Assalamu alaikum wrwb,
Bismillahir rahmanirrahim….
Puji syukur saya kepada Allah subhananu wata’ala, sholawat dan salam kpd rasulullah Muhammad shallallahu`alaihi wa sallam, akhirnya selesai juga tulisan saya ini,
Nama saya Adrian, ditambah syah biar keliatan nama umum umat muslim di sumatera atau kalimantan. Saya terlahir disatu kota yang waktu itu masih berimbang umat kristen dan islam nya, kemudian kelas 3 sd orang tua saya yang militer mendapat tugas pindah, akhirnya kami sekeluarga pindah ke kota yang mayoritasnya adalah pemeluk Islam,
Lingkungan kami tinggal seperempat dari luas kota hanya ada 5 keluarga non muslim, disana kehidupan sangat toleran, saya bergaul dengan teman2 muslim saya setiap hari, dengan tetanggapun sangat rukun, mereka sangat menghormati keluarga saya demikian juga sebaliknya.
Hingga smp saya mulai sedikit2 memahami bahwa ada yang berbeda, karena sering saya nunggu teman saya sholat dulu baru main, tapi semua berjalan sangat indah…masa kanak2 dan remaja saat itu memang sangat berkesan, karena teman2 muslim ya bandel juga…kalau natal bersama di gedung sering ikut, ingin dapat kue nya hahaha..
SMA saya melanjutkan ke P Jawa di sma katolik, sedikit2 pemahaman agama saya bertambah, karena saya terlahir dilingkungan protestan, tapi saya termasuk cepat bisa adaptasi mau ikut gereja katolik atau protestan tidak masalah.
Ikut bimbingan rohani semakin membuat saya bertanya, konsep ilahi yang saya dapatkan membingungkan, saya berdoa terdoktrin mau tidak mau terbayang lukisan Yesus di rumah atau salib.
Saya mulai menanyakan kepada romo, tapi jawabannya kurang memuaskan (mungkin beliau menyesuaikan dgn pemahaman saya yang masih SMA), demikian juga dengan penjelasan pandeta di gereja.
Konsep ini ke-ilahi-an ini sangat mengganggu saya, sekedar iman tanpa pengetahuan menjadi sangat lemah, dimana agama menjadi sekedar syarat ritual belaka. (mungkin ini sudah awal pengenalan tauhid).
Lulus SMA saya melanjutkan kuliah, pergaulan sayapun meluas, semester demi semester berlalu, semakin lama saya merasa semakin lelah, saya tidak memahami makna kehidupan ini, apa tujuan hidup saya di dunia, darimana dan kemana saya nanti, siapa sebenarnya Tuhan itu, kenapa umat beragama selalu ribut, dll saya terus mencari dan yang saya dapatkan hanyalah penjelasan serupa text book, doktrin2 standard yang tidak bisa memenuhi rasa haus saya, buka situs tentang agama kebanyakan isinya textbook, copas tanpa ada pendalaman, kalaupun ada hanya pengulangan dari itu2 juga.
Kesemua nya itu berlanjut, tidak ada hal yang baru apalagi saya tidak mudah terkesan atau percaya begitu saja, jadi saya kurang tertarik dengan referensi online apalagi database saya cukup banyak.
Sedikit2 data base saya mulai bertambah, kebanyakan offline. Setiap pulang libur kerumah saya baca referensi2 tentang Alkitab, kebetulan cukup banyak, dari yang standard sampai edisi lux, di rumah kalau dibuat mini perpustakaan bisa, karena banyak berbagai macam buku, buku tentang agama, sejarah, filsafat dll, sayang buku tentang islam minim, hanya ada 1 buku hadist cetakan lama.
(Bagaimana saya belajar, dengan siapa dan pemahaman apa yang didapat tentang alkitab, saya skip, ada penjelasannya dibawah nanti).
Sebagai penganut kristen protestan dan bersekolah di sekolah katolik, saya sangat minim mendapat informasi tentang islam, kebanyakan hanya stereotype yang melekat seperti orang arab, fanatisme buta, kekerasan, kebodohan, kemiskinan dll.
Tapi melihat umatnya yang begitu besar, muncul penasaran akhirnya saya ingin mengetahui bagaimana sesungguhnya agama mayoritas di indo ini.
(Berhubung saya sudah terlepas dari pemahaman agama secara fisik, tidak butuh lama untuk mengetahui bahwa stereotype yang melekat selama ini sama sekali tidak benar)
Dengan buku yang saya beli waktu naik bus omprengan dari Surabaya, akhirnya saya mulai sedikit2 mencari tau tentang islam lebih jauh, buku juz amma, tata cara sholat dan kisah singkat rasulullah, dengan 3 buku murah ini awal saya mengenal Islam lebih serius.
(Siapa nyangka buku murah dengan cetakan sederhana ini mengawali pemahaman saya tentang Islam, membaca 3 buku sederhana ini lebih nyaman bagi saya untuk mengenal tentang Islam.)
Kenapa saya tidak belajar tentang islam dari seseorang secara khusus ? Saat itu dalam pandangan saya tidak ada satu orangpun yang benar, setiap saya melihat pasti ada kekurangannya, saya kurang percaya terhadap ucapan orang (ini kelak saya sadari adalah sikap yang salah), selain itu kondisi lingkungan juga belum memungkinkan.
Pola pikir saya banyak dipengaruhi keluarga, ayah saya keras dan disiplin (maklum beliau militer) kakak saya orang teknik dan management, jadi saya sedikit banyak mengikuti sikap mandiri dan cara berfikir saudara saya yang jauh lebih senior.
Banyak hal yang saya pelajari tentang Al Quran, mulai dari sejarahnya, isinya serta pemahamannya, hukum yang terkandung didalamnya, setiap mencari informasi saya berusaha seobjective mungkin dan mencari dari sumber yang berkompeten, hingga saya banyak menemui “keunikan” dalam Al Quran,
Pelan2 saya kumpulkan berbagai sumber dan saya sedikit2 mulai menyelami “ciri khas” Al Quran, awal nya saya sangat tertarik lafal, lafal Al Quran menurut saya sangat istimewa, yang dulu saya biasa2 aja mendengarnya, perlahan mulai terasa berbeda walau ga tau artinya apa.
Informasi yang saya dapat tentang nabi Muhammad saw bertambah, dengan referensi buku maupun dari ustadz atau ulama, timbul rasa kagum saya dengan rasulullah ini, dari seorang anak yatim piatu, mejadi pekerja biasa, pedagang, kepala rumah tangga, pemimpin kaum, komandan perang, seorang guru, negosiator, dll dan yang paling mengesankan adalah kejujuran dan sebagai tauladan, beliau mengajak berbuat bukan dengan menyuruh atau memerintah tapi dengan perbuatan, hal yang sangat susah ditemukan dewasa ini. (Kisah tentang rasulullah ini hingga sekarang masih tetap favorite saya, he is more than just a messenger, he is a mercy for all of humanity)
Sejak itu timbul semangat saya mempelajari islam, sering pertanyaan saya sangat tidak terduga oleh kyai2 pesantren, tidak semua bisa menjawab atau memberikan jawaban yang memuaskan (faktor pemahaman saya yang minim sangat pengaruh), tapi kesemuanya memberi support saya untuk terus belajar, sempat malu saya dengar ada ustadz yang ngomong, semangat saya bisa menjadi contoh santri lainnya weks…hahaha…
Pertanyaan saya seringkali cukup nyeleneh, seperti : Apa yang dimaksud dengan surah Iqra? Kenapa saat itu rasulullah didekap ? Kenapa bacalah.. tidak ucapkanlah, tirulah dst dst, cerewetlah pokoknya.
Sebagai penanya tentu sedikitnya saya punya dasar untuk “menakar dan memahami” jawaban, dasar2 yang saya miliki sering menjadi bahasan menarik walau cuma satu ayat bahkan satu ayat dan sampai satu huruf juga, dan makan minum tidur gratis juga hehehe.. bahkan pernah seorang pengasuh ponpes memberikan saya hak khusus untuk menggunakan fasilitas apapun tanpa perlu mengikuti aturan disiplin…
Bisa dibayangkan saat itu pakaian resmi saya jeans, kaos oblong dan jaket, pede aja bertamu bahkan nginap..wkwkw
(kalau dipikir heran juga sekian tahun saya keluyuran, duit seadanya, tapi tidak pernah kesulitan masalah makan dan tidur)
Mulai itu saya mulai suka bertemu orang yang baru dan lingkungan yang baru
Dengan naik motor keberbagai kota di jawa timur, Jawa Tengah, Jogja hingga Bali dll (banyak juga cerita menarik dengan pemuka agama hindu)
Akibat sering OTR, menjelang semester 5, saya mengalami kecelakaan lalulintas fatal, kawan saya yang didepan meninggal, saya luka parah, gegar otak berat, dengan wajah sebelah kanan rusak bergesek aspal, masih untung tidak ada tulang yg patah.
Saat bisa bicara dirumah sakit saya minta kawan untuk menghubungi ibu Najwa, beberapa hari kemudian saya dibawa ke surabaya, mencarikan pengobatan alternatif (ramuan2 herbal), karena pengobatan medis rs tipis kemungkinan memperbaiki fisik saya, dimana wajah saya yang sudah ga seberapa ini jadi makin ancur wkwkw…
(Tentang “kakak saya” ibu Najwa ini cukup panjang ceritanya yang tidak bisa saya tulis disini dan wajah saya pulih, hanya membekas di pelupuk mata akibat pecahan kaca)
Saat itu takut mati bukan karena takut dosa, tapi lebih kepada semangat hidup yang sangat kuat. Kejadian ini membuat saya mulai total meninggalkan hal-hal yang buruk (miras, pil koplo, ganja bukan barang aneh walau bukan penikmat atau pecandu), sedikit2 saya menemukan lingkungan yang secara pergaulan lebih baik.
Perjalanan waktu terus berlalu, kuliah saya standard saja, saya malah lebih aktif ikut beladiri, dengan lingkungan kawan yang baru saya sangat akrab, saya sering curhat dengan guru saya, sedikit2 beliau menanamkan makna kehidupan.
Beliau kebetulan bisa memahami pribadi saya, beliau sangat jarang memberi nasehat (saya orangnya rada keras kepala, tidak mudah percaya, mungkin di pengaruhi alm ayah saya yang militer juga)
Banyak yang saya pelajari dari beliau, tapi setiap saya membahas tentang agama, beliau selalu menghindar dan cuma tersenyum.
Setiap bertanya kepada beliau tentang agama, beliau hanya tersenyum dan menjawab
“…saya tidak mengajarkan agama, tapi karena latar belakang saya seorang penganut agama Islam, maka apa yang jadi acuan saya tentunya Al Quran…” (tanpa beliau pernah menyebut surah dan ayatnya)
Jawaban sederhana, walau saya bertanya dengan nada “mendesak”.
Tapi sedikit menarik, beliau tidak pernah ada menyinggung atau terkesan untuk membuat saya masuk Islam, semua hanya contoh sehari-hari yang natural saja sifatnya, kehidupan sehari-hari, tentang kuliah, sikap, pacaran dll tapi kelak inilah yang sangat mempengaruhi saya hingga kini.
Obrolan kami secara tidak langsung banyak sekali menjawab pertanyaan saya tentang “isi” Al Quran, perilaku atau ahlak, bagaimana mengambil keputusan, tindakan dll, kebetulan yang cukup unik sebenarnya.
Masih banyak belajar sendiri, ada kemajuan sedikit2 saya membaca ayat Al Quran (walau ternyata kelak ketahuan saya keliru dalam lafal akhir :D ..ya lumayanlah..), sholat saya bisa, puasa tunai taraf masih ikut2 an, zakat tidak pernah, paling cuma main ke anak2 yatim piatu.
Saat itu saya lebih menekankan kepada mencari pemahamannya, ayat per ayat.
Saya mulai dengan perlahan, tapi sedikit2 makna kehidupan sebagai orang yang beragama mulai saya pahami,
Kesadaran saya mulai meningkat, saya berusaha menjadi orang yang lebih baik (saya tidak mampu menuliskan bermacam peristiwa buruk ulah saya dulu, perkelahian, minuman keras, bakar rumah dll, sebenarnya tidak sebaik yang sering disangka orang)
Saat dibulan Ramadhan, saat itu saya kontrak rumah kecil dengan kawan satu jurusan, suatu malam saya tidak bisa tidur, seperti biasa saya utak utik barang2 bekas yang menjadi hobby saya, sekitar jam 2 an dini hari, saya merasakan sekeliling saya aneh, saya merasa gelisah, akhirnya keluar kamar dan duduk diteras, terasa udara seperti mati, hening, dingin, semua seperti berhenti, terbersit dihati saya waktu itu, apa inikah yang namanya malam seribu bulan ? berkelebatan cerita tentang lailatul qadar di kepala saya, setengah jam saya terdiam akhirnya saya masuk ke kamar, bingung sebenarnya apa yang terjadi
Hingga menjelang sahur saya bangunkan teman saya, sambil makan sahur (teman saya tau saya biasa ikut puasa), saya ceritakan peristiwa yang saya alami, teman saya tidak bisa mengambil kesimpulan apa2
Paginya sekitar jam enam, terdengar keributan diluar, ternyata 4 rumah sekaligus kebobolan maling …yaaahh…sirep maling saya pikir malam lailatul qadar, kecewa sekaligus geli rasanya saat itu :D
(cerita lucu ini sering saya ulang dengan teman satu kontrakan yang sudah jadi saudara angkat saya sekarang)
Sampai akhirnya saya lulus dan bekerja di luar jawa, kembali ke daerah yang dekat dengan keluarga saya, jadi kadang saya menginap dirumah, kadang di mess kantor, atau rumah kakak perempuan saya, semua tau saya mmg sering asal2 aja tidur dimanapun.
Setelah sekian tahun mengenal Islam, keputusan saya untuk menerima Islam sebagai agama sekaligus tuntunan hidup sudah membulat, agak lucu juga sebenarnya, saya bisa dibilang sdh setengah menjalankan ibadah tanpa ikrar apapun. Namun masih ada yang mengganjal bagi saya, kesungguhan saya hanya sebatas niat, saya masih merasa baru sedikit implementasinya.
Saya ketahui untuk menjadi muslim itu haruslah dimulai dengan meninggalkan hal2 yang buruk dan memulai dengan hidup dan keyakinan yang baru sesuai tuntunan rasulullah, maka saya mulai rutinkan sholat, saya sholat secara diam2, kalau hari minggu sabtunya tidur di mess, jadi tidak menimbulkan masalah, tujuan saya simple saja, dengan disiplin penerapan waktu sederhana ini saya jadikan tantangan untuk diri sendiri untuk hal yang yang lebih baik berikutnya.
Hanya Tina adik cewek saya yang tau kalau saya sholat, karena pernah kamar lupa saya kunci adik saya ini main nyelonong saja. Adik saya ini memang sangat dekat secara bathin juga, kuliah blm 2 thn sudah merit tapi tingkahnya kadang kekanakan walau sudah punya suami,
Saya persingkat rentang waktu setahun selepas lulus kuliah ini…
Saat itu kurang 2 minggu menjelang natal saya gelisah, bagaimana nanti kalau saya tidak kumpul, berapa natal sudah saya lewati, kalau dulu waktu masa kuliah atau kerja di luar daerah saya menghindar pulang saat natal dengan macam2 alasan, sekarang tidak mungkin.
Hari itu saya putuskan nginap di rumah kakak perempuan saya, malam itu hujan saya tidak bisa tidur, terbayang bertahun-tahun silam dimana saya minta suatu petunjuk yang pasti, saya keluar kamar saat semua sudah terlelap, saya duduk di taman paviliun, dengan air hujan saya basuh muka saya, semua kejadian mulai tergambar satu persatu dengan jelas sampai akhirnya saya sadari kebodohan saya…apakah saya harus menunggu kematian yang sesungguhnya… petunjuk apa lagi yang saya minta dari Tuhan?
(Saat itu saya tidak terlalu hafal banyak ayat2 Al Quran, tapi inilah ayat yang teringat itu QS. Qaaf : 16 – 17
Firman Allah swt :
“Dan Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya, (yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri.”
Pagi2 saya menemui Fuad, helper yang sangat dekat dengan saya, saya seharian main dirumahnya (saat itu proyek lagi off), setelah maghrib saya iseng bertanya ;
“Kalau disini misalnya orang non muslim yang mau masuk islam dimana tempatnya?
“Memang siapa boss yang mau masuk islam ?”
“Ga penting itu siapa..saya tanya dimana ?”
“Wah..dimesjid mungkin boss” kata fuad sambil agak bingung juga.
“Bukan itu yang saya maksud, saya ingin ke rumah orangnya”
Mikir sejenak, “ohh ada boss ga jauh dari sini…mmg kapan mau kesana”
Akhirnya habis maghrib kamu masuk kekampung yang padat, ternyata saya dibawa fuad ke penghulu..ya memang penghulu.
Karena ga ada kursi kamipun duduk dilantai kayu, niat awal saya sih ingin bertanya dimana dan bagaimana baiknya untuk masuk islam, tapi yang keluar dari mulut saya lain.
“Saya ingin mengucap syahadat pak, saya ingin bapak membantu saya”
Saya ceritakan juga sekian tahun saya sdh belajar tentang ini dan itu.
Beliau tersenyum dan berucap “Alhamdullilah…” tapi ga lama mengernyitkan kening begitu mengetahui nama lengkap saya.
“Apa kamu ada kaitan dengan bapak …(nama ayah saya) dan dengan penghuni rumah besar di jalan…(rumah kakak perempuan saya) ?”
Saya jawab apa adanya, agak lama beliau terdiam,
Terus beliau meminta saya mengisi formulir bentuknya mirip ijazah, saya teliti intinya saya masuk islam tanpa ada paksaan siapapun (kelak saya tau formulir ini bagi orang yang menikah tapi beda agama dan ingin masuk islam)
Karena rumah kecil, semua keluarganya duduk di ruang tamu turut menyaksikan.
Setelah itu dengan bimbingan beliau saya mulai mengucapkan syahadat, yang hadir saat hanya keluarga beliau termasuk mertuanya, setelah selesai semua mengucap takbir dan sholawat dengan perlahan, suasana berubah ketika istri beliau menangis haru, Fuad juga terisak sambil memeluk saya dan kamipun mengadakan syukuran dadakan dengan sangat sederhana sekali, hanya kue jajanan khas daerah dan teh.
Kondisi itu jauh dari gambaran saya, saya sering juga mendengar dan membaca cerita tentang mualaf, kadang ada yang dapat hadiah Al Quran, sajadah atau ditempat yang khusus atau suasana yang gimanaaa gitu.
Namun Allah swt sepertinya menghendaki demikian, saya bersyahadat secara sederhana di kampung yang sempit, mungkin juga Allah swt ingin memberikan gambaran perjalanan mencari kebenaran yang hakiki itu dengan bermacam-macam cara atau peristiwa.
Selepas ikut sholat berjamaah di langgar kampung, saya pulang, malam itu malam istimewa bagi saya pribadi.
Lima hari menjelang natal, sehabis maghrib saya bbm adik saya Tina, (saya sangat sayang dengan adik saya ini, waktu kecil saya dapat adik laki2, saya ga suka karena saya ingin adik perempuan, selain itu diantara saudara lainnya wajah kami berdua yang paling mirip)
Saat itu saya bilang datang sendiri aja, saya mau traktir makan dekat salah satu kampus, selesai makan saya bilang saya mau pergi jauh, sepertinya adik saya sudah merasa…terus menangis, saya pasti akan terbuang dari keluarga besar yang cukup terpandang, terbayang saya entah kemana, padahal setiap saat bila ada kesempatan saya selalu bersamanya, semua itu sudah saya pertimbangkan masak2,
Saya katakan siapapun yang bertanya saya kemana, jawab tidak tau, hanya boleh cerita khusus berdua dengan bunda saja, sambil titip pesan agar menjaga diri baik2 karena dia seorang perempuan….itulah pelukan terakhir kami bersaudara.
Barang2 sudah saya pack seperlunya, dengan sisa uang saku 2 juta-an (selebihnya banyak saya kasih ke kerabat2 jauh dikampung yang tidak mampu), paginya saya berangkat dengan pesawat menuju jakarta.
Perasaan saya campur aduk, di bandara setiap orang seperti melihat saya semua, seakan-akan saya orang yang aneh.
Di jakarta sambil mencari kerja, saya numpang di rumah sahabat saya satu alumni, alhamdulillah ga lama mulai dapat kerja sana dan sini, sayapun mencari kost dikampung, kemudian saya minta tetangga saya untuk mencarikan saya guru mengaji, saya mulai ulang kembali mengaji dari awal dengan ustadz kampung bang Ndin.
Seminggu 2x saya belajar mengaji privat dan selang 2 bulan berlalu akhirnya beliau simpulkan saya ada yang terlewat, intinya pondasi saya lemah, itulah kenapa setiap membaca saya selalu seperti tersendat dan termenung kadang mengigil tanpa saya sadari, sholat juga kadang lama sekali, saya akhirnya disarankan menemui rekannya, tidak ada yang hal yang luar biasa, saya hanya diminta untuk dibimbing seorang yang menurut beliau lbh senior saja.
Sejak itu saya mulai memperdalam syariat dan lainnya dibawah bimbingan H Yasin dan alhamdulillah semua sinkronisasi bisa tercapai, hingga sekarang sambil kerja masih serabutan dan saya kadang2 juga bantu2 di salah satu ponpes di jabar, cuman sekedar jadi suporter.
Disamping rutinitas sehari-hari saya terus sempatkan untuk terus memperdalam “keislaman” saya. Semua beban yang bertahun-tahun yang melelahkan terlepas sudah, mengingat masa lalu hingga kini, hanya satu hal yang saya takutkan, amal ibadah saya…. saya ingin menjadi umat-Mu yang baik.. beri saya kesempatan…ya Allah….
Penutup
Sekian tahun perjalanan hidup saya ini hingga menjadi mualaf, terlalu singkat untuk saya ceritakan secara detail, beberapa bagian penting sengaja tidak saya ceritakan semua, yaitu : hal2 yang berkaitan dengan dialog saya dengan tokoh agama di berbagai daerah di indonesia, baik itu agama kristen, katolik, islam maupun hindu, pembicaraan saya dengan guru saya, kemudian beberapa orang yang sangat berpengaruh di masa lalu saya.
Hal ini saya lakukan untuk menghindari persepsi yang salah yang bisa menimbukan ekses yang kurang baik kepada semua pihak, biarlah semua tersimpan dalam database pribadi saya dan untuk sementara semua akses komunikasi juga saya batasi.
Kata Tuhan saya sebut utk pemahaman universal, agar tidak dikacaukan dengan Allah swt, demikian juga dgn istilah lainnya.
Dengan akses yang tidak terbatas, tidak lama keluarga saya sudah tau semua, dan saya menerima segala akibatnya menjadi orang yang terusir, walau demikian saya tetap mencintai saudara2 saya terlebih orang tua saya, sepupu saya banyak yang “mentertawakan” saya karena jadi gelandangan, tapi tak ada yang berubah sedikitpun perasaan saya terhadap mereka semua.
Hanya Tina yang mendukung saya dan masih berkomunikasi hingga kini, walau sekarang sudah jauh di negri orang. Setiap dengar lagu Dear God A7fold saya tersenyum, ini lagu favoritnya Tina.
Sekarang setahun lebih dikit sudah berlalu, masa-masa sulit menjadikan saya terbiasa belajar mensyukuri dengan apa yang ada dan saya enjoy saja, makanya saya suka becanda..it’s my life kata bon jovi :D
Sebagai perantau yang hidup sederhana di jkt, semua fasilitas dan hak saya sudah gugur semenjak saya mualaf, bukan masalah yang berkaitan dgn duniawi, tidak ada yang lebih menyedihkan bagi saya yaitu bagaimanapun silaturahmi kaitan darah yang membuat saya kadang bisa tersenyum walau kadang sedih, namun terbukanya hati akan hidayah dari Allah swt sudah lebih dari segala-galanya.
Sebagai manusia biasa, saya minta maaf apabila ada hal yang kurang berkenan yang saya tulis disini, karena dari hati yang terdalam saya katakan saya masih belajar, banyak contoh negatif biarlah jadi pembelajaran.
Demikian kisah sederhana saya, perjalanan hidup saya yang cukup panjang untuk menemukan kebenaran dan keindahan dalam Islam….
Ucapan khusus saya untuk :
Saudaraku keluarga besar team kristolog dan semua yang ada di sini, yang memberi saya kesempatan curhat secara tertulis hehehe..
Alm ayah saya dan bunda, maafkan anakmu… saudara2 saya juga, inilah jalan hidup saya…
Ibu Hj Najwa, yang menjaga dan merawat “adik” nya yang bandel ini, semua berawal dari buah rambutan ya kak..
Alm Bpk Budi, guru saya yang memberikan sesuatu yang tidak bisa saya ungkapkan, tidak ada satupun yang bisa saya sembunyikan terhadap beliau ini.
Bpk Zainal, yang membimbing saya bersyahadat, banyak yang berubah, tapi silaturahmi kita tidak pernah surut.
H Yasin, Bang Ndin dan semua pihak yang sadar tidak sadar banyak membantu saya
Icha, yang memberikan saya inspirasi, setahun duluan dan sekian lama saya belajar ternyata tidak sampai dari setengah yang kamu pahami my sista, congrats…’n keep fight to dakwah.
My sweet younger sista Valentina, miss ko kayo my sista… jaga diri baik2 di negri orang ya dek…may Allah swt bless u…
Wassalamu alaikum wrwb
Jakarta, Februari awal 2016
Adriansyah P
(mualaf yang masih belajar)
Sumber :
http://kristolog.com/2016/02/04/7-tahun-berpetualang-mencari-islam/
Bismillahir rahmanirrahim….
Puji syukur saya kepada Allah subhananu wata’ala, sholawat dan salam kpd rasulullah Muhammad shallallahu`alaihi wa sallam, akhirnya selesai juga tulisan saya ini,
Nama saya Adrian, ditambah syah biar keliatan nama umum umat muslim di sumatera atau kalimantan. Saya terlahir disatu kota yang waktu itu masih berimbang umat kristen dan islam nya, kemudian kelas 3 sd orang tua saya yang militer mendapat tugas pindah, akhirnya kami sekeluarga pindah ke kota yang mayoritasnya adalah pemeluk Islam,
Lingkungan kami tinggal seperempat dari luas kota hanya ada 5 keluarga non muslim, disana kehidupan sangat toleran, saya bergaul dengan teman2 muslim saya setiap hari, dengan tetanggapun sangat rukun, mereka sangat menghormati keluarga saya demikian juga sebaliknya.
Hingga smp saya mulai sedikit2 memahami bahwa ada yang berbeda, karena sering saya nunggu teman saya sholat dulu baru main, tapi semua berjalan sangat indah…masa kanak2 dan remaja saat itu memang sangat berkesan, karena teman2 muslim ya bandel juga…kalau natal bersama di gedung sering ikut, ingin dapat kue nya hahaha..
SMA saya melanjutkan ke P Jawa di sma katolik, sedikit2 pemahaman agama saya bertambah, karena saya terlahir dilingkungan protestan, tapi saya termasuk cepat bisa adaptasi mau ikut gereja katolik atau protestan tidak masalah.
Ikut bimbingan rohani semakin membuat saya bertanya, konsep ilahi yang saya dapatkan membingungkan, saya berdoa terdoktrin mau tidak mau terbayang lukisan Yesus di rumah atau salib.
Saya mulai menanyakan kepada romo, tapi jawabannya kurang memuaskan (mungkin beliau menyesuaikan dgn pemahaman saya yang masih SMA), demikian juga dengan penjelasan pandeta di gereja.
Konsep ini ke-ilahi-an ini sangat mengganggu saya, sekedar iman tanpa pengetahuan menjadi sangat lemah, dimana agama menjadi sekedar syarat ritual belaka. (mungkin ini sudah awal pengenalan tauhid).
Lulus SMA saya melanjutkan kuliah, pergaulan sayapun meluas, semester demi semester berlalu, semakin lama saya merasa semakin lelah, saya tidak memahami makna kehidupan ini, apa tujuan hidup saya di dunia, darimana dan kemana saya nanti, siapa sebenarnya Tuhan itu, kenapa umat beragama selalu ribut, dll saya terus mencari dan yang saya dapatkan hanyalah penjelasan serupa text book, doktrin2 standard yang tidak bisa memenuhi rasa haus saya, buka situs tentang agama kebanyakan isinya textbook, copas tanpa ada pendalaman, kalaupun ada hanya pengulangan dari itu2 juga.
Kesemua nya itu berlanjut, tidak ada hal yang baru apalagi saya tidak mudah terkesan atau percaya begitu saja, jadi saya kurang tertarik dengan referensi online apalagi database saya cukup banyak.
Sedikit2 data base saya mulai bertambah, kebanyakan offline. Setiap pulang libur kerumah saya baca referensi2 tentang Alkitab, kebetulan cukup banyak, dari yang standard sampai edisi lux, di rumah kalau dibuat mini perpustakaan bisa, karena banyak berbagai macam buku, buku tentang agama, sejarah, filsafat dll, sayang buku tentang islam minim, hanya ada 1 buku hadist cetakan lama.
(Bagaimana saya belajar, dengan siapa dan pemahaman apa yang didapat tentang alkitab, saya skip, ada penjelasannya dibawah nanti).
Sebagai penganut kristen protestan dan bersekolah di sekolah katolik, saya sangat minim mendapat informasi tentang islam, kebanyakan hanya stereotype yang melekat seperti orang arab, fanatisme buta, kekerasan, kebodohan, kemiskinan dll.
Tapi melihat umatnya yang begitu besar, muncul penasaran akhirnya saya ingin mengetahui bagaimana sesungguhnya agama mayoritas di indo ini.
(Berhubung saya sudah terlepas dari pemahaman agama secara fisik, tidak butuh lama untuk mengetahui bahwa stereotype yang melekat selama ini sama sekali tidak benar)
Dengan buku yang saya beli waktu naik bus omprengan dari Surabaya, akhirnya saya mulai sedikit2 mencari tau tentang islam lebih jauh, buku juz amma, tata cara sholat dan kisah singkat rasulullah, dengan 3 buku murah ini awal saya mengenal Islam lebih serius.
(Siapa nyangka buku murah dengan cetakan sederhana ini mengawali pemahaman saya tentang Islam, membaca 3 buku sederhana ini lebih nyaman bagi saya untuk mengenal tentang Islam.)
Kenapa saya tidak belajar tentang islam dari seseorang secara khusus ? Saat itu dalam pandangan saya tidak ada satu orangpun yang benar, setiap saya melihat pasti ada kekurangannya, saya kurang percaya terhadap ucapan orang (ini kelak saya sadari adalah sikap yang salah), selain itu kondisi lingkungan juga belum memungkinkan.
Pola pikir saya banyak dipengaruhi keluarga, ayah saya keras dan disiplin (maklum beliau militer) kakak saya orang teknik dan management, jadi saya sedikit banyak mengikuti sikap mandiri dan cara berfikir saudara saya yang jauh lebih senior.
Banyak hal yang saya pelajari tentang Al Quran, mulai dari sejarahnya, isinya serta pemahamannya, hukum yang terkandung didalamnya, setiap mencari informasi saya berusaha seobjective mungkin dan mencari dari sumber yang berkompeten, hingga saya banyak menemui “keunikan” dalam Al Quran,
Pelan2 saya kumpulkan berbagai sumber dan saya sedikit2 mulai menyelami “ciri khas” Al Quran, awal nya saya sangat tertarik lafal, lafal Al Quran menurut saya sangat istimewa, yang dulu saya biasa2 aja mendengarnya, perlahan mulai terasa berbeda walau ga tau artinya apa.
Informasi yang saya dapat tentang nabi Muhammad saw bertambah, dengan referensi buku maupun dari ustadz atau ulama, timbul rasa kagum saya dengan rasulullah ini, dari seorang anak yatim piatu, mejadi pekerja biasa, pedagang, kepala rumah tangga, pemimpin kaum, komandan perang, seorang guru, negosiator, dll dan yang paling mengesankan adalah kejujuran dan sebagai tauladan, beliau mengajak berbuat bukan dengan menyuruh atau memerintah tapi dengan perbuatan, hal yang sangat susah ditemukan dewasa ini. (Kisah tentang rasulullah ini hingga sekarang masih tetap favorite saya, he is more than just a messenger, he is a mercy for all of humanity)
Sejak itu timbul semangat saya mempelajari islam, sering pertanyaan saya sangat tidak terduga oleh kyai2 pesantren, tidak semua bisa menjawab atau memberikan jawaban yang memuaskan (faktor pemahaman saya yang minim sangat pengaruh), tapi kesemuanya memberi support saya untuk terus belajar, sempat malu saya dengar ada ustadz yang ngomong, semangat saya bisa menjadi contoh santri lainnya weks…hahaha…
Pertanyaan saya seringkali cukup nyeleneh, seperti : Apa yang dimaksud dengan surah Iqra? Kenapa saat itu rasulullah didekap ? Kenapa bacalah.. tidak ucapkanlah, tirulah dst dst, cerewetlah pokoknya.
Sebagai penanya tentu sedikitnya saya punya dasar untuk “menakar dan memahami” jawaban, dasar2 yang saya miliki sering menjadi bahasan menarik walau cuma satu ayat bahkan satu ayat dan sampai satu huruf juga, dan makan minum tidur gratis juga hehehe.. bahkan pernah seorang pengasuh ponpes memberikan saya hak khusus untuk menggunakan fasilitas apapun tanpa perlu mengikuti aturan disiplin…
Bisa dibayangkan saat itu pakaian resmi saya jeans, kaos oblong dan jaket, pede aja bertamu bahkan nginap..wkwkw
(kalau dipikir heran juga sekian tahun saya keluyuran, duit seadanya, tapi tidak pernah kesulitan masalah makan dan tidur)
Mulai itu saya mulai suka bertemu orang yang baru dan lingkungan yang baru
Dengan naik motor keberbagai kota di jawa timur, Jawa Tengah, Jogja hingga Bali dll (banyak juga cerita menarik dengan pemuka agama hindu)
Akibat sering OTR, menjelang semester 5, saya mengalami kecelakaan lalulintas fatal, kawan saya yang didepan meninggal, saya luka parah, gegar otak berat, dengan wajah sebelah kanan rusak bergesek aspal, masih untung tidak ada tulang yg patah.
Saat bisa bicara dirumah sakit saya minta kawan untuk menghubungi ibu Najwa, beberapa hari kemudian saya dibawa ke surabaya, mencarikan pengobatan alternatif (ramuan2 herbal), karena pengobatan medis rs tipis kemungkinan memperbaiki fisik saya, dimana wajah saya yang sudah ga seberapa ini jadi makin ancur wkwkw…
(Tentang “kakak saya” ibu Najwa ini cukup panjang ceritanya yang tidak bisa saya tulis disini dan wajah saya pulih, hanya membekas di pelupuk mata akibat pecahan kaca)
Saat itu takut mati bukan karena takut dosa, tapi lebih kepada semangat hidup yang sangat kuat. Kejadian ini membuat saya mulai total meninggalkan hal-hal yang buruk (miras, pil koplo, ganja bukan barang aneh walau bukan penikmat atau pecandu), sedikit2 saya menemukan lingkungan yang secara pergaulan lebih baik.
Perjalanan waktu terus berlalu, kuliah saya standard saja, saya malah lebih aktif ikut beladiri, dengan lingkungan kawan yang baru saya sangat akrab, saya sering curhat dengan guru saya, sedikit2 beliau menanamkan makna kehidupan.
Beliau kebetulan bisa memahami pribadi saya, beliau sangat jarang memberi nasehat (saya orangnya rada keras kepala, tidak mudah percaya, mungkin di pengaruhi alm ayah saya yang militer juga)
Banyak yang saya pelajari dari beliau, tapi setiap saya membahas tentang agama, beliau selalu menghindar dan cuma tersenyum.
Setiap bertanya kepada beliau tentang agama, beliau hanya tersenyum dan menjawab
“…saya tidak mengajarkan agama, tapi karena latar belakang saya seorang penganut agama Islam, maka apa yang jadi acuan saya tentunya Al Quran…” (tanpa beliau pernah menyebut surah dan ayatnya)
Jawaban sederhana, walau saya bertanya dengan nada “mendesak”.
Tapi sedikit menarik, beliau tidak pernah ada menyinggung atau terkesan untuk membuat saya masuk Islam, semua hanya contoh sehari-hari yang natural saja sifatnya, kehidupan sehari-hari, tentang kuliah, sikap, pacaran dll tapi kelak inilah yang sangat mempengaruhi saya hingga kini.
Obrolan kami secara tidak langsung banyak sekali menjawab pertanyaan saya tentang “isi” Al Quran, perilaku atau ahlak, bagaimana mengambil keputusan, tindakan dll, kebetulan yang cukup unik sebenarnya.
Masih banyak belajar sendiri, ada kemajuan sedikit2 saya membaca ayat Al Quran (walau ternyata kelak ketahuan saya keliru dalam lafal akhir :D ..ya lumayanlah..), sholat saya bisa, puasa tunai taraf masih ikut2 an, zakat tidak pernah, paling cuma main ke anak2 yatim piatu.
Saat itu saya lebih menekankan kepada mencari pemahamannya, ayat per ayat.
Saya mulai dengan perlahan, tapi sedikit2 makna kehidupan sebagai orang yang beragama mulai saya pahami,
Kesadaran saya mulai meningkat, saya berusaha menjadi orang yang lebih baik (saya tidak mampu menuliskan bermacam peristiwa buruk ulah saya dulu, perkelahian, minuman keras, bakar rumah dll, sebenarnya tidak sebaik yang sering disangka orang)
Saat dibulan Ramadhan, saat itu saya kontrak rumah kecil dengan kawan satu jurusan, suatu malam saya tidak bisa tidur, seperti biasa saya utak utik barang2 bekas yang menjadi hobby saya, sekitar jam 2 an dini hari, saya merasakan sekeliling saya aneh, saya merasa gelisah, akhirnya keluar kamar dan duduk diteras, terasa udara seperti mati, hening, dingin, semua seperti berhenti, terbersit dihati saya waktu itu, apa inikah yang namanya malam seribu bulan ? berkelebatan cerita tentang lailatul qadar di kepala saya, setengah jam saya terdiam akhirnya saya masuk ke kamar, bingung sebenarnya apa yang terjadi
Hingga menjelang sahur saya bangunkan teman saya, sambil makan sahur (teman saya tau saya biasa ikut puasa), saya ceritakan peristiwa yang saya alami, teman saya tidak bisa mengambil kesimpulan apa2
Paginya sekitar jam enam, terdengar keributan diluar, ternyata 4 rumah sekaligus kebobolan maling …yaaahh…sirep maling saya pikir malam lailatul qadar, kecewa sekaligus geli rasanya saat itu :D
(cerita lucu ini sering saya ulang dengan teman satu kontrakan yang sudah jadi saudara angkat saya sekarang)
Sampai akhirnya saya lulus dan bekerja di luar jawa, kembali ke daerah yang dekat dengan keluarga saya, jadi kadang saya menginap dirumah, kadang di mess kantor, atau rumah kakak perempuan saya, semua tau saya mmg sering asal2 aja tidur dimanapun.
Setelah sekian tahun mengenal Islam, keputusan saya untuk menerima Islam sebagai agama sekaligus tuntunan hidup sudah membulat, agak lucu juga sebenarnya, saya bisa dibilang sdh setengah menjalankan ibadah tanpa ikrar apapun. Namun masih ada yang mengganjal bagi saya, kesungguhan saya hanya sebatas niat, saya masih merasa baru sedikit implementasinya.
Saya ketahui untuk menjadi muslim itu haruslah dimulai dengan meninggalkan hal2 yang buruk dan memulai dengan hidup dan keyakinan yang baru sesuai tuntunan rasulullah, maka saya mulai rutinkan sholat, saya sholat secara diam2, kalau hari minggu sabtunya tidur di mess, jadi tidak menimbulkan masalah, tujuan saya simple saja, dengan disiplin penerapan waktu sederhana ini saya jadikan tantangan untuk diri sendiri untuk hal yang yang lebih baik berikutnya.
Hanya Tina adik cewek saya yang tau kalau saya sholat, karena pernah kamar lupa saya kunci adik saya ini main nyelonong saja. Adik saya ini memang sangat dekat secara bathin juga, kuliah blm 2 thn sudah merit tapi tingkahnya kadang kekanakan walau sudah punya suami,
Saya persingkat rentang waktu setahun selepas lulus kuliah ini…
Saat itu kurang 2 minggu menjelang natal saya gelisah, bagaimana nanti kalau saya tidak kumpul, berapa natal sudah saya lewati, kalau dulu waktu masa kuliah atau kerja di luar daerah saya menghindar pulang saat natal dengan macam2 alasan, sekarang tidak mungkin.
Hari itu saya putuskan nginap di rumah kakak perempuan saya, malam itu hujan saya tidak bisa tidur, terbayang bertahun-tahun silam dimana saya minta suatu petunjuk yang pasti, saya keluar kamar saat semua sudah terlelap, saya duduk di taman paviliun, dengan air hujan saya basuh muka saya, semua kejadian mulai tergambar satu persatu dengan jelas sampai akhirnya saya sadari kebodohan saya…apakah saya harus menunggu kematian yang sesungguhnya… petunjuk apa lagi yang saya minta dari Tuhan?
(Saat itu saya tidak terlalu hafal banyak ayat2 Al Quran, tapi inilah ayat yang teringat itu QS. Qaaf : 16 – 17
Firman Allah swt :
“Dan Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya, (yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri.”
Pagi2 saya menemui Fuad, helper yang sangat dekat dengan saya, saya seharian main dirumahnya (saat itu proyek lagi off), setelah maghrib saya iseng bertanya ;
“Kalau disini misalnya orang non muslim yang mau masuk islam dimana tempatnya?
“Memang siapa boss yang mau masuk islam ?”
“Ga penting itu siapa..saya tanya dimana ?”
“Wah..dimesjid mungkin boss” kata fuad sambil agak bingung juga.
“Bukan itu yang saya maksud, saya ingin ke rumah orangnya”
Mikir sejenak, “ohh ada boss ga jauh dari sini…mmg kapan mau kesana”
Akhirnya habis maghrib kamu masuk kekampung yang padat, ternyata saya dibawa fuad ke penghulu..ya memang penghulu.
Karena ga ada kursi kamipun duduk dilantai kayu, niat awal saya sih ingin bertanya dimana dan bagaimana baiknya untuk masuk islam, tapi yang keluar dari mulut saya lain.
“Saya ingin mengucap syahadat pak, saya ingin bapak membantu saya”
Saya ceritakan juga sekian tahun saya sdh belajar tentang ini dan itu.
Beliau tersenyum dan berucap “Alhamdullilah…” tapi ga lama mengernyitkan kening begitu mengetahui nama lengkap saya.
“Apa kamu ada kaitan dengan bapak …(nama ayah saya) dan dengan penghuni rumah besar di jalan…(rumah kakak perempuan saya) ?”
Saya jawab apa adanya, agak lama beliau terdiam,
Terus beliau meminta saya mengisi formulir bentuknya mirip ijazah, saya teliti intinya saya masuk islam tanpa ada paksaan siapapun (kelak saya tau formulir ini bagi orang yang menikah tapi beda agama dan ingin masuk islam)
Karena rumah kecil, semua keluarganya duduk di ruang tamu turut menyaksikan.
Setelah itu dengan bimbingan beliau saya mulai mengucapkan syahadat, yang hadir saat hanya keluarga beliau termasuk mertuanya, setelah selesai semua mengucap takbir dan sholawat dengan perlahan, suasana berubah ketika istri beliau menangis haru, Fuad juga terisak sambil memeluk saya dan kamipun mengadakan syukuran dadakan dengan sangat sederhana sekali, hanya kue jajanan khas daerah dan teh.
Kondisi itu jauh dari gambaran saya, saya sering juga mendengar dan membaca cerita tentang mualaf, kadang ada yang dapat hadiah Al Quran, sajadah atau ditempat yang khusus atau suasana yang gimanaaa gitu.
Namun Allah swt sepertinya menghendaki demikian, saya bersyahadat secara sederhana di kampung yang sempit, mungkin juga Allah swt ingin memberikan gambaran perjalanan mencari kebenaran yang hakiki itu dengan bermacam-macam cara atau peristiwa.
Selepas ikut sholat berjamaah di langgar kampung, saya pulang, malam itu malam istimewa bagi saya pribadi.
Lima hari menjelang natal, sehabis maghrib saya bbm adik saya Tina, (saya sangat sayang dengan adik saya ini, waktu kecil saya dapat adik laki2, saya ga suka karena saya ingin adik perempuan, selain itu diantara saudara lainnya wajah kami berdua yang paling mirip)
Saat itu saya bilang datang sendiri aja, saya mau traktir makan dekat salah satu kampus, selesai makan saya bilang saya mau pergi jauh, sepertinya adik saya sudah merasa…terus menangis, saya pasti akan terbuang dari keluarga besar yang cukup terpandang, terbayang saya entah kemana, padahal setiap saat bila ada kesempatan saya selalu bersamanya, semua itu sudah saya pertimbangkan masak2,
Saya katakan siapapun yang bertanya saya kemana, jawab tidak tau, hanya boleh cerita khusus berdua dengan bunda saja, sambil titip pesan agar menjaga diri baik2 karena dia seorang perempuan….itulah pelukan terakhir kami bersaudara.
Barang2 sudah saya pack seperlunya, dengan sisa uang saku 2 juta-an (selebihnya banyak saya kasih ke kerabat2 jauh dikampung yang tidak mampu), paginya saya berangkat dengan pesawat menuju jakarta.
Perasaan saya campur aduk, di bandara setiap orang seperti melihat saya semua, seakan-akan saya orang yang aneh.
Di jakarta sambil mencari kerja, saya numpang di rumah sahabat saya satu alumni, alhamdulillah ga lama mulai dapat kerja sana dan sini, sayapun mencari kost dikampung, kemudian saya minta tetangga saya untuk mencarikan saya guru mengaji, saya mulai ulang kembali mengaji dari awal dengan ustadz kampung bang Ndin.
Seminggu 2x saya belajar mengaji privat dan selang 2 bulan berlalu akhirnya beliau simpulkan saya ada yang terlewat, intinya pondasi saya lemah, itulah kenapa setiap membaca saya selalu seperti tersendat dan termenung kadang mengigil tanpa saya sadari, sholat juga kadang lama sekali, saya akhirnya disarankan menemui rekannya, tidak ada yang hal yang luar biasa, saya hanya diminta untuk dibimbing seorang yang menurut beliau lbh senior saja.
Sejak itu saya mulai memperdalam syariat dan lainnya dibawah bimbingan H Yasin dan alhamdulillah semua sinkronisasi bisa tercapai, hingga sekarang sambil kerja masih serabutan dan saya kadang2 juga bantu2 di salah satu ponpes di jabar, cuman sekedar jadi suporter.
Disamping rutinitas sehari-hari saya terus sempatkan untuk terus memperdalam “keislaman” saya. Semua beban yang bertahun-tahun yang melelahkan terlepas sudah, mengingat masa lalu hingga kini, hanya satu hal yang saya takutkan, amal ibadah saya…. saya ingin menjadi umat-Mu yang baik.. beri saya kesempatan…ya Allah….
Penutup
Sekian tahun perjalanan hidup saya ini hingga menjadi mualaf, terlalu singkat untuk saya ceritakan secara detail, beberapa bagian penting sengaja tidak saya ceritakan semua, yaitu : hal2 yang berkaitan dengan dialog saya dengan tokoh agama di berbagai daerah di indonesia, baik itu agama kristen, katolik, islam maupun hindu, pembicaraan saya dengan guru saya, kemudian beberapa orang yang sangat berpengaruh di masa lalu saya.
Hal ini saya lakukan untuk menghindari persepsi yang salah yang bisa menimbukan ekses yang kurang baik kepada semua pihak, biarlah semua tersimpan dalam database pribadi saya dan untuk sementara semua akses komunikasi juga saya batasi.
Kata Tuhan saya sebut utk pemahaman universal, agar tidak dikacaukan dengan Allah swt, demikian juga dgn istilah lainnya.
Dengan akses yang tidak terbatas, tidak lama keluarga saya sudah tau semua, dan saya menerima segala akibatnya menjadi orang yang terusir, walau demikian saya tetap mencintai saudara2 saya terlebih orang tua saya, sepupu saya banyak yang “mentertawakan” saya karena jadi gelandangan, tapi tak ada yang berubah sedikitpun perasaan saya terhadap mereka semua.
Hanya Tina yang mendukung saya dan masih berkomunikasi hingga kini, walau sekarang sudah jauh di negri orang. Setiap dengar lagu Dear God A7fold saya tersenyum, ini lagu favoritnya Tina.
Sekarang setahun lebih dikit sudah berlalu, masa-masa sulit menjadikan saya terbiasa belajar mensyukuri dengan apa yang ada dan saya enjoy saja, makanya saya suka becanda..it’s my life kata bon jovi :D
Sebagai perantau yang hidup sederhana di jkt, semua fasilitas dan hak saya sudah gugur semenjak saya mualaf, bukan masalah yang berkaitan dgn duniawi, tidak ada yang lebih menyedihkan bagi saya yaitu bagaimanapun silaturahmi kaitan darah yang membuat saya kadang bisa tersenyum walau kadang sedih, namun terbukanya hati akan hidayah dari Allah swt sudah lebih dari segala-galanya.
Sebagai manusia biasa, saya minta maaf apabila ada hal yang kurang berkenan yang saya tulis disini, karena dari hati yang terdalam saya katakan saya masih belajar, banyak contoh negatif biarlah jadi pembelajaran.
Demikian kisah sederhana saya, perjalanan hidup saya yang cukup panjang untuk menemukan kebenaran dan keindahan dalam Islam….
Ucapan khusus saya untuk :
Saudaraku keluarga besar team kristolog dan semua yang ada di sini, yang memberi saya kesempatan curhat secara tertulis hehehe..
Alm ayah saya dan bunda, maafkan anakmu… saudara2 saya juga, inilah jalan hidup saya…
Ibu Hj Najwa, yang menjaga dan merawat “adik” nya yang bandel ini, semua berawal dari buah rambutan ya kak..
Alm Bpk Budi, guru saya yang memberikan sesuatu yang tidak bisa saya ungkapkan, tidak ada satupun yang bisa saya sembunyikan terhadap beliau ini.
Bpk Zainal, yang membimbing saya bersyahadat, banyak yang berubah, tapi silaturahmi kita tidak pernah surut.
H Yasin, Bang Ndin dan semua pihak yang sadar tidak sadar banyak membantu saya
Icha, yang memberikan saya inspirasi, setahun duluan dan sekian lama saya belajar ternyata tidak sampai dari setengah yang kamu pahami my sista, congrats…’n keep fight to dakwah.
My sweet younger sista Valentina, miss ko kayo my sista… jaga diri baik2 di negri orang ya dek…may Allah swt bless u…
Wassalamu alaikum wrwb
Jakarta, Februari awal 2016
Adriansyah P
(mualaf yang masih belajar)
Sumber :
http://kristolog.com/2016/02/04/7-tahun-berpetualang-mencari-islam/