringan bersoda. Kendati minuman bersoda halal, namun dianggap tidak thayib untuk kesehatan.
“Untuk minimarket 212 Yasmin, stok barang disuplai dari SB Mart yang bekerja sama dengan Koperasi Syariah 212. Saat ini ada lebih dari 1.000 item yang dijual di minimarket 212 Yasmin,” kata Ilham.
Lebih lanjut dia menjelaskan, konsep marketing berbasis syariah yang diusung 212 Mart mengutamakan nilai-nilai Islami, seperti tidak berbohong, harga harus jelas serta bersaing walaupun bukan termurah murah. AHAD.CO.ID mendapati harga teh kemasan kecil lebih murah Rp 300 dibanding di minimarket lain yang djual seharga Rp 3.200.
Karena yang diutamakan 212 Mart syiar Islam, maka pendekatan yang dibangun adalah pembentukan karakter. Misalnya dengan membangun salat tepat waktu dan semua kasir laki-laki. Selain itu, 212 Mart menurut Ilham salah satu ikhtiar untuk memperkuat sektor ekonomi muslim.
“Diharapkan dengan hadirnya minimarket 212, dapat memacu pengusaha-pengusaha muda muslim untuk menelurkan produk halalan thayiban yang pangsa pasarnya dikuasai muslim,” kata Ilham.
Pengamat Ekonomi, Aviliani menyarankan 212 Mart harus mulai dengan model bagi hasil dalam pengembangan bisnis ritel dan lainnya. Karena Aviliani menilai saat ini pengelola bisnis atau usaha bisnis syariah yang menjalankan sistem bagi hasil baru Hotel Sofyan dan rumah makan Padang Sederhana.
”Nah, 212 Mart ini dengan mengedepankan sistem syariah harus mengedepankan sistem bagi hasil kepada anggotanya dari keuntungan yang diraih,” ujarnya seperti dikutip dari laman resmi Koperasi Syariah 212.
Apalagi, lanjut dia, saat ini di negara manapun sedang mengembangkan sistem syariah. Menurut Aviliani, sistem syariah membuat termotivasi untuk berkembang. Karena ada sistem bagi hasil selain fixed income.
”Misalnya, rajin belanja di 212 Mart, banyak untungnya dapat bonus dan berkah. Sistem bagi hasil ini dikembangkan lebih baik akan menjadi contoh buat yang lainnya,” ujar Aviliani.
Umat Harus Berdaulat, Kuasai Pasar Ekonomi
Manajer PT Hydro Perdana Retailindo, Ahmad Zaky menegaskan bisnis kebutuhan pokok adalah bisnis yang paling dasar. Pasarnya sangat besar. “Kalau 250 juta penduduk Indonesia kebutuhannya 500 ribu perbulan, maka potensinya kurang lebih Rp 1500 triliun,” kata Zaky saat berbincang dengan AHAD.CO.ID, Selasa (13/6).
Saat ini kepemilikan bisnis kebutuhan pokok biasanya hanya dikuasai segelintir orang. “Kami ingin bisnis ini dikembalikan lagi ke umat, agar umat bisa menguasai ekonomi yang paling mendasar ini,” kata dia.
Menurut Zaky, Minimarket Sodaqo, 212 Mart, Kitamart semua barangnya disediakan dari PT. Hydro Perdana Retailindo. Perusahaan distributor itu sendiri merupakan joint venture Presiden Direktur PT Hydro Perdana Retailindo, Syahru Aryansyah dengan Global Islamic Philanthropy yang membawahi Global Wakaf, Global Zakat, dan Aksi Cepat Tanggap (ACT).
“Tapi 70% saham PT. Hydro sudah diwakafkan, jadi sebenarnya PT. Hydro ini milik umat. Karena itu, visi bisnisnya harus hati-hati sekali, harus bisa amanah, terpercaya, istiqamah, professional intinya,” jelas Zaky.
Bisnis ini menurutnya terkait dengan jumlah outlet, karena itu harus berjamaah. Yang penting bagi bisnis consumer goods adalah memberikan produk yang lengkap, yang menjadi kebutuhan umat, dengan harga murah.
Agar mendapatkan harga yang murah, minimarket harus punya jumlah pembelian yang besar ke supplier. Akhirnya dibutuhkan 1 distribution center, sehingga pembelian di minimarket-minimarket dikoordinir oleh 1 distribution center.
“Kalau sendiri-sendiri, pembelian tidak akan bisa besar. Tapi dengan berjamaah, pembelian jadi lebih banyak, dan bargaining position ke supplier lebih besar. Harga jadi lebih murah,” terangnya.
Jika perusahaan retail konvensional menggunakan konsep franchise, maka PT Hydro mengagagas konsep sharing ekonomi. Outlet tidak hanya dimiliki satu orang yang punya uang. “Tapi, bagaimana komunitas, society, masyarakat bisa memiliki outlet bersama-sama,” katanya.
Zaky mengaku banyak yang menawarkan investasi besar untuk langsung membuat 1000 toko atau 100 distribution center. “Kami tidak mau. Kami ingin bisnis ini dimiliki umat. Kami ingin cepat, tapi tidak mau individual. Tetap harus bersama-sama umat,” ungkapnya.
Hal tersebut diamini Presiden Direktur PT Hydro Perdana Retailindo, Syahru Aryansyah. Menurutnya modal tidak hanya dari konglomerat, bahkan tidak harus dari institusi keuangan konvensional. “Kapital itu ada di masyarakat dengan cara melibatkan mereka, tidak hanya menjadi objek. Jangan biarkan mereka hanya menjadi market kita,” katanya kepada AHAD.CO.ID.
Bisnis ini menurut Syahru memiliki tujuan jangka panjang: visi akhirat. “Yang kita bawa mati adalah apa yang kita berikan untuk umat, bukan yang kita simpan untuk anak-cucu kita. Semangatnya ke sana,” tegasnya.
Usaha Agar Warung-Warung Tradisional Naik Kelas
Syahru juga menjelaskan, salah satu motivasi PT Hydro bermain di bisnis retail untuk menyelamatkan warung-warung tradisional yang lama-lama akan mati dimakan modernitas. Jumlah warung di Indonesia ada 3,3 juta. Jumlah ini akan turun karena pasar-pasar modern; hypermarket, supermarket, dan minimarket akan memakan mereka.
“Makanya, kami ingin menjamaahkan mereka. Tidak hanya membuka toko baru, tapi mereka kita upgrade supaya naik kelas,” kata Syahru.
Caranya dengan mengajak para pemilik warung bergabung. Berjamaah membuka toko retail. Sehingga mereka naik kelas menjadi pebisnis, tidak hanya pedagang.
“Enterpreneur pasti akan melahirkan pengusaha baru dan akan membuka lapangan kerja. Terbayang kalau ada jutaan warung yang kami convert, ribuan toko baru yang akan kami buka, berapa banyak masyarakat yang akan menjadi enterpreneur dan berapa banyak yang bisa ditampung sebagai pekerjanya,” katanya berapi-api.(dm).
Sumber :
http://ift.tt/2xYeGK4
KETERANGAN LENGKAP KUNJUNGI :
http://ift.tt/2l7OJS3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar