1. Syeikh Yusuf Estes (Mantan Pendeta yang taat)
Tak sedikit yang bertanya-tanya soal keputusan pendeta Yusuf Estes memeluk Islam.
Apalagi di tengah pembicaraan negatif tentang Islam dan muslim.
“Banyak orang ingin tahu, bahkan mempertanyakan secara detail mengapa saya memeluk Islam,” ujar Estes.
Estes lahir dari keluarga Kristen yang taat di Midwest, Amerika Serikat. Keluarganya secara turun temurun membangun gereja dan sekolah di AS. Ia menempuh pendidikan dasar di Houston, Texas. Semasa kecil, ia selalu menghadiri gereja secara teratur.
Ia dibaptis pada usia 12 tahun di Pasadena, Texas. Keingintahuannya yang besar terkait ajaran Kristen membuatnya ingin mengunjungi gereja-gereja lain. Ia datangi gereja Metodis, Episkopal. Nazareth, Agape, Presbyterian dan lainnya. Tak hanya itu, Estes juga mempelajari agama lain seperti Hindu, Yahudi, dan Buddha.
“Saya tidak menaruh perhatian serius pada Islam. Inilah yang banyak ditanyakan oleh teman-temanku,” kenang dia.
Tak hanya tertarik dengan agama, Estes juga menaruh perhatian pada musik, utamanya musik klasik. Kebetulan, keluarganya gemar menikmati musik. Ia bahkan menjadi pengajar Keyboard pada tahun 1960 dan tiga tahun kemudian memiliki studio sendiri di Laurel, Maryland. Seiring berlalunya waktu, bisnis yang digeluti Estes terus berkembang.
Bersama ayahnya, ia membuat program hiburan dan atraksi. Ia juga membuka toko piano dan organ sepanjang jalan dari Texas, Oklahoma dan Florida. Dari bisnis itu, Estes memperoleh pendapatan hingga jutaan dolar AS. Tapi ada satu hal yang mengganjal.
Pikirannya tidak merasa tenang. “Mengapa Tuhan menciptakan aku? Apa yang Tuhan inginkan? Tapi di agamaku terdahulu, siapa pun harus percaya tanpa perlu bertanya,” tuturnya.
Satu hal yang membuat Estes merasa aneh adalah tidak terdapat kata “trinitas” dalam Injil. Masalah itu, kata dia, telah menjadi perhatian selama dua abad. Ia pernah mempertanyakan masalah ini kepada para pendeta. Nyatanya, tidak ada jawaban yang logis. Sebaliknya, terlalu banyak analogi dan pendapat yang aneh. Untuk sementara pikiran itu teralihkan oleh kesibukannya dalam mengurusi bisnis.
Bisnis Estes terus berkembang, kali ini ia memproduksi lagu-lagu pujian dan mendistribusikannya secara gratis kepada pensiunan, rumah sakit dan panti jompo. “Memberikan siraman rohani kepada orang lain membuatku lupa dengan keraguan yang kualami,” ungkapnya.
Diawal 1991, bisnis Estes mulai merambah keluar negeri. Negara pertama yang ia kunjungi adalah Mesir.
Di negeri Piramida, Estes bertemu dengan seorang pria Muslim. Satu hal yang ada di pikiran Estes tentang Muslim, “teroris”. Estes tidak percaya ia harus berhubungan dengan sosok yang begitu ia benci.
“Mereka tidak percaya kepada Tuhan. Mereka adalah penyembah kotak hitam di padang pasir. Mereka cium tanah lima sehari. Sial, saya tidak ingin bertemu dengan mereka,” kata Estes menirukan ucapannya dahulu saat tiba pertama kali di Mesir.
Sikap Estes akhirnya luluh, ketika ayahnya menjelaskan sosok yang bakal ditemui. Ayahnya mengatakan calon klien yang akan ditemui memiliki kepribadian yang baik. Tapi alasan yang paling diterima Estes adalah rencana ayahnya untuk mengkristenkan setiap Muslim. “Itulah alasan kuat yang akhirnya membuat saya mau bertemu dengan pria Muslim itu,” ucapnya.
Akhirnya, Estes dan ayahnya bertemu dengan pria Muslim itu setelah kebaktian. Dengan sikap jumawa, Estes memegang erat Injil di tangannya. Ia bawa salib dengan tampilan mengilap. Detik-detik bertemu dengan kliennya itu, Estes terkejut.
“Orang ini sangat hangat. Mereka ramah sekali,” kenang Estes ketika bertemu pertama kali dengan pria tersebut. Penampilan pria ini seperti kebanyakan masyarakat Arab. Mereka kenakan jubah panjang, bersorban, dan berjanggut. Bedanya, pria ini tidak memiliki rambut.
Berikut dialog Estes dan Pria itu:
Estes: Apakah anda percaya pada Tuhan?
Pria Muslim: Ya
Estes: Apakah anda percaya Adam dan Hawa?
Pria Muslim: Ya
Estes: Bagaimana dengan Ibrahim, anda percaya kepadanya dan bagaimana ia mencoba mengorbankan putranya untuk Allah?
Pria Muslim: Ya
Estes: Bagaimana dengan Musa? Sepuluh perintah Tuhan? Membelah Laut Merah?
Pria Muslim: Ya
Estes: Bagaimana dengan nabi lain; Daud, Sulaiman dan Yunus?
Pria Muslim: Ya
Estes: Apakah anda percaya dalam Alkitab?
Pria Muslim: Ya
Estes: Apakah anda percaya pada Yesus? Bahwa ia adalah Mesiah (utusan) Allah?
Pria Muslim: Ya.
“Aku merasa lebih mudah. Ia (Muslim) siap dibaptis, hanya saja ia tidak tahu apa yang akan saya lakukan,” kata Estes.
Perbincangan itu sempat membuat Estes terkejut. Ternyata seorang Muslim percaya pada Injil.Tapi dirinya baru tahu kalau keimanan Muslim terhadap Yesus hanya sebatas utusan Allah, lahir tanpa ayah, tengah berada di langit bersama pencipta-Nya dan akan turun ketika akhir zaman tiba.
Estes tak berhenti bertanya kepada pria Muslim itu. Ia bertanya banyak hal. Dalam pikiran Estes, ada kepercayaan diri tinggi bahwa pria Muslim itu bakal menjadi penganut Kristen yang taat.Lalu bisnisnya bakal berkembang lebih dari yang dibayangkan.
“Saya minta kepada ayah untuk segera mempercepat bisnis dengan pria Muslim ini,” kata dia.
Sebelum tercapai kata sepakat, Estes mulai menjalani tugasnya sebagai misionaris. Ia temui orang miskin, lalu berbicara dengan tentang konsep ketuhanan dalam Kristen. Ia juga mengunjungi sesama pendeta dan penginjil di seluruh negara bagian Texas.
Suatu hari, ada salah seorang temannya yang mengalami serangan jantung, dan harus pergi ke Rumah Sakit Veteran. Estes mengunjunginya beberapa kali dalam sepekan. Ketika bertemu dengan kerabatnya itu, ia bertemu dengan salah seorang pasien lain yang tengah duduk dengan kursi roda.
Estes melihat pria itu begitu kesepian dan depresi. “Saya temani dia sembari mengisahkan cerita Yunus. Intinya, saya coba memberitahunya bahwa kita tidak bisa lari dari masalah karena kita sebenarnya tahu apa yang harus dikerjakan. Yang lebih penting lagi, Tuhan tahu apa yang dilakukan umatnya,” ujarnya.
Setelah berbagi cerita, pria itu lalu mendongak ke langit, lalu meminta maaf. Pria itu mengatakan kepada Estes soal penyesalan dirinya atas perbuatannya selama ini. Pria itu kemudian mengadu kepada Estes. “Ia berkata padaku, ia seorang imam Katolik. Saya sangat terkejut, apa yang terjadi di dunia ini?” kata Estes heran.
Mendengar kisah pastor itu, Estes mengajaknya tinggal bersama. Dalam perjalanan pulang, Estes dan pastor itu berbicara panjang lebar tentang kepercayaan dalam Islam.
Yang mengejutkan, pastor itu mengakui kebenaran Islam. “Ia tengah mempelajari Islam. Saya sempat terkejut. Inilah masa di mana saya akhirnya mulai menerima Islam,” kenang Estes.
Setibanya di rumah, Estes kembali melanjutkan diskusi bersama pastor itu. Ia bawa Injil James dan Injil lainnya. Ia habiskan waktu sepanjang hari untuk berbicara tentang kebenaran dalam Injil.
Pada satu titik, Estes bertanya pada pastor itu tentang Alquran berikut versi barunya. “Dia mengatakan pada saya, hanya ada satu Alquran. Tidak ada yang berubah dengan Alquran!” tutur Estes.
Melihat Estes penasaran, pastor itu menjelaskan bahwa ratusan bahkan jutaan Muslim yang tersebar di muka bumi, telah menghafal Alquran.
Yang membuat Estes bingung, bagaimana bisa Alquran bisa bertahan sekian abad, sementara kitab sucinya sendiri telah berubah selama ratusan tahun. Bahkan tidak diketahui naskah aslinya. “Jadi, bagaimana bisa Alquran tidak berubah?” tanya Estes heran.
Pada suatu hari, sang pastor meminta Estes untuk mengantarkannya ke masjid. Di sana, Estes baru mengetahui bahwa mereka (Muslim) hanya datang untuk shalat dan pergi kemudian. Ia merasa aneh melihat mereka, yang tak bernyanyi atau menyenandungkan pujian.
Beberapa hari kemudian, pastor itu meminta Estes untuk kembali mengantarkannya ke masjid. Namun, Estes meminta pesuruhnya untuk mengantikan dirinya. Cukup lama pastor itu mengunjungi masjid, hingga memunculkan kekhawatiran Estes.
Tiba-tiba, Estes dikejutkan dengan sosok menggunakan jubah putih dan peci. “Hei, siapa anda? Apakah anda, apakah anda telah menjadi Muslim?” Estes kaget bukan kepalang. Belum selesai dengan rasa terkejutnya dengan keputusan pastor itu memeluk Islam, giliran istrinya yang menyatakan niatnya untuk memeluk Islam. “Saya sangat terkejut. Saya tidak bisa tidur,” kata Estes.
Jelang Subuh, Estes tak lagi mampu menutupi keinginannya untuk memeluk Islam. Ia keluar rumah, lalu menemukan sepotong kayu, ia berdirikan kayu tepat di arah kiblat umat Islam. Dalam hati Estes bertanya, “Ya Tuhan, jika Kau ada di sana, bimbing aku, bimbing aku.”
Beberapa saat kemudian, Estes melihat sesuatu. Ia tidak melihat malaikat atau mendengar sesayup suara. Ia melihat dirinya sudah berubah. Ia melihat dirinya sudah seharusnya menghentikan perbuatan bodoh dan melakukan sesuatu yang licik.
Selanjutnya, Estes membersihkan dirinya. Sekitar pukul 11.00 pagi, ia berdiri di depan dua saksi, salah satunya si mantan pastor —yang dikenal sebagai Bapa Peter Jacob— dan lainnya Abdel Rahman. Estes lalu mengucapkan dua kalimat syahadat.
“Aku bersaksi, tidak ada tuhan selain Allah. Dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah,” ucap Estes mantap. Selanjutnya, giliran sang istri mengucapkan dua kalimat syahadat. Beberapa bulan kemudian, giliran ayah Estes mengucapkan dua kalimat syahadat.
Tak lama setelah ayahnya, giliran ibunya mengakui bahwa Yesus bukanlah anak Tuhan. Ia adalah nabi. “Semoga Allah menerima keimanannya,” kata Estes.
Estes begitu cepat beradaptasi dengan status barunya. Seluruh kegiatan bisnis yang ia lakukan dimodifikasi dengan menjadi medium untuk menyebarkan syiar Islam. Ia juga membangun sekolah-sekolah guna mendidik para Muslim mendalami Alquran. “Semoga Allah membimbing kita menuju kebenaran. Amin,” pungkasnya.
Syeikh Yusuf Estes ini, menguasai bahasa Arab secara aktif, demikian juga ilmu Al-Quran selepas belajar di Mesir, Maroko dan Turki. Sejak 2006, Yusuf Estes secara regular tampil di PeaceTV, Huda TV, demikian pula Islam Channel yang bermarkas di Inggris.
Ia juga muncul dalam serial televisi Islam untuk anak-anak bertajuk “Qasas Ul Anbiya” yang bercerita tentang kisah-kisah para Nabi. Yusuf terlibat aktif di berbagai aktifitas dakwah. Misalnya, ia menjadi imam tetap di markas militer AS di Texas, dai di penjara sejak tahun1994, dan pernah menjadi delegasi PBB untuk perdamaian dunia.
Syekh Yusuf telah meng-Islam-kan banyak kalangan, dari birokrat, guru, hingga pelajar. Berikut kisah Syekh Yusuf sebagaimana dituturkannya di situs [http://www.islamtomorrow.com.]
Nama saya Yusuf Estes. Saat ini dipercaya memimpin sebuah organisasi bagi Muslim asli Amerika. Kini sepanjang hidup saya berikan untuk Islam. Saya berkeliling dunia untuk memberikan ceramah dan berbagi pengalaman bagaimana Islam hadir dalam diri saya. Organisasi kami terbuka untuk berdialog dengan berbagai kalangan. Misalnya para pemuka agama seperti pendeta, rabi (ulama kaum Yahudi-red) dan lainnya dimanapun mereka berada.
2. Zakir Abdul Karim Naik (Dr. Zakir Naik)
Zakir Abdul Karim Naik; lahir di Mumbai 18 Oktober 1965; umur 48 tahun. adalah seorang pembicara umum Muslim India, dan penulis hal-hal tentang Islam dan perbandingan agama.
Secara profesi, ia adalah seorang dokter medis, memperoleh gelar Bachelor of Medicine and Surgery (MBBS) dari Maharashtra, tapi sejak 1991 ia telah menjadi seorang ulama yang terlibat dalam dakwah Islam dan perbandingan agama.
Ia menyatakan bahwa tujuannya ialah membangkitkan kembali dasar-dasar penting Islam yang kebanyakan remaja Muslim tidak menyadarinya atau sedikit memahaminya dalam konteks modernitas.
Zakir Naik mengatakan ia terinspirasi oleh late Ahmed Deedat, (seorang Da’i yang meninggal pada 8 Agustus 2005 yang mana oleh orang Kristen sendiri menganggap meninggalnya akibat kualat karena sering mengolok-olok Kristen, setelah sebelumnya berceramah di Sidney Australia, tentang Paskah.
Dilihat dari Sudut Pandang Islam) Menurut Naik, tujuan dia menggeluti dunia dakwah adalah "berkonsentrasi pada remaja Muslim berpendidikan yang mulai meragukan agamanya sendiri dan merasa agamanya telah kuno, dan kurang PD terhadap agamanya sendiri" dan juga adalah tugas setiap Muslim untuk menghilangkan kesalahpahaman tentang Islam untuk melawan apa yang ia anggap sebagai bias anti-Islam oleh media Barat setelah serangan teroris 11 September 2001 terhadap Amerika Serikat.
Zakir Naik menjelaskan sudut pandang Islam dan membersihkan miskonsepsi tentang Islam, menggunakan Kitab Suci Quran dan hadist sebagai dasar, dalam hubungannya dengan fakta, alasan, logika dan ilmiah. Zakir Naik meluncurkan Peace TV Inggris, pada bulan Januari 2006, dengan lebih dari 100 juta pemirsa dimana 25% adalah NON MUSLIM.
Diantara pendapat-pendapat beliau sungguh mencengangkan publik, bahkan ketika beliau dengan tenang hati mampu mengalahkan lawan debatnya di beberapa diskusi keagamaan sampai bisa membuat tepuk tangan penonton, hal ini karena banyak dari argumen yang beliau gunakan sungguh bisa di terima oleh akal sehat.
Pendapat itu adalah di antaranya tentang keajaiban alqur’an, alqur’an yang telah turun 1400 abad yang lalu merupakan salah satu kitab yang menurut beliau adalah kitab yang sangat luar biasa, karena didalamnya terdapat fenomena yang tak sedikit fenomena itu di ketemukan pada akhir-akhir ini.
Ketika berbicara tentang astronomi misalnya, sebuah teori yang sangat terkenal teori Big Bang teori dimana bumi terbentuk sebuah ledakan besar, dan kemudian ledakan besar itu terpecah menjadi sebuah galaksi, planet, rembulan, bintang dan benda luar angkasa lainnya, jauh-jauh hari kejadian ini sudah din ash oleh alqur’an, sebuah kebenaran menarik ini sungguh sangat mencengangkan, bagaimana kitab yang turun lebih dari 1400 abad yang lalu itu mampu menggambarkan sebuah kejadian yang teorinya baru di temukan pada akhir-akhir ini.
Zakir Naik muncul secara teratur pada banyak saluran TV internasional di lebih dari 200 negara di dunia. Ia sering diundang untuk wawancara TV dan Radio. Lebih dari seratus dari pembicaraannya, dialog, debat dan simposium tersedia dalam bentuk Video DVD. Dia telah menulis banyak buku tentang Islam dan Perbandingan Agama. (debatislam.com)
3. Syeikh Ahmed Deedat.
Beliau merupakan Syeikh TER-Favorit ane gan beliau juga adalah guru dari Dr. Zakir Naik dakwah2 beliau menjadi inspirasi bagi Dr. Zakir Naik lebih ingin mendalami Islam dari segi dakwah.
Masa kecil
Lahir di Surat, Bombay, India, pada tahun 1918.
Ayahnya adalah seorang penjahit yang karena profesinya hijrah berimigrasi ke Afrika Selatan tidak lama setelah kelahiran Ahmed Deedat.
Tahun 1927, di usianya yang ke 9 tahun, Deedat menyusul ayahnya ke Afrika Selatan, tanpa pendidikan formal, belum fasih berbahasa Inggris dan berniat untuk mencari kehidupan yang lebih baik disitu.
Beberapa bulan kemudian, ibunya meninggal dunia, tanpa sempat dia melihatnya untuk terakhir kali semenjak masa perpindahannya .
Di negeri yang asing, Deedat mulai menyiapkan dirinya untuk dapat beradaptasi dan bersaing dengan kehidupan baru di koloni Inggris tersebut.
Dengan ketekunannya dalam belajar, Deedat tidak hanya dapat mengatasi hambatan bahasa, tetapi juga unggul di sekolahnya.
Kegemaran Deedat membaca membantunya untuk mendapatkan promosi hingga ia menyelesaikan standar 6 . Karena masalah biaya, dia terpaksa harus menunda sekolahnya dan di awal usia 16 tahun untuk pertama kalinya ia terpaksa meninggalkan sekolahnya untuk sementara dan bekerja dalam usaha retail (eceran) .
Mempelajari Alkitab
Pada tahun 1936 sewaktu dia bekerja pada toko muslim di dekat sebuah sekolah menengah Kristen di pantai selatan Natal, toko tersebut sering dikunjungi oleh siswa misionaris yang tak henti-hentinya menantang Islam.
Hal tersebut menumbuhkan tekad kuat pada dirinya untuk mendalami agama Kristen dan membandingkannya dengan Islam.
Ahmed Deedat menemukan sebuah buku berjudul Izharul-Haq yang berarti Mengungkapkan Kebenaran. Buku ini berisi materi debat dan keberhasilan usaha-usaha umat Islam di India yang sangat besar dalam memberikan argumen balasan kepada para misionaris Kristen yang melakukan misi penyebaran agama Kristen dibawah otoritas Kerajaan Inggris dan pemerintahan India.
Secara khusus, ide untuk menangani debat telah berpengaruh besar dalam diri Ahmed Deedat.
Beberapa minggu setelah itu, Ahmed Deedat membeli Injil pertamanya dan mulai melakukan debat dan diskusi dengan siswa-siswa misionaris.
Ketika siswa misionaris tersebut mundur dalam menghadapi argumen balik Ahmed Deedat, mereka secara pribadi memanggil guru teologi mereka dan bahkan pendeta-pendeta di daerah tersebut.
Keberhasilan-keberhasilan ini memacu Ahmed Deedat untuk berdakwah.
Syeikh Berpengaruh
Selama empat dekade berikutnya, ia menenggelamkan dirinya ke dalam sejumlah kegiatan. Memimpin kelas-kelas untuk mempelajari Alkitab, melakukan tugasnya sebagai dosen dan menghadiri seminar yang membahas tentang perbedaan agama di seluruh dunia.
Ia mendirikan Seminari Islam pertama di Afrika Selatan untuk melatih para da'i di Institusi Pendidikan Assalaam, Braemar.
Ahmed Deedat muncul dalam debat pertamanya pada tahun 1977, dan kemudian muncul di Royal Albert Hall di Inggris. Dia berdebat dengan beberapa ulama Kristen terbesar seperti Clark, Jimmy Swaggart, Anis Shuroush, dan lain-lain.
Kaum Muslim dan beberapa orang Kristen memanfaatkan hal tersebut untuk menegaskan keyakinan mereka terhadap Islam dan Al-Quran.
Ada yang datang untuk mengetahui dimana letak penyimpangan dan kebohongan pada agama yang mereka ketahui dan yakini, ada yang sengaja datang untuk menghujat, dan ada pula yang datang untuk berdebat, kemudian memberikan kesaksiannya atas keyakinan Islam.
Walaupun menikah (dengan Hawa Deedat), menanti kelahiran anak, dan persinggahan sebentar selama tiga tahun ke Pakistan sesudah kemerdekaan negara tersebut, tetap tidak mengurangi keinginannya untuk membela Islam dari penyimpangan-penyimpangan yang memberdayakan para misionaris Kristen.
Dengan semangat misionaris untuk menyebarkan agama Islam, Ahmed Deedat membenamkan dirinya pada sekumpulan kegiatan lebih dari tiga dekade yang akan datang.
Ia memimpin kelas untuk pelajaran Injil dan memberi sejumlah kuliah.
Ia mendirikan As-Salaam (Kedamaian), sebuah institut untuk melatih para da'i Islam.
Ahmed Deedat, bersama-sama dengan keluarganya, hampir seorang diri mendirikan bangunan-bangunan termasuk masjid yang masih dikenal sampai saat ini.
Ia menerbitkan lebih dari 20 buku dan menyebarkan berjuta-juta salinan gratis dan mengirimkan beribu-ribu materi kuliah ke seluruh dunia dan mendebat pengabar-pengabar Injil pada debat umum.
Beberapa ribu orang telah menjadi Islam sebagai hasil usahanya.
Pada tahun 1986, dia memperoleh penghargaan internasional dari Raja Faisal atas prestasinya yang bersejarah itu.
Sebuah penghargaan bergengsi yang sangat berharga dalam dunia Islam.
Sumber :
http://kristologinews.com/
Tak sedikit yang bertanya-tanya soal keputusan pendeta Yusuf Estes memeluk Islam.
Apalagi di tengah pembicaraan negatif tentang Islam dan muslim.
“Banyak orang ingin tahu, bahkan mempertanyakan secara detail mengapa saya memeluk Islam,” ujar Estes.
Estes lahir dari keluarga Kristen yang taat di Midwest, Amerika Serikat. Keluarganya secara turun temurun membangun gereja dan sekolah di AS. Ia menempuh pendidikan dasar di Houston, Texas. Semasa kecil, ia selalu menghadiri gereja secara teratur.
Ia dibaptis pada usia 12 tahun di Pasadena, Texas. Keingintahuannya yang besar terkait ajaran Kristen membuatnya ingin mengunjungi gereja-gereja lain. Ia datangi gereja Metodis, Episkopal. Nazareth, Agape, Presbyterian dan lainnya. Tak hanya itu, Estes juga mempelajari agama lain seperti Hindu, Yahudi, dan Buddha.
“Saya tidak menaruh perhatian serius pada Islam. Inilah yang banyak ditanyakan oleh teman-temanku,” kenang dia.
Tak hanya tertarik dengan agama, Estes juga menaruh perhatian pada musik, utamanya musik klasik. Kebetulan, keluarganya gemar menikmati musik. Ia bahkan menjadi pengajar Keyboard pada tahun 1960 dan tiga tahun kemudian memiliki studio sendiri di Laurel, Maryland. Seiring berlalunya waktu, bisnis yang digeluti Estes terus berkembang.
Bersama ayahnya, ia membuat program hiburan dan atraksi. Ia juga membuka toko piano dan organ sepanjang jalan dari Texas, Oklahoma dan Florida. Dari bisnis itu, Estes memperoleh pendapatan hingga jutaan dolar AS. Tapi ada satu hal yang mengganjal.
Pikirannya tidak merasa tenang. “Mengapa Tuhan menciptakan aku? Apa yang Tuhan inginkan? Tapi di agamaku terdahulu, siapa pun harus percaya tanpa perlu bertanya,” tuturnya.
Satu hal yang membuat Estes merasa aneh adalah tidak terdapat kata “trinitas” dalam Injil. Masalah itu, kata dia, telah menjadi perhatian selama dua abad. Ia pernah mempertanyakan masalah ini kepada para pendeta. Nyatanya, tidak ada jawaban yang logis. Sebaliknya, terlalu banyak analogi dan pendapat yang aneh. Untuk sementara pikiran itu teralihkan oleh kesibukannya dalam mengurusi bisnis.
Bisnis Estes terus berkembang, kali ini ia memproduksi lagu-lagu pujian dan mendistribusikannya secara gratis kepada pensiunan, rumah sakit dan panti jompo. “Memberikan siraman rohani kepada orang lain membuatku lupa dengan keraguan yang kualami,” ungkapnya.
Diawal 1991, bisnis Estes mulai merambah keluar negeri. Negara pertama yang ia kunjungi adalah Mesir.
Di negeri Piramida, Estes bertemu dengan seorang pria Muslim. Satu hal yang ada di pikiran Estes tentang Muslim, “teroris”. Estes tidak percaya ia harus berhubungan dengan sosok yang begitu ia benci.
“Mereka tidak percaya kepada Tuhan. Mereka adalah penyembah kotak hitam di padang pasir. Mereka cium tanah lima sehari. Sial, saya tidak ingin bertemu dengan mereka,” kata Estes menirukan ucapannya dahulu saat tiba pertama kali di Mesir.
Sikap Estes akhirnya luluh, ketika ayahnya menjelaskan sosok yang bakal ditemui. Ayahnya mengatakan calon klien yang akan ditemui memiliki kepribadian yang baik. Tapi alasan yang paling diterima Estes adalah rencana ayahnya untuk mengkristenkan setiap Muslim. “Itulah alasan kuat yang akhirnya membuat saya mau bertemu dengan pria Muslim itu,” ucapnya.
Akhirnya, Estes dan ayahnya bertemu dengan pria Muslim itu setelah kebaktian. Dengan sikap jumawa, Estes memegang erat Injil di tangannya. Ia bawa salib dengan tampilan mengilap. Detik-detik bertemu dengan kliennya itu, Estes terkejut.
“Orang ini sangat hangat. Mereka ramah sekali,” kenang Estes ketika bertemu pertama kali dengan pria tersebut. Penampilan pria ini seperti kebanyakan masyarakat Arab. Mereka kenakan jubah panjang, bersorban, dan berjanggut. Bedanya, pria ini tidak memiliki rambut.
Berikut dialog Estes dan Pria itu:
Estes: Apakah anda percaya pada Tuhan?
Pria Muslim: Ya
Estes: Apakah anda percaya Adam dan Hawa?
Pria Muslim: Ya
Estes: Bagaimana dengan Ibrahim, anda percaya kepadanya dan bagaimana ia mencoba mengorbankan putranya untuk Allah?
Pria Muslim: Ya
Estes: Bagaimana dengan Musa? Sepuluh perintah Tuhan? Membelah Laut Merah?
Pria Muslim: Ya
Estes: Bagaimana dengan nabi lain; Daud, Sulaiman dan Yunus?
Pria Muslim: Ya
Estes: Apakah anda percaya dalam Alkitab?
Pria Muslim: Ya
Estes: Apakah anda percaya pada Yesus? Bahwa ia adalah Mesiah (utusan) Allah?
Pria Muslim: Ya.
“Aku merasa lebih mudah. Ia (Muslim) siap dibaptis, hanya saja ia tidak tahu apa yang akan saya lakukan,” kata Estes.
Perbincangan itu sempat membuat Estes terkejut. Ternyata seorang Muslim percaya pada Injil.Tapi dirinya baru tahu kalau keimanan Muslim terhadap Yesus hanya sebatas utusan Allah, lahir tanpa ayah, tengah berada di langit bersama pencipta-Nya dan akan turun ketika akhir zaman tiba.
Estes tak berhenti bertanya kepada pria Muslim itu. Ia bertanya banyak hal. Dalam pikiran Estes, ada kepercayaan diri tinggi bahwa pria Muslim itu bakal menjadi penganut Kristen yang taat.Lalu bisnisnya bakal berkembang lebih dari yang dibayangkan.
“Saya minta kepada ayah untuk segera mempercepat bisnis dengan pria Muslim ini,” kata dia.
Sebelum tercapai kata sepakat, Estes mulai menjalani tugasnya sebagai misionaris. Ia temui orang miskin, lalu berbicara dengan tentang konsep ketuhanan dalam Kristen. Ia juga mengunjungi sesama pendeta dan penginjil di seluruh negara bagian Texas.
Suatu hari, ada salah seorang temannya yang mengalami serangan jantung, dan harus pergi ke Rumah Sakit Veteran. Estes mengunjunginya beberapa kali dalam sepekan. Ketika bertemu dengan kerabatnya itu, ia bertemu dengan salah seorang pasien lain yang tengah duduk dengan kursi roda.
Estes melihat pria itu begitu kesepian dan depresi. “Saya temani dia sembari mengisahkan cerita Yunus. Intinya, saya coba memberitahunya bahwa kita tidak bisa lari dari masalah karena kita sebenarnya tahu apa yang harus dikerjakan. Yang lebih penting lagi, Tuhan tahu apa yang dilakukan umatnya,” ujarnya.
Setelah berbagi cerita, pria itu lalu mendongak ke langit, lalu meminta maaf. Pria itu mengatakan kepada Estes soal penyesalan dirinya atas perbuatannya selama ini. Pria itu kemudian mengadu kepada Estes. “Ia berkata padaku, ia seorang imam Katolik. Saya sangat terkejut, apa yang terjadi di dunia ini?” kata Estes heran.
Mendengar kisah pastor itu, Estes mengajaknya tinggal bersama. Dalam perjalanan pulang, Estes dan pastor itu berbicara panjang lebar tentang kepercayaan dalam Islam.
Yang mengejutkan, pastor itu mengakui kebenaran Islam. “Ia tengah mempelajari Islam. Saya sempat terkejut. Inilah masa di mana saya akhirnya mulai menerima Islam,” kenang Estes.
Setibanya di rumah, Estes kembali melanjutkan diskusi bersama pastor itu. Ia bawa Injil James dan Injil lainnya. Ia habiskan waktu sepanjang hari untuk berbicara tentang kebenaran dalam Injil.
Pada satu titik, Estes bertanya pada pastor itu tentang Alquran berikut versi barunya. “Dia mengatakan pada saya, hanya ada satu Alquran. Tidak ada yang berubah dengan Alquran!” tutur Estes.
Melihat Estes penasaran, pastor itu menjelaskan bahwa ratusan bahkan jutaan Muslim yang tersebar di muka bumi, telah menghafal Alquran.
Yang membuat Estes bingung, bagaimana bisa Alquran bisa bertahan sekian abad, sementara kitab sucinya sendiri telah berubah selama ratusan tahun. Bahkan tidak diketahui naskah aslinya. “Jadi, bagaimana bisa Alquran tidak berubah?” tanya Estes heran.
Pada suatu hari, sang pastor meminta Estes untuk mengantarkannya ke masjid. Di sana, Estes baru mengetahui bahwa mereka (Muslim) hanya datang untuk shalat dan pergi kemudian. Ia merasa aneh melihat mereka, yang tak bernyanyi atau menyenandungkan pujian.
Beberapa hari kemudian, pastor itu meminta Estes untuk kembali mengantarkannya ke masjid. Namun, Estes meminta pesuruhnya untuk mengantikan dirinya. Cukup lama pastor itu mengunjungi masjid, hingga memunculkan kekhawatiran Estes.
Tiba-tiba, Estes dikejutkan dengan sosok menggunakan jubah putih dan peci. “Hei, siapa anda? Apakah anda, apakah anda telah menjadi Muslim?” Estes kaget bukan kepalang. Belum selesai dengan rasa terkejutnya dengan keputusan pastor itu memeluk Islam, giliran istrinya yang menyatakan niatnya untuk memeluk Islam. “Saya sangat terkejut. Saya tidak bisa tidur,” kata Estes.
Jelang Subuh, Estes tak lagi mampu menutupi keinginannya untuk memeluk Islam. Ia keluar rumah, lalu menemukan sepotong kayu, ia berdirikan kayu tepat di arah kiblat umat Islam. Dalam hati Estes bertanya, “Ya Tuhan, jika Kau ada di sana, bimbing aku, bimbing aku.”
Beberapa saat kemudian, Estes melihat sesuatu. Ia tidak melihat malaikat atau mendengar sesayup suara. Ia melihat dirinya sudah berubah. Ia melihat dirinya sudah seharusnya menghentikan perbuatan bodoh dan melakukan sesuatu yang licik.
Selanjutnya, Estes membersihkan dirinya. Sekitar pukul 11.00 pagi, ia berdiri di depan dua saksi, salah satunya si mantan pastor —yang dikenal sebagai Bapa Peter Jacob— dan lainnya Abdel Rahman. Estes lalu mengucapkan dua kalimat syahadat.
“Aku bersaksi, tidak ada tuhan selain Allah. Dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah,” ucap Estes mantap. Selanjutnya, giliran sang istri mengucapkan dua kalimat syahadat. Beberapa bulan kemudian, giliran ayah Estes mengucapkan dua kalimat syahadat.
Tak lama setelah ayahnya, giliran ibunya mengakui bahwa Yesus bukanlah anak Tuhan. Ia adalah nabi. “Semoga Allah menerima keimanannya,” kata Estes.
Estes begitu cepat beradaptasi dengan status barunya. Seluruh kegiatan bisnis yang ia lakukan dimodifikasi dengan menjadi medium untuk menyebarkan syiar Islam. Ia juga membangun sekolah-sekolah guna mendidik para Muslim mendalami Alquran. “Semoga Allah membimbing kita menuju kebenaran. Amin,” pungkasnya.
Syeikh Yusuf Estes ini, menguasai bahasa Arab secara aktif, demikian juga ilmu Al-Quran selepas belajar di Mesir, Maroko dan Turki. Sejak 2006, Yusuf Estes secara regular tampil di PeaceTV, Huda TV, demikian pula Islam Channel yang bermarkas di Inggris.
Ia juga muncul dalam serial televisi Islam untuk anak-anak bertajuk “Qasas Ul Anbiya” yang bercerita tentang kisah-kisah para Nabi. Yusuf terlibat aktif di berbagai aktifitas dakwah. Misalnya, ia menjadi imam tetap di markas militer AS di Texas, dai di penjara sejak tahun1994, dan pernah menjadi delegasi PBB untuk perdamaian dunia.
Syekh Yusuf telah meng-Islam-kan banyak kalangan, dari birokrat, guru, hingga pelajar. Berikut kisah Syekh Yusuf sebagaimana dituturkannya di situs [http://www.islamtomorrow.com.]
Nama saya Yusuf Estes. Saat ini dipercaya memimpin sebuah organisasi bagi Muslim asli Amerika. Kini sepanjang hidup saya berikan untuk Islam. Saya berkeliling dunia untuk memberikan ceramah dan berbagi pengalaman bagaimana Islam hadir dalam diri saya. Organisasi kami terbuka untuk berdialog dengan berbagai kalangan. Misalnya para pemuka agama seperti pendeta, rabi (ulama kaum Yahudi-red) dan lainnya dimanapun mereka berada.
2. Zakir Abdul Karim Naik (Dr. Zakir Naik)
Zakir Abdul Karim Naik; lahir di Mumbai 18 Oktober 1965; umur 48 tahun. adalah seorang pembicara umum Muslim India, dan penulis hal-hal tentang Islam dan perbandingan agama.
Secara profesi, ia adalah seorang dokter medis, memperoleh gelar Bachelor of Medicine and Surgery (MBBS) dari Maharashtra, tapi sejak 1991 ia telah menjadi seorang ulama yang terlibat dalam dakwah Islam dan perbandingan agama.
Ia menyatakan bahwa tujuannya ialah membangkitkan kembali dasar-dasar penting Islam yang kebanyakan remaja Muslim tidak menyadarinya atau sedikit memahaminya dalam konteks modernitas.
Zakir Naik mengatakan ia terinspirasi oleh late Ahmed Deedat, (seorang Da’i yang meninggal pada 8 Agustus 2005 yang mana oleh orang Kristen sendiri menganggap meninggalnya akibat kualat karena sering mengolok-olok Kristen, setelah sebelumnya berceramah di Sidney Australia, tentang Paskah.
Dilihat dari Sudut Pandang Islam) Menurut Naik, tujuan dia menggeluti dunia dakwah adalah "berkonsentrasi pada remaja Muslim berpendidikan yang mulai meragukan agamanya sendiri dan merasa agamanya telah kuno, dan kurang PD terhadap agamanya sendiri" dan juga adalah tugas setiap Muslim untuk menghilangkan kesalahpahaman tentang Islam untuk melawan apa yang ia anggap sebagai bias anti-Islam oleh media Barat setelah serangan teroris 11 September 2001 terhadap Amerika Serikat.
Zakir Naik menjelaskan sudut pandang Islam dan membersihkan miskonsepsi tentang Islam, menggunakan Kitab Suci Quran dan hadist sebagai dasar, dalam hubungannya dengan fakta, alasan, logika dan ilmiah. Zakir Naik meluncurkan Peace TV Inggris, pada bulan Januari 2006, dengan lebih dari 100 juta pemirsa dimana 25% adalah NON MUSLIM.
Diantara pendapat-pendapat beliau sungguh mencengangkan publik, bahkan ketika beliau dengan tenang hati mampu mengalahkan lawan debatnya di beberapa diskusi keagamaan sampai bisa membuat tepuk tangan penonton, hal ini karena banyak dari argumen yang beliau gunakan sungguh bisa di terima oleh akal sehat.
Pendapat itu adalah di antaranya tentang keajaiban alqur’an, alqur’an yang telah turun 1400 abad yang lalu merupakan salah satu kitab yang menurut beliau adalah kitab yang sangat luar biasa, karena didalamnya terdapat fenomena yang tak sedikit fenomena itu di ketemukan pada akhir-akhir ini.
Ketika berbicara tentang astronomi misalnya, sebuah teori yang sangat terkenal teori Big Bang teori dimana bumi terbentuk sebuah ledakan besar, dan kemudian ledakan besar itu terpecah menjadi sebuah galaksi, planet, rembulan, bintang dan benda luar angkasa lainnya, jauh-jauh hari kejadian ini sudah din ash oleh alqur’an, sebuah kebenaran menarik ini sungguh sangat mencengangkan, bagaimana kitab yang turun lebih dari 1400 abad yang lalu itu mampu menggambarkan sebuah kejadian yang teorinya baru di temukan pada akhir-akhir ini.
Zakir Naik muncul secara teratur pada banyak saluran TV internasional di lebih dari 200 negara di dunia. Ia sering diundang untuk wawancara TV dan Radio. Lebih dari seratus dari pembicaraannya, dialog, debat dan simposium tersedia dalam bentuk Video DVD. Dia telah menulis banyak buku tentang Islam dan Perbandingan Agama. (debatislam.com)
3. Syeikh Ahmed Deedat.
Beliau merupakan Syeikh TER-Favorit ane gan beliau juga adalah guru dari Dr. Zakir Naik dakwah2 beliau menjadi inspirasi bagi Dr. Zakir Naik lebih ingin mendalami Islam dari segi dakwah.
Masa kecil
Lahir di Surat, Bombay, India, pada tahun 1918.
Ayahnya adalah seorang penjahit yang karena profesinya hijrah berimigrasi ke Afrika Selatan tidak lama setelah kelahiran Ahmed Deedat.
Tahun 1927, di usianya yang ke 9 tahun, Deedat menyusul ayahnya ke Afrika Selatan, tanpa pendidikan formal, belum fasih berbahasa Inggris dan berniat untuk mencari kehidupan yang lebih baik disitu.
Beberapa bulan kemudian, ibunya meninggal dunia, tanpa sempat dia melihatnya untuk terakhir kali semenjak masa perpindahannya .
Di negeri yang asing, Deedat mulai menyiapkan dirinya untuk dapat beradaptasi dan bersaing dengan kehidupan baru di koloni Inggris tersebut.
Dengan ketekunannya dalam belajar, Deedat tidak hanya dapat mengatasi hambatan bahasa, tetapi juga unggul di sekolahnya.
Kegemaran Deedat membaca membantunya untuk mendapatkan promosi hingga ia menyelesaikan standar 6 . Karena masalah biaya, dia terpaksa harus menunda sekolahnya dan di awal usia 16 tahun untuk pertama kalinya ia terpaksa meninggalkan sekolahnya untuk sementara dan bekerja dalam usaha retail (eceran) .
Mempelajari Alkitab
Pada tahun 1936 sewaktu dia bekerja pada toko muslim di dekat sebuah sekolah menengah Kristen di pantai selatan Natal, toko tersebut sering dikunjungi oleh siswa misionaris yang tak henti-hentinya menantang Islam.
Hal tersebut menumbuhkan tekad kuat pada dirinya untuk mendalami agama Kristen dan membandingkannya dengan Islam.
Ahmed Deedat menemukan sebuah buku berjudul Izharul-Haq yang berarti Mengungkapkan Kebenaran. Buku ini berisi materi debat dan keberhasilan usaha-usaha umat Islam di India yang sangat besar dalam memberikan argumen balasan kepada para misionaris Kristen yang melakukan misi penyebaran agama Kristen dibawah otoritas Kerajaan Inggris dan pemerintahan India.
Secara khusus, ide untuk menangani debat telah berpengaruh besar dalam diri Ahmed Deedat.
Beberapa minggu setelah itu, Ahmed Deedat membeli Injil pertamanya dan mulai melakukan debat dan diskusi dengan siswa-siswa misionaris.
Ketika siswa misionaris tersebut mundur dalam menghadapi argumen balik Ahmed Deedat, mereka secara pribadi memanggil guru teologi mereka dan bahkan pendeta-pendeta di daerah tersebut.
Keberhasilan-keberhasilan ini memacu Ahmed Deedat untuk berdakwah.
Syeikh Berpengaruh
Selama empat dekade berikutnya, ia menenggelamkan dirinya ke dalam sejumlah kegiatan. Memimpin kelas-kelas untuk mempelajari Alkitab, melakukan tugasnya sebagai dosen dan menghadiri seminar yang membahas tentang perbedaan agama di seluruh dunia.
Ia mendirikan Seminari Islam pertama di Afrika Selatan untuk melatih para da'i di Institusi Pendidikan Assalaam, Braemar.
Ahmed Deedat muncul dalam debat pertamanya pada tahun 1977, dan kemudian muncul di Royal Albert Hall di Inggris. Dia berdebat dengan beberapa ulama Kristen terbesar seperti Clark, Jimmy Swaggart, Anis Shuroush, dan lain-lain.
Kaum Muslim dan beberapa orang Kristen memanfaatkan hal tersebut untuk menegaskan keyakinan mereka terhadap Islam dan Al-Quran.
Ada yang datang untuk mengetahui dimana letak penyimpangan dan kebohongan pada agama yang mereka ketahui dan yakini, ada yang sengaja datang untuk menghujat, dan ada pula yang datang untuk berdebat, kemudian memberikan kesaksiannya atas keyakinan Islam.
Walaupun menikah (dengan Hawa Deedat), menanti kelahiran anak, dan persinggahan sebentar selama tiga tahun ke Pakistan sesudah kemerdekaan negara tersebut, tetap tidak mengurangi keinginannya untuk membela Islam dari penyimpangan-penyimpangan yang memberdayakan para misionaris Kristen.
Dengan semangat misionaris untuk menyebarkan agama Islam, Ahmed Deedat membenamkan dirinya pada sekumpulan kegiatan lebih dari tiga dekade yang akan datang.
Ia memimpin kelas untuk pelajaran Injil dan memberi sejumlah kuliah.
Ia mendirikan As-Salaam (Kedamaian), sebuah institut untuk melatih para da'i Islam.
Ahmed Deedat, bersama-sama dengan keluarganya, hampir seorang diri mendirikan bangunan-bangunan termasuk masjid yang masih dikenal sampai saat ini.
Ia menerbitkan lebih dari 20 buku dan menyebarkan berjuta-juta salinan gratis dan mengirimkan beribu-ribu materi kuliah ke seluruh dunia dan mendebat pengabar-pengabar Injil pada debat umum.
Beberapa ribu orang telah menjadi Islam sebagai hasil usahanya.
Pada tahun 1986, dia memperoleh penghargaan internasional dari Raja Faisal atas prestasinya yang bersejarah itu.
Sebuah penghargaan bergengsi yang sangat berharga dalam dunia Islam.
Sumber :
http://kristologinews.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar