Islam adalah agama yang mengalami pertumbuhan yang tercepat di antara anak muda China yang berusia di bawah 30 tahun, menurut sebuah studi yang dirilis oleh National Survey Research Centre, Renmin University of China.
Dari kelompok usia itu dikatakan bahwa 22,4 persen adalah Muslim, diikuti Katolik mencapai 22 persen, menurut survey tersebut.
“Islam cenderung memiliki demografis pemeluk kaum muda,” kata Wei Dedong, seorang profesor studi Buddhis di Sekolah Tinggi Filsafat di Renmin, yang turut meneliti dan merilis survey.
“Sebagian orang percaya bahwa Islam adalah milik kelompok etnis minoritas. Dan sangat wajar bagi seorang muslimah melahirkan beberapa orang anak. Anak-anak mereka juga akan menjadi Muslim, namun sangat langka bagi orang dewasa China untuk masuk Islam.”
China hanya mengakui lima agama: Buddhisme, Taoisme, Katolik, Protestan dan Islam. Islam memiliki proporsi terbesar dari pengikut muda, yakni sebesar 22,4 persen
Perkembangan Islam yang cukup pesat di China, rupanya membuat pemerintah CHina ketar-ketir dan ketakutan. Hal ini terbukti dari dikeluarkannya larangan membaca Al Quran di sekolah-sekolah di China.
Beberapa waktu lalu, pihak berwenang di Provinsi Gansu di China memerintahkan kepada sekolah-sekolah agar melarang dengan tegas kegiatan keagamaan di dalam ruang kelas.
Dinas pendidikan di provinsi yang terletak di barat laut China ini menegur satu sekolah taman kanak-kanak sesudah mereka melihat video seorang anak membaca al-Quran di dalam sekolah tersebut.
Dalam pernyataannya, teguran pemerintah provinsi Gansu itu menyebutkan bahwa kegiatan keagamaan bisa 'merugikan kesehatan mental' orang-orang muda.
Pemerintahan provinsi Gansu menegaskan kembali kebijakan resmi pemerintah yang ateis melarang kegiatan keagamaan sekolah negeri di berbagai tingkat.
Kantor berita Associated Press melaporkan dalam video yang beredar tampak seorang anak usia TK memakai penutup kepala berwarna hitam membaca al-Quran dikelilingi oleh banyak murid lain.
Diduga video diambil di prefektur Linxia yang merupakan daerah dengan mayoritas penduduk Muslim. Praktek keagamaan diperbolehkan di China tetapi dengan pengendalian yang sangat ketat.
Alasan pemerintah China adalah kegiatan keagamaan dikhawatirkan bisa digunakan untuk mempromosikan 'identitas budaya non-China. [*]
Sumber : Portalpiyungan
Dari kelompok usia itu dikatakan bahwa 22,4 persen adalah Muslim, diikuti Katolik mencapai 22 persen, menurut survey tersebut.
“Islam cenderung memiliki demografis pemeluk kaum muda,” kata Wei Dedong, seorang profesor studi Buddhis di Sekolah Tinggi Filsafat di Renmin, yang turut meneliti dan merilis survey.
“Sebagian orang percaya bahwa Islam adalah milik kelompok etnis minoritas. Dan sangat wajar bagi seorang muslimah melahirkan beberapa orang anak. Anak-anak mereka juga akan menjadi Muslim, namun sangat langka bagi orang dewasa China untuk masuk Islam.”
China hanya mengakui lima agama: Buddhisme, Taoisme, Katolik, Protestan dan Islam. Islam memiliki proporsi terbesar dari pengikut muda, yakni sebesar 22,4 persen
Perkembangan Islam yang cukup pesat di China, rupanya membuat pemerintah CHina ketar-ketir dan ketakutan. Hal ini terbukti dari dikeluarkannya larangan membaca Al Quran di sekolah-sekolah di China.
Beberapa waktu lalu, pihak berwenang di Provinsi Gansu di China memerintahkan kepada sekolah-sekolah agar melarang dengan tegas kegiatan keagamaan di dalam ruang kelas.
Dinas pendidikan di provinsi yang terletak di barat laut China ini menegur satu sekolah taman kanak-kanak sesudah mereka melihat video seorang anak membaca al-Quran di dalam sekolah tersebut.
Dalam pernyataannya, teguran pemerintah provinsi Gansu itu menyebutkan bahwa kegiatan keagamaan bisa 'merugikan kesehatan mental' orang-orang muda.
Pemerintahan provinsi Gansu menegaskan kembali kebijakan resmi pemerintah yang ateis melarang kegiatan keagamaan sekolah negeri di berbagai tingkat.
Kantor berita Associated Press melaporkan dalam video yang beredar tampak seorang anak usia TK memakai penutup kepala berwarna hitam membaca al-Quran dikelilingi oleh banyak murid lain.
Diduga video diambil di prefektur Linxia yang merupakan daerah dengan mayoritas penduduk Muslim. Praktek keagamaan diperbolehkan di China tetapi dengan pengendalian yang sangat ketat.
Alasan pemerintah China adalah kegiatan keagamaan dikhawatirkan bisa digunakan untuk mempromosikan 'identitas budaya non-China. [*]
Sumber : Portalpiyungan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar